HONEYMOON???

1850 Words
    saat ini kami sedang berada di bandara Charles de Gauelle, Perancis. setelah menempuh perjalanan udara kurang lebih 17 jam itu, akhirnya kami sampai dengan selamat di Paris. ya, kami, aku, suamiku dan maduku. hadiah perjalanan bulan madu yang diberikan bunda untukku dan suamiku, namun akhirnya maduku ikut serta dalam perjalanan ini. tentu saja suamiku tidak akan meninggalkan istri tersayangnya itu seorang diri kan?     lucu sekali bukan? aku sangat yakin ini bukan perjalanan bulan madu untukku, namun ini adalah perjalanan bulan madu untuk mereka. aku hanya bisa menghela nafas pasrah saja, setelah kami kembali dari rumah bunda waktu itu, mas Rei kembali lagi seperti semula, walaupun ia tidak terlalu mendiamiku, namun dia tetap menjaga jarak denganku jika ada mbak Raline diantara kami, miris, aku merasa seperti aku ini layaknya wanita simpanan saja. selama di rumah pun ia selalu tidur bersama maduku.     setelah itu kami menaiki taxi menuju tempat penginapan kami. kami tiba di hotel bernama Pullman Paris Tour Eiffel Hotel ini berjarak kira-kira 400 meter saja dari menara Eiffel. setelahnya mas Rei check in di meja resepsionis. lalu setelahnya kami beriringan menuju kamar kami, tentu saja kami memesan dua kamar bersebelahan, dua orang Porter mengikuti kami sambil membawa barang-barang kami. lalu mereka menunjukkan kamar kami. “ Naa, ini kamar kamu. sebelahnya kamar kami. kalau kamu butuh apa-apa bilang aja ya.” lihat, tanpa perasaan suamiku sendiri mengatakkan hal demikian. “ Rei, mending kamu sama Hanna aja, temani dia.” “ enggak apa-apa mbak biar saya sendiri aja.”     lalu setelahnya aku memasuki kamar dan menguncinya dari dalam, aku malas melihat pasangan itu. namun ketika aku membalikkan tubuhku dan memandang ranjang, aku dibuat miris melihatnya. bagaimana tidak, ternyata kamar ini sudah disulap seindah mungkin bagai kamar pengantin, ah aku lupa, memang bunda yang menyiapkan ini semua untukku dan mas Rei. namun lagi-lagi aku harus menerima kenyataan pahit bahwa aku akan sendiri di kamar ini.     karena merasa tidak nyaman berada di kamar yang sangat romantis ini, akhirnya aku kembali keluar kamar dan tak lupa membawa juga barang-barangku. ku ketuk pintu kamar yang ada di sebelah kamarku. dan setelah penghuninya keluar aku langsung mengatakkan tujuanku. “ bisa tukeran kamar?” “ loh memangnya kenapa kamar sebelah?” Tanya mbak Raline. “ gak apa-apa mbak, hanya ingin tukeran saja.” “ ya sudah, kita tukeran ya.”     setelah kami bertukar kamar, akhirnya aku rebahkan diriku di kasur tanpa mengganti baju terlebih dahulu, sudah, aku sangat-sangat lelah. lelah hati dan juga fikiran dan juga lelah karena menempuh perjalanan jauh. * kamar sebelah “ ya ampun cantik sekali hiasannya” Raline berkomentar, namun setelahnya ia merasa miris, karena pasti kamar ini sudah disiapkan bunda untuk Hanna dan juga Reinald. hadiah bulan madu ini untuk Hanna dan juga Reinald, karena memang Hannalah satu-satunya menantu yang diketahui oleh orang tua Reinald. “ Rei, sebaiknya kamu yang tidur disini sama Hanna, kamar ini sudah dipersiapkan untuk kalian.” “ apa yang kamu katakkan sayang, aku tidak pernah berfikir aku bisa berciinta dengan wanita lain selain dirimu.” “ jangan egois Rei, Hanna juga istrimu, ingat itu.” “ aku tahu, tapi aku tidak bisa mencintainya, apalagi jika sampai memadu kasih dengannya. kamu, hanya kamu yang aku mau, bukan yang lain.” “ sadar Rei, kita sudah berbuat dosa dengan Hanna, kita sudah bersikap tidak adil terhadapnya.” “ mengapa kamu tidak mengerti juga, aku sangat mencintaimu, jadi bagaimana mungkin aku bisa membagi cintaku untuk yang lain.” “ tapi kita sudah sangat tidak adil terhadap Hanna Rei. bagaimana jika keluargamu tahu semua ini, mereka pasti akan sangat membenciku, terutama bundamu.” sambil terisak Raline mengatakkannya. lalu Reinald membawa Raline ke dalam pelukkannya untuk menenangkannya. “ tenanglah, semuanya akan baik-baik saja sayang, aku janji itu. bukankah ini perjalanan bulan madu kita? aku mohon lupakan sejenak semuanya, semua akan baik-baik saja.”     bagaimana aku bisa tenang jika kebahagiaanku justru membuat luka di hati wanita lainnya Rei, dan mungkin juga luka di hati bunda dan juga keluargamu. aku perlu melakukan sesuatu agar kamu bisa menerima istri pertamamu, gadis itu sungguh amat sangat baik, tidak adil rasanya jika karena aku dia mendapatkan ketidak adilan ini, aku tahu, jauh dalam lubuk hatimu kamu menyimpan rasa terhadapnya, namun karena kehadiranku, kamu menyangsikannya. aku hanya tidak ingin kita berdosa dengan tidak bersikap adil dengannya, bagaimanapun dia istri sah mu, walaupun jauh dilubuk hatiku yang terdalam aku ingin memilikimu seutuhnya. namun aku sadar, akulah yang sudah merebutmu darinya. gumam Raline dalam hatinya.     mereka tidak menyadari ada hati lain yang terluka karena pembicaraan mereka. ya, Hanna, gadis malang itu tak sengaja telah mendengar pembicaraan suami dan juga madunya, ia sengaja ke kamar itu untuk mengantar barang mereka yang tertinggal, namun naas karena pintu yang tak tertutup rapat, dan juga mendengar suara pembicaraan mereka akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk memberikan barang tersebut dan mendengar pembicaraan mereka sampai akhir. karena tak sanggup, akhirnya ia berbalik menuju kamarnya dan tak lupa menguncinya kembali. luruh sudah pertahanannya. “mengapa mendengar itu semua sangat sakit sekali rasanya ya Tuhan, ketika mendengar langsung bahwa suamiku sendiri tidak bisa menerimaku sebagai istrinya bahkan menolakku di hadapan maduku. mengapa ia begitu tega terhadapku, apa tidak bisakah ia menyayangiku sedikit saja? lalu untuk apa dia membawaku kemari? apa hanya untuk menutupi semuanya dari bunda? lalu sekarang aku harus apa? ia hanya bersikap baik terhadapku di depan keluarganya, jika tidak, ia akan kembali mendiamiku. ia yang berjanji meminta waktu untuk pernikahan ini, namun ia juga yang menolakku secara tidak langsung. jika ia begitu sangat mencintai maduku, mengapa ia harus mempertahankan pernikahan ini, jika ia sudah sangat yakin bahwa ia tidak bisa menerima wanita lain selain mbak Raline.” sambil terisak Hanna bergumam dalam hatinya. *     tak terasa waktu makan malam sudah tiba, namun Hanna masih enggan bangkit dari kasurnya, setelah ia menangis selama beberapa waktu, ia memilih untuk merebahkan tubuhnya yang terasa lelah di kasur, kasur yang dari jendelanya menampakkan pemandangan langsung ke menara Eiffel, jika dilihat dari balkon kamar hotel, pemandangan malam disini sangat indah, namun semua keindahan itu tidak menutupi segala kesedihan hatinya.     tak lama suara pintu diketuk pun terdengar, segera Hanna memakai kerudung instannya dan langsung membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. walaupun ia tahu pasti suami atau madunya yang datang. ternyata suami dan juga madunya yang datang, mereka sudah berpakaiaan rapih dan tentu terlihat serasi. “ kok kamu belum siap Naa, ayo kita akan segera makan malam.” ajak mbak Raline. Hanna hanya tersenyum menimpalinya, lalu ia berkata : “ aku belum lapar mbak, apa boleh aku pesan dari layanan hotel saja?” tanyaku. “ kamu gak mau ikut ke restorant hotel saja? nanti setelah kita makan kita akan jalan-jalan keliling sekitaran sini.” “ enggak mbak, aku merasa masih sedikit lelah, mungkin belum terbiasa pergi sangat jauh.” “ hmm ya sudah, kamu istirahat dulu, apa mau kami temanin?” “ eh, tidak perlu mbak, saya bisa sendiri.” “ benaran, kamu tidak apa-apa kami tinggal?” “ iya beneran mbak.” “ ya sudah nanti mbak yang akan pesankan makanan untuk kamu.” “ terimakasih mbak, tapi nanti saja biar aku yang pesan makananku sendiri.” “ya sudah, kami berangkat ya, kamu hati-hati, kalo ada apa-apa langsung saja kabari kami ya.” “ iya mbak” *** “ Rei, aku gak enak ninggalin Hanna sendirian.” “ dia pasti akan baik-baik saja sayang. kan kamu dengar sendiri dia juga pasti bisa jaga diri” “ hahh, kamu itu jangan terlalu cuek Rei, bagaimanapun ini Negara asing bagi dia, bukan Indonesia.” “ dia juga bilang dia gak akan kemana-mana kan? memang sepertinya ia masih lelah, jadi belum mau kemana-mana.” “ terserahlah” “ jangan ngambek dong sayang, ini kita lagi bulan madu loh” sambil mengambil kesempatam mencium bibir Raline. “ ih, jangan genit-genit deh Rei.” “ genit sama istri sendiri tidak apa-apa sayang.” * “ aku merasa sangat bosan, kalau aja aku gak ikut, pasti saat ini aku sedang menghias-hias kue dengan cantik. hmm mungkin keliling ke sekitaran menara Eiffel sebentar tidak masalah. lagi pula jaraknya tidak terlalu jauh, masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. anggap saja jalan-jalan malam, walaupun sendirian.”     segera Hanna menganti pakaiannya tak lupa ia menggunakan mantelnya, karena cuaca cukup dingin walaupun sekarang belum memasuki musim dingin. karena ia tidak memerhatikan jalan, tak sengaja ia menabrak seseorang. “ I’m sorry Mr” “ its ok” “ excuse me”     lalu setelahnya Hanna pergi meninggalkan pria tersebut, cuaca malam ini cukup dingin, namun tidak menyurutkan orang-orang untuk menikmati suasana indah kota Paris ini. beberapa orang terlihat bergandeng mesra dengan pasangan masing-masing, namun tak banyak juga yang berpergian bersama keluarga atau teman-temannya.     dan setelah berjalan cukup lama, akhirnya disinilah Hanna, di depannya sudah menjulang sangat tinggi menara yang merupakan ikon keromantisan menurut orang lain, ya apalagi kalau bukan menara Eiffel. dapat Hanna lihat banyak sekali orang yang menikmati waktu mereka dengan pasangan mereka masing-masing. jika diamati banyak juga pasangan yang saling berciuman mesra disini.     ah sepertinya Hanna salah tempat. gadis yang beranjak dewasa tersebut merasa kikuk sendiri, namun ia mengabaikannya, toh mereka tidak saling mengenal, atau mungkin mereka sudah tidak tahu malu karena sangat dimabuk asmara. untuk sejenak Hanna duduk dihamparan rumput yang ada di halaman menara Eiffel, ia menikmati waktu sendirinya, ia bersyukur, ia masih diberi kesempatan untuk melihat keindahan Negara lain. mengingat ia hanyalah gadis yang dibesarkan di panti asuhan, yang tak mungkin baginya mampu pergi ke Negara lain.     ketika ia sedang asyik menikmati dinginnya angin malam Paris, ia melihat sepasang insan yang sangat amat ia kenali, siapa lagi kalau bukan suami dan juga madunya, ia dapat melihat pasangan itu amat sangat bahagia, sama seperti pasangan lain yang ada disini, ia juga dapat melihat pancaran dari keduanya yang sama-sama penuh cinta, saling bercengkrama dan juga tertawa bahagia, lalu tak lama ia mendapati pemandangan yang menyayat hatinya, ketika dimana suaminya mencium mesra bibir madunya, sama seperti pasangan yang lainnya, pasangan ini juga hanyut dalam gaiirah kemesraan mereka, mereka melupakan hal yang ada di sekitarnya, seolah hanya mereka berdualah di tempat ini.     karena tidak sanggup melihat itu semua, Hanna bangkit dari duduknya dan berlari meninggalkan halaman menara Eiffel, tak terasa air mata jatuh di pipinya, bagaimanapun ia mencoba menerima semuanya, ia tidak akan pernah sanggup, karena ia juga seorang manusia yang mempunyai hati, ia akan merasa sakit jika ada yang menyakitinya. karena tak memerhatikan jalan, lagi-lagi ia menabrak seseorang dan hampir terjatuh jika saja orang tersebut tidak menahan tubuh Hanna. “ hei, are you oke?” Tanya si lelaki tersebut yang terpana melihat air mata Hanna. sambil melepas rangkulan orang tersebut Hanna mengucapkan : “ I’m sorry.” tanpa melihat si penolong dan juga tanpa mengucap kata lagi Hanna berlalu meninggalkan orang tersebut, meninggalkan tanda Tanya besar di hati pria tersebut. “ qu’est-ce qui ne va pas avec cette fille? pourquoi est-elle triste alors que tout le monde ici est heureux? ahh, pourquoi devrais-je être abasourdi par ses yeux qui irradient de tristesse. ck, ce ne sont pas mes affaires, n’est-ce pas? ( ada apa dengan gadis itu? mengapa ia bersedih tatkala semua orang disini merasa bahagia? ahh, kenapa juga saya harus terpana dengan matanya yang memancarkan kesedihan. ck, itu bukan urusan saya bukan?)    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD