Pengen banget rasanya aku gigitin nih meja saking gregetnya, si ayah baru kemakan apasih sampe ngejodohin anak cewek satu-satunya nan cantik jelita tiada tara dengan om om brewok macam bodyguard gini!? Yang muda kaya cakep kinclong aja aku tolak gimana yang kayak gini?
Beberapa saat aku ngediamin tangan si om di udara, udah kupastikan kalau itu melelahkan.
"Saya sudah memperkenalkan diri," ujar si om tampaknya bosan menungguiku yang masih bengong.
"Azzenia Giwarka, bisa di panggil Jeni," aku menyambut tangannya untuk bersalaman.
Tangannya kokoh banget bray! Emang buat bodyguard cocok banget, dan tatapannya itu loh, mendukung.
"Om panggilannya siapa?" lanjutku bertanya setelah kami selesai berjabat tangan.
"Juan, dan berhenti memanggil saya dengan sebutan itu," balas si om, widih! Ngeri juga.
Dan aku mulai bingung, ini aku mau manggil dia apaan coba? Gak ada sapaan yang cocok buat tampangnya, atau panggil nama aja? Takut durhaka sama orang tua. Oke Je, lo harus hindari bicara dengan menggunakan kata subjek.
Aku mulai mutar otak gimana cara bikin pertemuan malam ini bikin si om gak kepengen lagi ketemu aku. Sepengetahuanku cowok macam gini paling gak suka sama pembicaraan gak penting, ayo kita mulai dengan sesuatu yang gak penting.
"Om tahu gak? Eh maaf, maksudnya tahu nggak? Aku itu suka pergi ke konser-konser artis korea dan suka ngestalker sosmed mereka, mereka ganteng-ganteng," ujarku bicara dengan begitu sumringah.
Si om hanya melirikku sekilas, aku tahu ini pembicaraan gak penting banget untuk ukuran orang yang baru ketemu, tapi emang itu tujuanku. Tapi kok aku kesel ya sama responnya?!
"Kamu itu K-popers?" tanyanya bersender ke kursi sambil melipat tangannya di d**a.
"Iya," lah kok? Lah kok?? Ini kok macam wawancara kerja? Aku yang gugup? Apa-apaan ini?
"Itu sebuah budaya populer, memiliki masa-masa tertentu. Wajar remaja menyukainya, terutama karena pria korea begitu memperhatikan penampilan, kamu gadis normal," terangnya santai masih dengan posisi yang tak berubah.
Lah kok si om paham? Apa dia juga suka? Tampang gak menentukan hati ternyata.
"Tapi aku suka mgehabisin waktu buat itu loh," aku masih usaha bikin dia gak suka.
"Itu saat kamu masih remaja, saat kamu terjun ke dunia kerja, kamu gak bakal sempat lagi untuk demikian, gaji kamu bakal kamu perhitungkan untuk di pakai,"
Bener juga ya, aku baru mulai kerja dari tingkat awal, gaji pasti belum gede-gede amat buat dihambur-hamburin, dulu sih iya bisa minta ayah, kalau sekarang?? Malu lah...
Eh!? Ini kok aku kepengaruh si om sih!? Fokus Jeni fokus!! Lu mesti kalahin nih om-om!!
Putar otak dan putar otak, gak mungkin aku ngelanjutin pembicaraan ini, si om malah nyadarin aku. Hahaha aku punya ide baru.
"Itu brewoknya di pelihara?" tanyaku sambil nahan tawa, biasanya sih banyak cowok yang agak risih kalau ditanya begini.
Dia terkejut mendengar pertanyaanku dan mengusap bulu-bulu yang tumbuh di kitaran rahangnya, "Saya gak sempat nyukur,"
Aku tertawa dalam hati, tampaknya dia kurang suka membicarakan fisik, "Sibuk banget emang? Tapi kayaknya masih sering olahraga, badannya lumayan, cita-citanya jadi atlet atau bodyguard ya?" dan aku bertanya sambil nahan tawa.
Dia hanya menatapku aneh sambil geleng-geleng, "Makankah," balasnya berhubung dihadapan kami sudah tersaji makanan, ngeles aja nih si om.
"Om gak nanya-nanya tentang aku?" tanyaku disela makan, dari tadi kok kayaknya aku doang yang ngebet sama ni om-om.
"Ayah kamu sudah cerita banyak pada saya, dan sudah saya katakan jangan memanggil saya dengan sebutan tadi,"
Aish! Ayah udah ngomong apaan aja sama nih cowok? Biasanya si cowok yang banyak ngomong tiap ketemu aku, sekarang mesti ngapain coba jalau udah begini? Ayah menjebakku.
Aku gak bisa biarin malam ini berjalan sesuai apa yang di mau ayah, oke..seperti biasa, aku bakal gunain jebakan tali sepatu, ritual wajib jika pertemuan diadakan di tempat yang high class begini,
"Maaf," ujarku setelah sengaja menjatuhkan garpu, aku bergerak ke bawah untuk melancarkan aksi ini.
Eh tapi kok!? Ini kok si om gak pakek sepatu bertali sih? Argh! Sial gue sial!!
"Om gak.., eh maksudnya situ gak pakai sepatu tali?" tanyaku heran, kembali duduk dengan hati tak puas.
"Biasanya saya pakai, tapi kabarnya ada suatu kejahatan menggunakan media sepatu tali," terangnya gak ngelirikku sama sekali, "Garpunya gak diambil?"
Haaaa!!! Bodoh lu bodoh Je! Saking keselnya aku lupa ngambilin garpu yang jatuh. Oh tuhan! Si om tahu darimana sih ritual-ritual pertemuanku??
"Situ kok mau sih di jodohin? Dipaksa orang tuanya juga ya karena umur?" tanyaku lanjut, aku udah kesel malam ini, jadi ya udah gak perlu basa-basi.
Si om menyelesaikan makan dengan menenggak minumannya. Dia memperbaiki posisi duduknya dengan lebih serius, kami saling berhadapan dengan sempurna.
"Saya tidak dipaksa dalam hal ini, saya hanya mencoba mengetahui bagaimana perilaku putri keluarga Giwarka yang dikenal keras kepala dan bersikap tidak terduga,"
"Apa?" Dengan kata lain dia iseng!? Kok isengnya nyiksa banget gini ya?
"Tapi sejauh ini saya berpikir kamu tidak seburuk yang saya dengar,"
Jadi selama ini reputasiku buruk banget ya? Sumpah ini apaan banget, palingan ini kerjaan cowok-cowok yang kukerjain sebelum ini, pada syirik aja tuh orang. Tapi, seharusnya itu bagus loh, tapinya lagi, kenapa om ini malah gak kepengaruh? Harusnya dia ogah waktu disuruh bertemu denganku.
*
Aku udah cukup kesel dengan pertemuan malam ini, tapi ya tetep aku gak bakal bikin ayah seneng malam ini.
Aku izin sama si om buat keluar duluan, aku gak mau pulang di anter sama si om nyebelin, ogah!
Setelah mengetahui posisi mobil si om, aku membuka tasku untuk ngambil senjata, hahahahahahaha!! Paku ini penyelamatku malam ini. Aku masih tertawa sambil memegang paku berujung lancip di tangan.
Dengan cepat aku cari batu biar aksi ngempesen ban mobil si om cepet selesai, dan aku gak jadi pulang dengannya, hahahahahaha!!!
Tepat saat aku akan melancarkan aksi, aku dikagetkan dengan deheman seseorang,
"Ehm! Apa yang akan kamu lakukan pada mobil saya?"
Mendadak aku langsung panas dingin, mampus! Jangan bilang ini si brewok!
Dengan takut-takut aku menyembunyikan paku ditangan dan berbalik badan, "Eh, bukan apa-apa, ayo kita pulang," aku ngasih senyum terbaik yang bisa kulakukan. Semoga dia gak ngamuk ya tuhan.
Dia tak bergeming dengan senyuman cantikku, di malah tegak pinggang dan menatapku intens. Kok aku mudah keringetan gini sih?
"Cewek macam apa yang saat makan malam bawa-bawa paku?" tanyanya.
"Heh?? Ppa..pakk, paku? Hehe apa? Gak ada," aku ngelak dengan songongnya.
"Tangan," dia memintaku untuk memperlihatkan tangan. Oke lu udah ketangkep basah keringet Je. Dan aku kasih liat aja.
Si om mengambil paku ditanganku sambil geleng-geleng, "Tas mana?" lanjutnya bikin aku makin panas dingin. Aku jamin tiba dirumah langsung sakit.
"Apa-apaan sih? Tas itu privasi!!" aku mengelak dengan cara mundur perlahan, tapi sial, aku kejebak antara si om dan mobil sialannya, tanpa aba-aba dia ngambil paksa tasku.
Aku cuma bisa gigit jari waktu dia mulai ngobrak-abrik tasku macam security.
Dia lagi-lagi menatapku tajam, dia mengeluarkan satu per satu isi tasku, "Paku, obeng, tali, lakban, pisau?? Baru kali ini saya liat perempuan membawa ini dalam tas seperti ini,"
Sial banget aku malam ini! Dapat ilham dari mana sih ni orang buka brangkas senjataku??
"Cuma jaga-jaga aja," jawabku asal sambil ngerampas tasku lagi darinya.
Dia berjalan menjauh untuk memasuki mobil, syukurlah dia gak ngamuk. Aku bisa bernafas lega.
"Masuk!" intruksinya saat aku masih diluar dan dia sudah ada di dalam mobil.
Gue kalah!! Aihhh!! Untuk pertama kalinya gue dianter pulang sama om-om! Lu bakal mimpi buruk malam ini Je!
Tapi tunggu!! Ini keuntungan buatku, dia pasti nganggapku sebagai cewek aneh karena kejadian ini kan!? Hahahaha, kesel kesel deh lu om!
"Masuk!" teriaknya lagi dari dalam karena aku masih ketawa-ketawa sendiri di luar.
"Iya!!" dasar si om, gak sabaran banget jadi orang.