keluarga suami yang pilih kasih.
Bab 1
#lapar_
Sekitar jam lima pagi, aku merasakan sangat lapar sekali, dan ku bangun kan suamiku, mas Ari. untuk beli sesuatu yg bisa dimakan, ya karena jam 5 pagi gini aku belum masak.
"Pa aku lapar sangat lapar, mau makan sesuatu yg bisa buat perut sedikit kenyang, entah beli roti atau mie, atau apalah yg penting ada yg dimakan."
Ya karena aku tau jam segini masih belum ada warung yg buka, atau bahkan penjual serapan pagi aja pun mungkin belum buka jam lima pagi gini.
"Mau dibelikan apa mah? Jam segini belum ada warung yg buka, atau biar papah coba lihat tukang mie balap yg ada di simpang, mana tau udah buka. "
"Iya pa , terserah yg penting rasa lapar ku terpenuhi".
Seperti itu lah mas Ari suamiku, yang selalu menuruti keinginanku, apalagi saat ini aku sedang hamil tua, dia sangat perhatian terhadapku. Apapun yg aku minta selalu diturutin selagi bisa dijangkau, dia gak perhitungan dan tidak punya banyak alasan ini itu.
" Ya udh aku berangkat dulu yah mah, katanya sambil mengeluarkan motor".
"Iya pa, hati hati yah" Ucapku sembari menatap suamiku berlalu dengan motor nya.
**
Tin,, tin,, tin,, suara motor mas Ari,
"Nita, buka pintunya mah" Suara mas Ari memanggil ku terdengar dari luar,
"Iya pa "
Segera aku membuka pintu mempersilahkan suamiku masuk dengan membawa kantongan plastik yang berisi dua mie balap didalamnya.
Karena terlihat dari luar nya saja sudah tau bahwa itu mie balap, tanpa membuka kantongan nya, karena kantong plastik yg transparan.
Dengan rasa senang hati, aku menyambut mas Ari dari pintu serta langsung mengambil kantongan yg dibawanya.
Segera aku membuka kantongan yang berisi mie balap itu dan tanpa banyak basa basi, aku pun langsung melahap nya..
Tentu mas Ari juga ikut makan mie balapnya karena dia membeli 2 bungkus.
Sembari menikmati makana nya, aku merasakan sesuatu yang aneh di dalam perutku, seperti ada sesuatu yg pecah atau menetas dalam perutku, tapi tidak kurasakan sakit sama sekali.
Karena saking laparnya, aku pun mengabaikan sesuatu yang aneh itu didalam perutku. Sampai aku menghabiskan makanan itu.
Selesai makan aku langsung berdiri niat untuk menyimpan piring ke belakang, eh ternyata oh ternyata...
Saat aku berdiri, ada cairan bening yang keluar dari kemaluanku... Apakah ini cairan ketuban?.. Tidak mungkin,, tapi kenapa aku tidak merasakan sakit sedikitpun,, Oh Tuhan apakah aku mau lahiran??? Tapi aku biasa saja.
"Pa , kok ada cairan keluar dari kemaluanku ya? Apa ini cairan ketuban pa "? Tanyaku pada mas Ari..
" Ya Tuhan,, mah, mamah ingin melahirkan . Itu memang benar cairan ketuban mah"
"Tapi aku gak merasakan sakit pa, sedikit pun tidak".
Tapi aku memang belum yakin kalo aku mau lahiran, karena saya belum merasakan tanda tanda mau lahiran,, bahkan sakit atau mules pun tidak ku rasakan sama sekali.
Selangaka demi selangkah aku berjalan, tapi kok cairannya keluar keluar terus, tapi tidak begitu banyak cuman sedikit. Segera aku membuka situs geogle, begitu pun mas Ari yg sibuk dengan HP nya, mungkin dia juga bertanya, dan bingung kenapa ini terjadi.
"Mah, ini k*****a di geogle, kalo cairan ketuban katanya gak bau, coba deh mama cium, biar kita tau apakah itu cairan ketuban atau cuman a******i saja" Ucap mas Ari
"Iya pa" Jawabku langsung mencium cairan yang keluar itu,
Tapi memang benar, ini tidak bau dan ini bisa jadi cairan ketuban, karena sebelumnya waktu anak pertama saya lahir, aku tidak pernah merasakan begini, waktu anak pertama, aku merasakan tanda tanda mau lahiran, mulai mules dan rasa sakit yang berangsur angsur sampai tiba waktunya melahirkan.
Ku akui memang mau lahiran anak kedua ini sangat beda sekali, pembawaan waktu hamilnya saja membuatku sangat capek dan menguras tenaga dan duit suamiku. Karena waktu hamil anak kedua ini aku begitu sangat manja pada suamiku,bahkan banyak yg ku minta ini itu, dan di rumah aku tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah, seperti memasak, nyapu, nyuci, dan lain lain. Ya semua nya mas Ari yang melakukan setelah pulang dia bekerja. dan ini bukan suatu hal yang berat bagi suamiku, dia orangnya baik dan perhatian.
"Iya pa, ini memang cairan ketuban," Ucapku merasa kuatir,
"Ya ampun mah, kok bisa gini? Apa gak ada yang sakit mama rasakan?" Timpal mas Ari.
"Demi Tuhan pa, aku tidak merasakan sakit"
Kami berdua terlihat sangat kuatir, pikiran kami melayang layang, sangat terlihat jelas dari wajah mas Ari yang mengkhawtirkan aku dan kandungan ku.
"Biar aku panggil ibu yah mah", ucap suamiku karena khawatir.
" Iya pa"
Mas Ari berlalu memanggilkan ibu kandung nya yg tak lain ibu mertuaku juga, ya jarak rumah kami tidak jauh, hanya beda tiga rumah saja dari rumah kami sudah dapat rumah ibu mertuaku yang tinggal dengan ipar ku, yang tak lain abang kandung dan kaka ipar suamiku. Mas Danu dan mbak pita,
Tidak butuh waktu lama mas Ari dan ibu nya tiba di rumah. Tampak dari mimik wajah mertuaku, dia tidak begitu khawatir melihat keadaanku, muka nya biasa biasa saja.
"Kamu kenapa nita? " Tanya mertuaku yang biasa saja.
"ENtah kenapa ada cairan yang terus menerus keluar dari kemaluanku bu," jawabku ke bu Ati, ibu mertuaku.
"Oh itu sih gak apa apa, jangan terlalu serius amat menanggapinya," jawab mertuaku dengan santainya.
"Iya bu".
Ku percayakan dengan apa yang ibu mertua katakan,, aku pun biasa saja tanpa menghiraukan apapun, jarum jam sudah menunjukkan jam tujuh pagi. Aku pun berjalan jalan kecil depan rumah ditemani suamiku mas Ari.
Sembari jalan jalan kecil depan rumah cairan itu pun tidak henti henti nya keluar, sampai tetanggaku mpok Leni yang dari tadi duduk depan teras rumahnya menyadari hal itu,
" Kamu kenapa nita? "Tanya mpok Leni
" Oh ini mpok" Aku pun jujur menceritakan apa yang terjadi pada mpok Leni.
"Ya Tuhan, kalian ini bodoh atau gimana nita? Masa udah banyak cairan gitu keluar masih santai santai aja segera bawa ke dokter lah atau ke bidan, nanti anak mu didalam kehabisan cairan bisa lewat loh", ucap mpok Leni membuatku takut.
" Tadi kata ibu itu gak apa apa mpok", ujar mas Ari mulai sedikit kuatir.
"Ya udah itu terserah kalian aja, yang penting aku sudah bilangin loh, entah efek apa apa sama anak kalian yang tanggung jawab" Ucap mpok Leni berlalu masuk kerumahnya.
"Aduh mas, jadi gimana dong" Tanyaku kuatir ke mas Ari .
Kelihatan juga dari wajah mas Ari sudah kuatir dengan kata kata tetanggaku barusan,, dia gak mau ngambil resiko sekiranya terjadi sesuatu terhadapku dan kandungan ku..
"Ya udah mah, kita ke rumah sakit aja yuk, aku takut kenapa kenapa kepadamu dan juga kandungan ku, kata mas Ari ngambil tindakan.
Kami masuk ke rumah dan berpamitan kepada ibu mertua yang dari tadi me-lap lantai bekas cairan ketuban yang tumpah tadi.sebelumnya mas Ari memasukkan semua perlengkapan bayi kedalam tas, tak lupa juga dia memasukkan beberapa helai pakaianku kedalam tas, aku duduk di kursi sambil menunggu mas Ari beres beres.
Sebelum berangkat, mbak pita terlihat di pintu baru datang dari rumahnya, dia juga gak mau ketinggalan dengan apa yang terjadi terhadapku dan dia bertanya apa yg terjadi, aku pun menceritakan nya.
Sebenarnya sih aku gak niat untuk cerita kepadanya, karena aku udah tau dan hafal gimana sifatnya yang tidak mau membantu, lagian kan percuma cerita kalo gak bisa bantu.
"Oh" Dengan santai nya mbak pita menanggapi ceritaku.
"Aku gak bisa ikut utuk temani kalian ke rumah sakit ya, soalnya kan aku kerja, jadi gak mungkin aku ninggalin kerjaan ku karena temani kalian ke rumah sakit, lagian kan kalian berdua aja udh cukup kayaknya" Ucap mbak pita tidak merasa iba dengan keadaanku.
Kan tebakan ku benar,, astaga... Apa dia gak merasa iba melihat keadaanku sekarang, hinga rasa kemanusiaannya sedikit pun tak ada,,
Tiba tiba bang dani dan kak juni datang, lantaran bang dani mau ikut kerja kian dengan mas Ari, tapi. mungkin dengan keadaanku sekarang, mereka tidak jadi pergi kerja, terpaksa libur dulu,
"Loh kamu kenapa dek? " Tanya kak juni yang melihat keadaanku lemas duduk di kursi.
"Hari ini kami mau ke rumah sakit kak, kayaknya nita mau lahiran" Jawab mas Ari pada kak juni.
"Loh knp tiba tiba? " Lanjut bang dani.
"Iya nih bang, entah kenapa mulai tadi pagi sudah keluar cairan ketuban hingga sampai sekarang gak henti henti, " Lanjut mas Ari.
"Ya udah, ayok cepat kita ke rumah sakit, tunggu apalagi, " Kata kak juni yang tampak ikut kuatir jg.
"Iya kita kawan kalian ke rumah sakit sekarang" Lanjut bang dani juga ikut kuatir.
Ya bang dani dan kak juni adalah saudara jauh dari kampung, sekampung denganku.
Dalam hati berfikir, ya Tuhan orang lain aja ikut simpatik melihat keadaan ku dengan mengabaikan kerjaannya demi menolongku.
Tapi ini keluarga kandung dari suamiku yaitu mbak pita dan ibu mertua, jangankan menawarkan untuk membantuku, menyuruh pergi ke rumah sakit aja pun tidak,,
Mereka dengan santainya menanggapi keadaanku yang udah mulai lemas.
"Sekali lagi, aku gak bisa ikut ya ke rumah sakit" Ucap mbak pita.
"Ya udahlah kita aja yg pergi dek" Ngapain mengharapkan yang tak bisa diharapkan, " Timbal kak juni juga merasa kesal melihat ipar ku.
"Iya kak, ayok" Ucapku. tanpa menghiraukan perkataan mbak pita.
Ibu mertua juga diam diam aja, bahkan tidak menyuruh menantu pertamanya itu, untuk ikut ke rumah sakit bersama kami. Dapat ku tebak mertua juga tidak setuju jika mbak pita harus ikut denganku ke rumah sakit, takut kerjaannya terkendala hanya gara gara itu.
Ya Tuhan....
bersambung......