MENJAGA BUNDA

763 Words
    Kini tinggallah aku dan bunda berdua di ruangan ini, bunda hanya menatapku dari tadi, seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi urung diungkapkan, akhirnya aku beranikan diri untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu, “ bunda belum mengantuk? ini sudah larut malam loh, bunda masih harus banyak istirahat agar lekas pulih biar bisa beraktifitas seperti biasanya.”         Bunda memegang erat tanganku dan tersenyum.” bunda senang kamu disini, terimakasih ya Hanna bersedia menemani bunda di rumah sakit, bunda sangat merindukan Hanna.” aku pun hanya tersenyum mananggapinya, lalu bunda berbicara lagi, “ Hanna… jika bunda meminta sesuatu kepadamu, apa kamu mau memenuhinya?”         “selama Hanna bisa, Hanna akan memenuhinya bunda, memang apa yang sedang bunda inginkan saat ini?” tanyaku.         “ tidak, saat ini bunda tidak ingin apa-apa, satu yang perlu kamu tahu Hanna, bunda sangat menyayangimu”         “Hanna juga menyangi bunda, terimakasih karna selama ini bunda sudah sangat menyayangi Hanna, Hanna merasa seperti memiliki orang tua, sedari kecil sampai sekarang bunda selalu memperhatikan Hanna” dengan mata berkaca-kaca ku ungkapakan perasaan ku  pada bunda.         “ sama-sama sayang, jangan pernah anggap bunda orang lain ya, walaupun kita tidak terikat darah, tapi bunda benar-benar menganggapmu seperti putri bunda sendiri”         “ sekarang bunda tidur dulu ya, sudah larut sekarang bunda, bunda harus banyak istirahat” bunda hanya mengangguk, setelah ku pastikan posisi tidurnya nyaman, aku segera beranjak ke sofa yang ada di sudut ruangan, dalam hati ku berdoa, semoga Allah segera menyembuhkan bunda, tak lama aku pun terlelap di sofa. #         Aku terbangun ketika aku mendengar dering alarm dari handphone ku, sudah pukul 03.30 dini hari, ku putuskan bangun untuk segera berwudhu dan juga bergegas untuk sholat malam, bukan, bukan aku sok ahli ibadah, ini hanya ku lakukan sebagai bakti dari sang hamba kepada sang penciptanya, walaupun terkadang aku masih malas-malasan untuk melakukannya.         Sebelum berwudhu ku pandangi wajah bunda, aku senang karna wajah bunda sudah tidak sepucat saat aku baru tiba semalam.         Setelah sholat malam, ku lanjutkan dengan membaca Al-qur’an sambil menunggu waktu subuh tiba, tak lama ku dengar adzan subuh telah berkumandang, lalu ku lanjutkan dengan sholat subuh dan tak lupa juga ku sempatkan untuk membaca dzikir setelah sholat dan juga dilanjutkan dengan doa untuk kebaikan semua orang yang ku sayangi, dan juga untuk ke dua orang tua kandung ku, meskipun aku tak tau mereka masih hidup atau mungkin sudah tiada.         Tak lama setelahnya ku dengar suara pintu terbuka, reflek aku menoleh ke pintu, dan ku dapati mas Reinald, sudah berada di ruangan bunda, aku terkejut tentu saja, karna dia sudah tiba di rumah sakit sepagi ini.         “ oh maaf membuat mu terkejut dengan ke datangan saya sepagi ini, saya hanya tidak bisa tidur semalaman karna terlalu khawatir dengan kondisi bunda.” ungkapnya karna melihat keterkejutanku.         “ iya mas, tidak apa, saya kira tadi siapa yang masuk ke ruangan bunda sepagi ini. hmm.. mas Rei saya permisi ke toilet sebentar”  ia hanya bergumam untuk menjawab. Aku ke toilet hanya untuk menganti mukena ku dengan kerudung, karna tadi ketika sholat aku melepas kerudung ku, aku hanya tidak terbiasa melepas kerudung di depan laki-laki, karna sedari aku mulai masuk SMP aku sudah terbiasa menggunakannya, meskipun bukan jilbab syar’i.         Karna adanya kecanggungan yang terjadi diantara kami, aku memutuskan untuk membeli sarapan, karna perut ku dari semalam belum terisi apapun. “ hmm.. maaf mas, saya permisi sebentar mau cari sarapan, mas Rei mau makan apa, biar saya belikan sekalian” ucapku dengan menundukkan kepala, jelas aku tidak sanggup menatapnya.         “ boleh jika kamu tidak keberatan, tolong belikan saya bubur ayam ya, dan jangan pake bawang goreng juga jangan pakai sambal, karna saya tidak suka”         Jelas,singkat dan padat, tipe orang yang tidak suka berbasa-basi. Nilaiku dalam hati. “ baik mas, saya permisi”         Setelah dapat apa yang ingin ku makan, akhirnya aku memutuskan untuk makan di tempat, pasti akan terasa sangat canggung sekali jika aku memakannya di ruangan bunda. Dengan cepat ku memakan makananku, tidak banyak yang ku makan, karna aku tidak terbiasa memakan-makanan yang berat, hanya 2 potong roti dan juga segelas coklat hangat yang ku beli di cafeteria yang ada di rumah sakit ini.         Saat pintu ruangan ku buka, ku lihat mas Rei sedang berbincang dengan bunda, bunda tersenyum melihatku. “sudah mencari sarapannya?’’ Tanya bunda. Aku mengangguk menjawabnya, lalu ku serahkan bungkusan bubur sesuai apa yang di pesan oleh mas Reinald.         “ini mas sarapannya”         “ loh kok Cuma satu, sarapan buat kamu mana Hanna?” Tanya bunda         “ aku sudah makan tadi di cafeteria bunda, bunda sendiri kenapa sarapannya belum dimakan? sini biar Hanna bantu suapi bunda ya?” bunda pun mengangguk mengiyakan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD