10. Wedding Day

2394 Words
"Kata terima kasih akan tetap terucap untukmu yang sudah mau berjuang bersama, meski harus tetap berpisah pada akhirnya." ----- Matahari mulai terbangun dari peraduan, memancarkan sinarnya yang menghapus titik-titik embun di dedaunan. Pun Hangatnya cahaya sang fajar berhasil melewati celah jendela. Wanita itu kini terpaku menatap pantulan dirinya di balik cermin. Matanya sayu memerhatikan gaun pengantin berwarna putih lace motif bunga yang ia kenakan. Rambutnya di gulung ke atas ala Princess Cinderella dengan tambahan headpiece keemasan bersulur bunga. Make up yang dipoleskan begitu natural, tapi tetap saja mampu menutupi garis hitam yang melingkar di sekeliling mata. Menjadikan tampilannya begitu stunning dan sempurna. "Suka tidak suka, Sebentar lagi kau akan resmi menjadi istri orang, Al." Alya merapalkan kalimat itu berulang lagi. Meremas jari jemarinya dan menghela napas pendek. Tidak bisa dipungkiri perasaan gugup tengah menyelimutinya saat ini. Kehidupan yang ia jalani akan berubah dalam hitungan beberapa menit lagi. "Sayang, apa kau sudah siap?" Alisa, ibu Alya akhirnya datang untuk menjemput. "Selamat, akhirnya Alya menjadi seorang istri sebentar lagi. Ibu doakan kalian hidup bahagia selamanya." Doa Alissa tulus. "Semoga saja, Bu," gumam Alya pelan. Ia kemudian mengangguk, entah merasa yakin atau tidak untuk melanjutkan prosesi pernikahannya saat ini. Namun kaki-kakinya berkhianat mengekor langkah Alisa menuju tempat acara. Samar terdengar iring-iringan lagu saat ia memasuki venue. Semua undangan pun berdiri menyambut kedatangannya. Tunggu, ini bukan pernikahan Edward Cullen dan Bella Swan, kan? Sangat jelas di telinga Alya lagu itu dilantunkan saat ia memasuki tempat acara. Mata Alya bahkan menangkap sosok Christina Perri, penyanyi sountrack Film Breaking Dawn itu menyanyikan langsung lagunya di pernikahan mereka. Bukan itu saja, Alya juga baru menyadari Konsep pernikahannya dan Kenzie sama persis seperti film Breaking Dawn. "Oh astaga, Kenzie kau benar-benar totalitas dalam mengerjakan sesuatu," sungut Alya pelan. Sementara di depan sana, sudah ada Kenzie yang tersenyum manis. Pria itu mengulurkan tangannya menyambut kedatangan Alya. Sikapnya sangat berbeda dengan Kenzie yang kemarin terlihat emosi bahkan dengan sengaja meninggalkan Alya di depan pintu kamar. Mata mereka saling bertemu satu sama lain. Lagi-lagi Kenzie melemparkan senyum yang bagi siapa saja melihatnya pasti akan meleleh. Pria itu terlihat sempurna dengan balutan tuxedo hitam yang ia kenakan. "Apakah kau sudah siap menderita setelah ini, Cinderella?" bisik Kenzie begitu pelan, saat Alya sudah berdiri tepat di sampingnya. "Kita lihat saja siapa yang akan menderita, Sayang," balas Alya tanpa menoleh sedikit pun ke arah lawan bicaranya. Setelah mengucap janji pernikahan dengan khusyuk. Mendengarkan Lantunan Doa serta Pesan-Pesan Pernikahan, akhirnya Kenzie dan Alya resmi menjadi Suami-Istri yang sah di mata Tuhan dan Negara. Mulai saat ini mereka harus bersiap menjalani hidup bersama selama tujuh hari, dua puluh empat jam. Ketika MC acara meminta mereka untuk melakukan prosesi ciuman setelah resmi menjadi suami istri, tanpa ragu Kenzie memutar badannya agar berhadapan langsung dengan wajah Alya. Namun, Kenzie sedikit terkejut ketika Alya tiba-tiba melingkarkan kedua tangannya pada leher Kenzie. Wanita itu kemudian mencondongkan wajah. Lantas tak berapa lama, mencium Kenzie tanpa aba-aba terlebih dahulu. Terlihat jelas Alya sengaja bersikap agresif. Wanita itu semakin lama semakin memperdalam ciumannya. Bahkan Kenzie sendiri harus berusaha mengimbangi ciuman yang di berikan. Ciuman canggung yang entah kenapa pada akhirnya malah menimbulkan desiran aneh di hatinya. "Bagaimana suamiku? Apa kau akan menyerah setelah ini?" ejek Alya sembari mengerlingkan sebelah matanya setelah melepas tautan bibir mereka. Alya bisa melihat dengan jelas wajah Kenzie yang bersemu merah. Dalam hati ia bersorak gembira karena berhasil mempermainkan pria itu. Alya bahkan bersumpah, tidak akan pernah tunduk bahkan kalah dengan segala permainan yang pria itu lakukan kelak. Ia juga merasa tidak sabar, apalagi yang akan pria itu lakukan setelah ini. Berhasil kah Kenzie membuatnya menderita? Atau sebaliknya? Alya yang akan membuat Kenzie bertekuk lutut. "Jangan harap, Cinderella!" jawab Kenzie di sertai senyum manis karena sebagian orang masih memperhatikan gerak-gerik mereka. Setelah menyelesaikan adegan ciuman 'basa-basi', Kenzie dan Alya memilih berbaur dengan para undangan. Terlihat banyak kolega bisnis, sahabat serta artis-artis terkenal turut memeriahkan pesta pernikahan mereka. Para awak media juga turut hadir karena ingin mengabadikan momen bersejarah ini. Tak pelak berita pernikahan Kenzie dan Alya menjadi Headline Utama di semua tv serta media online dalam dan luar negri. "ALYA! Congratulation, akhirnya kau sekarang benar-benar resmi menyandang status sebagai Nyonya Winata." teriak Dinda saat melihat Alya yang datang menghampirinya. "Astaga, Dinda! Bisa kah kau tidak berteriak? Lagi pula, ini bukan sesuatu kebanggaan." Alya mendengus kesal. Dinda menarik tubuh Alya. Lalu mengarahkan wajah sahabatnya itu agar memerhatikan orang-orang yang ada di sekitar mereka. "Coba lihat, Al. Merka semua yang hadir adalah orang besar. Para bos dan artis. Itu bukti kalau ketenaran suamimu tidak perlu diragukan lagi. Setelah ini sudah dipastikan kau akan mendapat hak previlege. Kau akan diistimewakan oleh semua orang. Kau harus sadar akan hal itu." Dinda tidak hentinya mengoceh di depan Alya. "But honestly, ini bukan keinginan apalagi impianku. Kau sangat tahu, kalau aku wanita mandiri yang lebih suka berdiri di kaki sendiri. Mungkin terdengar naif, tapi aku benar-benar tidak perduli dengan ketenaran yang di miliki si Tuan Arogan itu. Mau sehebat apapun Kenzie di mata kalian, toh kalian tahu kalau aku dan dia menikah atas dasar terpaksa. Kebetulan saja dia tampan dan mapan." "Tapi Al, kalau aku boleh tahu, dengan siapa Kenzie berbicara saat ini?" Dewi tiba-tiba menginterupsi ocehan Alya dan Dinda. Wanita itu menunjuk ke arah Kenzie yang nampak dari kejauhan sedang berbicara dengan seorang wanita yang tak lain adalah Tita. Karena khawatir awak media curiga, Alya langsung melangkahkan kakinya untuk segera menghampiri. "Tita, apa kabar?" sapa Alya basa basi saat berada tepat di antara mereka. "Baik. Selamat atas pernikahan kalian. Aku harap kau bisa menjaga Kenzie dengan baik. Aku titip bayi besarku kepadamu. Ingat! jangan jatuh cinta kepadanya." Alya terkekeh mendengar ucapan Tita yang sedikit mempermalukan Kenzie. Ia berharap wanita itu mengerti jika didalam hatinya hanya ada Radit. Ia tak ingin sedikitpun membuka hati untuk pria lain walaupun pria itu sudah berstatus suami sahnya sekarang. "Tenang saja, aku akan buat kekasihmu jadi orang yang penurut. Aku akan pastikan itu." Tita tertawa mendengar ucapan yang di lontarkan Alya. Tanpa canggung Alya tiba-tiba merengkuh pinggang Kenzie dengan mesra. Memutar wajahnya lalu menatap Kenzie begitu dalam. Menyadari awak media mulai mendekat, Tita menyudahi pembicaraannya dan memilih pergi meninggalkan tempat acara. "Kau harus berhati-hati, Suamiku sayang. Apa kau ingin menghancurkan reputasimu saat ini?" Lagi-lagi Alya menggoda Kenzie. Kali ini ia melingkarkan kedua tangannya pada tengkuk pria itu. Sengaja sekali menempelkan hidungnya pada hidung mancung milik sang suami. Jelas saja Kenzie kembali terkejut. "Permisi Tuan dan Nyonya Winata, apa boleh kami mewawancarai kalian sebentar?" sela salah seseorang wartawan yang sudah tidak tahan memperhatikan kemesraan yang dipertontonkan pasangan Winata tesebut. Kenzie baru paham, ternyata Alya sengaja bertingkah mesra karena ada wartawan yang sedang memerhatikan mereka sedari tadi. Detik berikutnya, ia turut bermain agar para wartawan tidak curiga. "Tentu saja," jawab Alya singkat. Setelah beramah tamah dan menjawab semua pertanyaan para awak media, mereka berdua mengundurkan diri dari tempat Acara untuk kembali ke Kamar Hotel. Alya melangkah begitu tergesa-gesa hingga meninggalkan Kenzie begitu saja di belakangnya. Sampai di kamar, wanita itu langsung mendaratkan tubuhnya pada sofabed yang tersedia. Sambil meringis, ia mencoba untuk merenggangkan otot-otot tubuhnya. "Akhirnya kaki ku bisa beristirahat," Alya meringis kesakitan melihat kakinya yang mulai bengkak akibat sepatu heels yang dikenakan. Wanita itu membawa tangannya untuk memijat lembut kaki yang bengkak. Hingga tak berapa lama ekor matanya menangkap sosok seseorang yang baru saja masuk kamar dan sengaja memerhatikan apa yang sedang ia lakukan. "Kenapa kau masuk kamarku? Apa hotel ini kekurangan kamar sehingga kau mengikutiku?" Kenzie tersenyum masam mendengar pertanyaan Alya, "Apa kau amnesia, Nyonya Winata? Kita sudah menjadi suami istri seratus delapan puluh menit yang lalu. Jelas saja ini kamar kita berdua. Jadi aku punya hak untuk masuk kemari. Lagi pula barang-barangku semua ada di sini, apa kau tidak melihatnya?" Kenzie mendengkus kesal dan memilih beranjak pergi ke kamar mandi tanpa menghiraukan Alya. Tubuh Kenzie terasa begitu penat akibat berdiri berjam-jam menyambut para undangan pernikahan mereka. "Dasar manusia Aneh!" gumam Alya. Sementara Kenzie sedang membersihkan diri di kamar mandi, Alya mengambil kesempatan ini untuk mulai membuka gaun pengantin lalu menggantinya dengan bathrobe. Ia lantas membawa kakinya menuju kamar mandi. Tenang, ia hanya berdiri di depan pintu menunggu Kenzie keluar dari sana. Untuk saat ini ia tak akan berbuat gila seperti biasanya. Benar saja, tidak sampai beberapa menit Alya berdiri. Terdengar suara gagang pintu terbuka, Kenzie sedikit terkejut mendapati Alya berdiri persis di hadapannya. Wanita itu bahkan seperti sengaja menghalangi langkahnya untuk keluar. "Aku kira kau menungguku untuk mandi bersama, suamiku." Alya mengedip-ngedipkan matanya, sengaja menggoda. Kenzie mendengkus. "Jangan memancingku, kau akan menyesal nantinya." Pria itu kemudian berlalu meninggalkan Alya begitu saja. Setelah lima belas menit menyelesaikan ritual mandi dan mengenakan piyama, Alya melangkahkan kaki keluar kamar mandi dan bersiap untuk beristirahat. Mendapati Kenzie yang sudah dalam posisi berbaring di tempat tidur, ia sedikit bingung karena baru tersadar di mana harus tidur malam ini. Tidak mungkin kan kalau tidur di kasur yang sama dengan Kenzie. Merasa seperti memiliki kontak batin dengan apa yang sedang di pikirkan Alya, Kenzie sengaja mengubah posisi tidur yang sebelumnya telentang menjadi duduk bersandar pada sandaran kasur. "Apa kau lelah? Kau bisa tidur di sini denganku, sayang." Kenzie sengaja menepuk-nepuk telapak tangannya pada kasur. Memberikan isyarat agar Alya berbaring tepat di sampingnya. "Seharusnya kau mengalah dan memilih tidur di sofa, Ken. Aku ini wanita." Alya mencebikkan bibirnya. Ia merasa tidak sudi kalau harus menerima ajakan Kenzie untuk tidur di kasur yang sama. Kenzie tertawa menggoda. Ia suka melihat Alya kesal seperti saat ini. "Oh Ayolah, Sayang. Apa kau yakin tidak ingin tidur denganku? Aku suamimu. Hal yang sangat lumrah bila suami istri tidur bersama dan melakukan ritual malam pertama." Alya mendengkus sebal. Ia merasa ingin muntah mendengar ocehan Kenzie sedari tadi. Kalau sedang tidak letih saja, ia bersumpah akan menendang pria itu untuk segera menyingkir. "Baiklah, kalau kau tidak ingin mengalah, aku akan tidur di kamar lain. Bukannya hotel ini memiliki banyak kamar?" sahut Alya. "Silahkan tidur di kamar terpisah, Nyonya Winata. Maka ku pastikan besok namamu akan muncul di setiap judul berita." Alya menggeram kesal. Merasa semua yang dilakukannya terlihat serba salah. Sangat tidak mungkin jika ia tidur seranjang bersama Kenzie. Walaupun status mereka saat ini suami istri, ia tidak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi di antara mereka berdua. Pun tidur di kamar berbeda juga sebenarnya bukan pilihan yang tepat. Sudah pasti para paparazzi menjadikan ini santapan sedap untuk judul berita mereka. Ah, tidak mungkin, jelas tidak boleh terjadi. Hingga sebuah ide gila kembali muncul di kepalanya. Wanita itu tiba-tiba tersenyum lebar dengan apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Berharap apa yang direncanakannya kali ini berhasil. Detik berikutnya, Alya melangkah dengan pasti menuju tempat di mana Kenzie tengah berbaring. Dengan percaya diri, ia mendaratkan tubuh mungilnya tepat di samping Kenzie. Mengatur posisi agar berhadapan langsung dengan tubuh pria itu. Melihat Alya yang ternyata nekat menerima tantangannya, Kenzie hanya bisa menelan ludahnya kasar. Memasang sikap waspada kalau-kalau Alya ingin melakukan sesuatu padanya. "Ayo, suamiku, kita tidur. Apa kau tidak ingin memelukku agar tidak merasa kedinginan?" tanpa diduga Alya mengalungkan tangannya pada pinggang Kenzie lalu menyandarkan kepalanya tepat pada d**a bidang milik pria itu. Sontak saja Kenzie terkejut bukan main. Ia tidak menyangka kalau Alya terang-terangan membalas permainan yang sengaja diciptakannya. "Kenapa melamun, Sayang?" tanya Alya lagi. "Apa aku harus membuka piyamaku terlebih dahulu, supaya malam pertama kita berjalan sempurna?" Wanita itu membawa jari jemarinya menyentuh lembut pipi Kenzie. Sedang pria itu hanya bisa terdiam kaku melihat tingkah laku istrinya sekarang. Sesaat kemudian, Alya menegakkan tubuhnya. Lalu mulai mengarahkan tangannya untuk melepas satu persatu kancing piyama yang dikenakannya. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Kenzie disela kegiatan panas yang sedang diciptakan oleh istrinya. Alya tersenyum menggoda ke arah Kenzie. "Membuka seluruh pakaianku, Sayang. Memang apalagi?" Kenzie menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar. Ia benar-benar sangat frustrasi saat ini. "Hentikan, Al!" titah pria itu sembari menahan jemari Alya agar berhenti membuka kancing piyamanya. "Baiklah, kali ini kau menang. Silahkan nikmati kasurmu. Aku akan tidur di sofa malam ini." Dengan perasaan kesal, Kenzie melangkahkan kakinya meninggalkan kasur. Ia langsung merebahkan tubuhnya di atas sofabed yang tersedia di kamar mereka. "Yes!" sorak Alya dalam hati. Ia terlihat sangat puas karena permainannya lagi-lagi membuat Kenzie harus menyerah. Sepertinya, Alya mulai paham apa yang menjadi kelemahan suaminya saat ini. "Jangan senang dulu, Al. Aku bersumpah pasti akan membalasmu!" Seperti mengerti kalau saat ini Alya sedang menertawakannya, Kenzie buru-buru memperingatkan Alya agar berhati-hati padanya. "Sekarang cepat tidur. Besok pagi-pagi kita harus ke bandara," ucap pria itu kemudian. Alya menautkan kedua belah alisnya penuh tanya. "Apa besok kita akan pulang ke Jakarta?" "Apa kau pura-pura bodoh atau memang bodoh, hah? Jelas kita akan pergi Honeymoon!" "Honeymoon? Denganmu?" tanya Alya polos seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Kenzie menggeleng kesal melihat kelakuan Alya yang makin lama makin menyebalkan. Ia lantas memilih untuk menarik dan mengeratkan selimutnya. Berusaha sesegera mungkin untuk tidur dari pada mendengarkan ocehan Alya yang makin lama makin menyebalkan. "Ken ... " Alya kembali memanggil nama pria itu. "Apa kau sudah tidur?" "Hmmm ... " sahut Kenzie singkat. "Kemana tujuan Honeymoon kita besok? Apakah Korea? atau Jepang? Aku ingin sekali pergi ke dua negara itu," ucap Alya panjang lebar. Kenzie tidak menjawab sedikitpun pertanyaan yang di lontarkan istrinya. Setelah diamati dengan seksama ternyata pria sudah terlelap dalam tidurnya. Hal ini membuat Alya mengumpat pelan dan setelahnya menyusul untuk segera tidur karena besok harus bangun lebih cepat. . . === CARA MEMBELI KOIN UNTUK MEMBUKA BAB SELANJUTNYA === Cara membeli koin via aplikasi DANA. Kenapa saya pilih DANA? Karena aplikasi DANA jarang sekali mengalami eror/gangguan. (Tidak seperti melakukan pembelian lewat pulsa/ovo/gopay yang sering mengalami eror hingga koin tidak masuk ke dompet pembaca) . 1. Login Aplikasi (WAJIB) 2. Klik tanda TOKO 3. Pilih jumlah koin yang ingin di beli 4. Pilih motede p********n. (Karena ingin membeli pakai DANA , pilih 'DANA' - Jangan lupa, pastikan APLIKASI DANA ANDA SUDAH TERISI SALDO SEBELUMNYA (tidak kosong) 5. Tekan bayar 6. Tekan lanjut 7. Masukkan nomor handphone/nomor Dana anda 8. Klik lanjutkan 9. Masukkan kode pin DANA 10. Masukkan kode yang di kirim via SMS 11. Tunggu beberapa detik sampai tulisan layar di handphone berubah 'BERHASIL' 12. Cek dompet yang ada di aplikasi Dreame/Innovel. Jika koin sudah bertambah, bisa langsung di gunakan. . Selamat Mencoba. Semoga informasi yang saya berikan bermanfaat. . INGATTTTT, KALAU PEMBELIAN KOIN GAGAL, BISA LAKUKAN PELAPORAN KE CS MERCHANT (APLIKASI DANA) BUKAN PROTES KE PENULIS YAHH. KARENA YANG JUALAN KOIN ITU PIHAK APLIKASI BUKAN PENULIS. . THANKISS PERHATIANNYA
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD