Aku tak mengerti atas keberadaanku ditempat ini, duduk berhadapan dengan seorang wanita yang kurasa lebih tua beberapa tahun dariku. Wanita itu menatapku dengan sangat teliti, menyusuri diriku dari kaki hingga ujung kepala. Seolah sedang menilaiku, seperti tatapan para pria m***m ketika aku bekerja dipaviliun Rose, ah.. bicara tentang itu aku jadi sedikit lebih melankolis karenanya. Mengingat rumah tempat aku dibesarkan dibakar sia-sia oleh para orang bodoh yang tidak aku ketahui diperintah oleh siapa meski aku memiliki satu nama ditangan sebagai pelaku utamanya. “Jadi, Nona boleh aku bertanya apa yang sedang kau lamunkan?” tersibak menjadi beberapa bagian dari ingatanku yang berusaha aku lupakan. Aku menahan napasku sebentar sebelum kembali menatap dirinya dengan cara pandangku. Jik