New York, US
Pagi yang cerah dan semuanya tampak seperti pagi-pagi sebelumnya. Hanya saja mungkin lebih dingin dari biasanya. Dan hal itu membuat Samantha sangat malas untuk bangun dari tempat tidurnya. Tidak. Gadis remaja yang baru saja merasakan kehidupan SMA itu memang selalu saja sulit untuk bangun pagi dan tepat waktu setiap harinya.
Tapi tentu saja ada Elvano yang akan langsung datang dan membangunkan adik kecilnya yang nakal itu agar lekas bangun dari tidurnya. Meski dengan sedikit paksaan tentu saja.
"Ayo bangun, Sam. Daddy sudah menunggu dibawah sana untuk sarapan bersama. Harus berapa kali aku melakukan ini. Tidak mungkin aku harus selalu membangunkanmu selama seumur hidupku, ‘kan? Ayolah.. cepat bangun anak nakal. Aku tahu kau mendengarkanku. Atau aku akan menyeretmu seperti______"
"Baiklah. Samantha yang cantik ini akan bangun sekarang. Lagi pula, cukup sekali saja kau menyeretku hingga aku jatuh dari ranjang nyamanku ini dan membuat punggungku sakit," ucap Samantha yang kemudian terlihat turun dari ranjangnya sambil menggulung rambutnya asal.
"Hei! Aku tidak sengaja melakukan itu. Itu karena kau yang membuatku terpaksa melakukannya," ucap El membela diri. Atau mungkin meluruskan. Entahlah?
"Yayaya. Sudahlah aku mau cuci muka dulu. Dan jangan sentuh apapun yang ada didalam kamarku. Termasuk parfumku. Atau aku akan memintamu untuk membelikannya yang baru," ucap Samantha sedetik sebelum dia masuk kedalam kamar mandi.
Dan El. Apa kalian fikir dia akan menuruti ucapan adiknya itu? Tentu saja tidak. Itu terlihat jelas sekali dari seringai yang terukir indah diwajahnya saat ini.
'Apa berbuat jahil sedikit di pagi hari akan menimbulkan masalah? Tentu saja tidak. Kalau begitu ayo kita lakukan,’
•••••
"Daddyyyy!!! Dimana kakak El sekarang? Dimana dia? Dimana putra Daddy yang nakal itu?" teriak Samantha sambil berlari menuruni tangga.
"Ada apa, sayang. Kenapa berteriak seperti itu? Dan jangan selalu berlari saat menuruni tangga. Nanti kau bisa jatuh. Berapa kali Daddy harus bilang begitu," ucap Kevan tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari koran yang saat ini tengah dibacanya. Begitulah rutinitas Kevan setiap harinya.
"Itu karena aku kesal, Daddy. Ini semua karena kakak El. Kenapa dia selalu melakukannya setiap pagi? Dimana dia?" ucap Samantha sambil celingukan melihat kekanan dan kirinya untuk mencari keberadaan El.
"Memang apa yang dilakukannya kali ini hingga kau marah seperti itu?" ucap Kevan santai, seperti biasanya.
"Dia mengambil coklat yang kudapat dari temanku yang kemarin baru pulang dari Swiss. Dan itu semuanya Daddy. Ada 5 coklat yang susah payah kudapatkan dari Patrice. Dia tega sekali melakukan itu, Daddy. Dan dia juga memakai parfumku lagi. Kenapa dia selalu melakukan itu? Kenapa kakak El suka dengan parfum perempuan begitu sih? Jangan-jangan kakak El sudah berubah menjadi perempuan? Menakutkan sekali," ucap Samantha yang mau tak mau membuat Kevan terkikik kecil.
"Hei, anak kecil! Jangan bicara sembarangan seperti itu. Astaga, kau ini. Ingin sekali kupukul kepalamu itu," ucap El yang akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya, di belakang sofa panjang yang tengah diduduki Kevan saat ini.
"Kembalikan coklatku atau kuhancurkan motor baru kakak yang baru datang kemarin itu," ucap Samantha mengancam El.
Dan El tidak dengan begitu saja mengembalikan coklat yang berhasil diambilnya itu. Ia malah membuka salah satu coklat itu didepan Samantha dengan gerakan yang dibuat-buat.
"Apa yang kau lakukan? Jangan makan coklat itu. Hei! Kembalikan coklat itu padaku," ucap Samantha lalu berlari menuju posisi El berada.
Mengetahui adiknya mulai mengamuk, El langsung saja berlari menjauh dari jangkauan Samantha.
Samantha mengejar El keseluruh penjuru rumah. Mulai dari dapur, halaman belakang, halaman depan rumah, naik turun tangga hingga rasanya Sam sangat lelah. Ya. Itu tentu saja. Saat Sam sudah merasa putus asa dan tak bisa menangkap El, akhirnya ia meminta bantuan kepada Kevan.
"Daddy!!! Minta kakak El berhenti. Huh! Sam lelah sekali. Untunglah Sam belum mandi, kalau tidak tubuh Sam pasti bau lagi," ucap Sam lalu duduk disingle sofa dengann santai tanpa peduli jika tubuhnya saat ini tengah berkeringat.
"Daddy punya ide lain daripada menyuruhnya berhenti. Kemarilah," ucap Kevan lalu Samantha langsung mendekat kearahnya dan Kevan mulai membisikkan sesuatu pada Samantha.
Mendengar ide dari Kevan, Samantha langsung saja tersenyum lebar dan berlari menuju dapur untuk menjalankan rencana yang diberikan oleh Daddynya tadi.
El yang melihat itu langsung was-was. Ia akhirnya mengikuti Samantha dan ternyata yang dilakukan Samantha adalah..
"Hei!! Letakkan pancake ku kembali ketempat semula," ucap El saat melihat Samantha bersiap memasukkan sepotong kecil pancake kedalam mulutnya.
Samantha menghiraukan ucapan El dan dengan santai ia memakan pancake kesukaan El itu. Pancake spesial yang dibuatkan langsung oleh Kevan.
"Hmm... ini enak sekali," ucap Samantha sengaja untuk membuat El semakin meradang.
Dan hingga akhirnya, El meletakkan semua coklat yang dicurinya dari kamar Samantha, dimeja dan langsung mengambil piring berisi pancake miliknya menjauh dari Samantha.
"Kau tidak boleh seperti itu, ini milik______"
"Bagaimana rasanya jika barangmu dicuri? Begitulah rasanya saat aku kesal dan seperti ingin marah pada kakak. Rasakan itu. Lain kali, fikirkan lagi sebelum mencuri barang-barangku lagi," ucap Samantha lalu mengambil coklat-coklat miliknya dan memeletkan lidahnya kearah El sebelum akhirnya Samantha pergi meninggalkan kakaknya disana.
El melihat piring pancakenya dengan tatapan mirisnya. Ya. Pancake adalah menu sarapan yang paling disukainya. Apalagi jika itu dibuatkan oleh Daddynya. Terasa sangat lezat dan semakin istimewa.
'Astaga! Aku baru ingat. Aku kan butuh bantuan Samantha, nanti. Sekarang dia malah marah padaku. Bagaimana ini?'
•••••
"Samantha cantik.. sudah ya marahnya. Maafin kakak El ya.. kakak El janji gak akan godain Sam lagi deh," begitulah rayuan yang dilayangkan El untuk membujuk adiknya yang masih marah padanya.
Sedangkan Samantha. Ia hanya duduk dengan santai sambil memainkan ponselnya di tengah ranjangnya. Sebenarnya Samantha tengah berusaha keras menahan tawanya saat ini. Rayuan El itu sudah sering sekali didengar oleh Samantha, tapi ia sangat menikmati saat-saat dimana kakak nakalnya itu bersikap manis padanya. Apalagi ekspresi kakaknya yang terlihat sangat lucu sekali.
"Tidak mau. Kakak El adalah pembohong besar. Lakukan permintaanku ini dulu dan setelah itu baru kita bisa baikan lagi," ucap Samantha dengan menyengir lebar, membuat El langsung bersiap-siap mendengar ucapan adiknya selanjutnya.
"Bilang pada Daddy kalau Sam mau pindah dari sekolah. Sam gak nyaman disana. Anak-anaknya menyebalkan," ucap Samantha lagi yang langsung membuat El merasa ingin pergi saja darisana sekarang.
Bagaimana tidak? Sam sudah 3 kali pindah-pindah sekolah dengan alasan yang membuat El dan Kevan geleng-gelemg kepala tak percaya. Seperti anak prianya jelek-jelek, teman ceweknya ada yang memakai kawat gigi dan itu membuatnya jijik, dan masih ada banyak alasan lainnya yang jujur membuat El ingin mencubit pipi adiknya itu sampai merah.
"Kau tidak kasihan pada Daddy yang selalu kau mintai ini dan itu," ucap El mencoba untuk bersabar.
"Kakak El tidak tahu. Selain anak-anaknya yang menyebalkan, di sekolahku yang sekarang kantinnya sangat jauh dan kecil. Sam kan jadi capek jalan jauh. Dan juga Sam jadi tidak bisa memilih makanan dengan leluasa disana. Kakak El gak kasihan sama Sam? Bayangkan jika Sam harus makan makanan kurang layak disana," ucap Samantha dengan memasang ekspresi memelas andalannya.
"Baiklah aku akan bicara pada Daddy, nanti. Tapi, kau harus ikut aku dulu sekarang," ucap El lalu berdiri dari duduknya.
"Kemana?" ucap Samantha lalu ikut turun dari ranjang dan berdiri didekat kakaknya.
"Aku ingin membeli beberapa baju. Kau tahu kan kalau aku tidak begitu mengerti dan tidak suka tentang fashion. Nah, adik kakak yang cantik ini kan mengerti tentang itu semua itu, jadi nanti pilihkan baju-baju yang bagus untuk kakak agar para wanita hanya melihat kearah kakak Sam yang tampan ini," ucap El sambil merangkul pundak adiknya itu.
"Tapi, kedengarannya ucapan kakak El itu kurang lengkap," ucap Samantha sengaja untuk menggoda kakaknya.
"Baiklah. Nanti adik kakak ini juga boleh membeli baju atau apapun itu. Tapi dengan catatan jangan barang yang mahal. Bukan kakak El pelit, tapi karena kakak El sedang dalam hukuman Daddy. Kau ingat, ‘kan?” ucap El lalu mencubit hidung adiknya gemas.
"Okey. Kalau begitu kakak El tunggu dibawah sana. Aku mau ganti baju dulu," ucap Samantha lalu mendorong tubuh El menjauh darinya.
"Jangan lama-lama," ucap El mengingatkan adiknya yang memang selalu lama jika bersiap-siap, entah mau pergi kemanapun itu. Ya. Maklum saja. Samantha adalah gadis remaja yang baru satu tahun ini menikmati masa-masa SMA.
"Aku tidak mau pakai motor. Terakhir aku naik motor, rambutku jadi kusut dan itu terlihat jelek sekali. Jadi pakai mobil saja," ucap Samantha dengan sedikit berteriak tepat sebelum El keluar dari kamarnya.
El yang sudah berada diluar cekikikan kecil setelah mendengar ucapan adiknya tadi. Sebenarnya saat itu El berniat jahil sedikit, dengan mengajak Samantha sedikit mengebut dijalan. Tapi ternyata malah membuat Samantha trauma naik motor seperti ini.
'Maafkan kelakuanku waktu itu, Sam. Salahmu sendiri yang memaksa ikut bersamaku waktu itu. Hihihi...'
Bersambung...