Warning Trigger : Pastikan usia anda sangat dewasa, untuk membaca bab ini.
Jam baru menujukkan pukul 12 siang, ketika mereka selesai berbelanja baju untuk Jenni.
“ Kamu uda lapar belum Jen? Kita makan siang dulu yuk di restaurant di atas gedung 101 sekalian kamu bisa melihat pemandangan Kota Taipei.” Kata Kevin menggandeng tangan Evie
“ Di atas ya restorannya?" Karena saat ini, mereka berdua lagi di mall yang tersambung ke Menara 101.
“ Iya di Lantai atas menara ini, namanya Ding Xian 101.” Kata Kevin .
“ Okay.”
Mereka berduapun meluncur ke lift khusus untuk naik ke lantai 86 tempat restaurant Ding Xiang berada. Liftnya sangat cepat, beberapa menit kemudian, mereka sudah berada di restaurant dengan design oriental yang sangat elegant . Lampu-lampu kristal berpendar indah di setiap ruangan. Kevin memilih meja untuk dua orang di tepi jendela besar.Makanan yang disajikan di restaurant Ding Xian adalah Aunthentic Taiwanese food dengan rasa yang sungguh lezat.
“ Enak sekali ya makanannya.” Kata Jenni sambil menyesap sop burung dara
“ Iya, kalau ke Taipei aku suka makan di sini.” Kata Kevin ikut menyesap sopnya.
“ Dari sini, kita pulangkah?” Tanya Jenni.
“ What? Masak pulang? Kapan kita malam pertamanya?” Tanya Kevin sambil cemberut bagaikan anak-anak yang kehilangan mainannya.
Jenni tersipu mendengar kata-kata Kevin itu.
“ Kita check in di hotel dekat sini?” Bisik Jenni pada Kevin. Dia takut pelayan yang berdiri di samping mereka mendengar suaranya.
“ Nggak.” Jawab Kevin singkat.
“ Jadi mau malam pertama di mana?” Tanya Jenni binggung.
“ Rahasia, nanti akan kubawa kamu ke sana. Sekarang nikmati dulu makananmu dan jangan tanya-tanya hal lain.” Kata Kevin kini dengan senyuman tersungging di wajahnya yang bersih klimis.
Jenni membalas senyum menenangkan itu dan mereka berdua makan sambil saling menatap penuh cinta.
+++
Kevin mengajak Jenny ke sebuah gedung megah apartemen yang terletak di seberang Menara 101. Menara 101 merupakan gedung tertinggi kedua di dunia setelah Burj Khalifa yang berada Dubai. Kevin merangkul Jenni erat saat memencet lantai 30 gedung apartemen dengan design minimalis elegant ini.
“ Kita menikmati malam pengantin kita di sini. Ini apartemen milikku sendiri. Bukan harta bersama dengan Evie. Aku merasa aku perlu apartemen milikku sendiri, investasi untukku sendiri,saat aku membelinya dua tahun lalu. ” Kata Kevin, sambil mencium pipi Jenni
“ Dokter Evie pernah datangkah?” Tanya Jenni pelan.
“ Saat membelinya dulu, aku pernah memberitahunya, tapi dia belum pernah datang karena kesibukannya dan setelah dia sakit, Evie jadi malas keluar dari Taichung. Kalau jauh-jauh dia, tidak mau.” Jelas Kevin
Jenni hanya mengangguk-angguk.
Di lantai 30 ini hanya terdapat 4 buah pintu, berarti hanya ada 4 Apartemen yang ada untuk satu lantai ini, berarti setiap apartemen akan mendapatkan view terbaik karena menempati setiap sudut bangunan. Kevin membuka pintu apartemen no 309 dan Jenni melihat pemandangan yang sungguh indah dengan latar gedung 101 yang menjulang tinggi. Apartemen Kevin di design dengan design minimalis khas laki-laki. Simple namun elegant, dengan perabotan berwarna hitam dengan list besi di sudut-sudutnya.
Kevin memeluk erat Jenni dari belakang dan menuntunnya ke kaca besar untuk melihat pemandangan dari kaca besar ke arah gedung 101.
“ Sukakah kamu dengan apartemenku ini?’ Bisik Kevin di telinga Jenni sambil menciumnya perlahan.
Jenni hanya bisa mengangguk dan meresapi setiap ciuman Kevin yang kini telah berlabuh di leher jenjangnya. Kevin melakukan ciuman itu , sambil tangannya membelai payudaranya Jenni dan semua itu membuat Jenni mendesah.
“ Bolehkah aku mandi dulu, Vin?’ Gumam Jenni seksi sambil memejamkan matanya
“ Yuk mandi bareng, ada bathtub besar di master room yang menghadap 101.” Kata Kevin sambil menggandeng tangan Evie dan membuka pintu kamar. Di kamar itu terpampang, satu buah tempat tidur ukuran king size dan walk in closet dengan kaca besar di kiri kanannya.
Kevin membuka pintu geser menuju kamar mandi, terlihat sebuah bathtub besar yang juga menghadap gedung 101.
Kevin mulai membuka seluruh pakaiannya. Jenni, dengan malu-malu juga membuka pakaiannya. Kevin terpana memandang tubuh seksi Jenni. Dia sampai menelan ludah menikmati tubuh indah itu. Tubuh yang selalu dibayangkannya , kini benar-benar terlihat polos di depannya. Kevin langsung mendekati Jenni dan dengan hasrat menyala-nyala melumat bukit kembar kenyal di hadapannya. Tangannya ikut meremas bukit nan menggoda itu. Jenni mendesah ketika lidah Kevin bermain di payudaranya, rasanya geli tapi membuatnya terlena
.
Kini Jenni telah diangkat Kevin, duduk di meja marmer dekat wastafel, tangan dan lidah Kevin masih bermain di p******a nan sintal menggoda milik Jenni yang terus mendesah.
“ Jen. Apa yang kamu lakukan kepadaku, saat kedua kali kamu melakukannya bersamaku dulu itu? Mengapa rasanya begitu dahsyat ketika kita mencapai kenikmatan bersama?” Tanya Kevin sambil mencium leher Jenni.
“ OH! Aku melakukan Pause and Push. Itu triknya mantanku. Dia tahu kalau dia tidak melakukan ini, dia akan keluar dulu, sedangkan aku belum merasakan apa-apa. Jadi dia selalu melalukan pause, saat dia sudah merasakan mau keluar, dia hanya akan mencumbuku tanpa mendorongku atau bergerak agar aliran darahnya kembali menurun dan itu akan dia lakukan berulang-ulang sampai kami mencapai kenikmatan bersamanya.”
“ Okay , I will try to do the same. Biar kita bisa merasakannya bersama-sama. Kamu pasti kesal ya, saat aku goyang dua kali uda selesai.” Kata Kevin kembali melumat bukit Jenni.
“ Iya, aku sedikit kesal.” Kata Jenni jujur dan Kevin mengangkat kepalanya sambil tersenyum.
“ Sorry. I will do it right this time.” Kata Kevin dan melanjuti melumat bukit kembar Jenni lagi, kali ini dengan gigitan di pucuknya sampai membuat Jenni menjerit nikmat. Kevin mengerti semua yang dikatakan Jenni tadi , dia mulai memasuki Jenni dengan posisi Jenni duduk di atas batu marmer wastafel dan Kevin berdiri di depannya. Jenni mendesah seksi ketika Kevin mendesaknya lebih dalam. Kevin mencium bibir Jenni penuh hasrat sambil badannya mendorong dan mendorong tubuh Jenni. Ketika tiga kali dorongan dia merasakan tidak bisa ditahannya lagi, Kevin berhenti mendorong, dia menurunkan kepalanya mencumbu Jenni, sampai aliran darahnya tenang kembali. Mereka saling melumat bibir dengan penuh sensasi, lalu kembali Kevin mendorong Jenni kali ini dengan gerakan dorongan memutar. Jenni meremas rambut Kevin dan semakin mendesah. Perasaan mengeliktiknya mulai datang. Kevin kembali berhenti dan kali ini berpindah melumat p******a Jenni dan menjilati puncaknya sampai payudaranya basah
“ OH.. Vin. Oh Vin..” Desah Jenni dengan nada rendah karena menahan gejolak di bagian intimnya.
Mendengar desahan Jenni, Kevin langsung memacu tubuhnya dengan sekuat tenaga. Berulang-ulang dia melakukannya sambil bibirnya melumat bibir Jenni. Desahan Jenni meskipun dengan nada rendah, terdengar sangat seksi di telinga Kevin.
Kevin dengan kekuatan penuh mendesak Jenni sampai ke relung-relung terdalam milik Jenni dan milik Kevin terasa berdenyut denyut bagai ledakan maha dahsyat yang harus menyembur keluar. Kevin menjerit kencang, ketika mencapai puncak kenikmatan duniawi itu. Kini Kevin bergerak perlahan, penuh kelembutan , mengeluarkan sisa-sisa miliknya agar kosong sempurna di dalam relung kenikmatan milik wanita yang membuatnya menggila, ke dalam milik wanita yang mengajarinya percintaan penuh sensasi dan gelora, yang selama ini belum pernah Kevin rasakan.
“ I must says thanks to your ex.” Bisik Kevin di telinga Jenni.
“ Untuk apa?’ Tanya Jenni sambil membelai dengan mesra punggung polos Kevin.
“ Menemukan Pause and Push ini. Belum pernah kurasakan percintaan sedahsyat ini. Rasanya bagai bom atom yang meledak keluar dan aku juga merasakan sensasi denyut mendalam di milikmu.” Kata Kevin sambil memeluk erat tubuh polos Jenni yang tetap duduk di atas batu marmer di samping wastafel.
Jenni hanya tersenyum mendengar perkataan Kevin. Perasaannya masih berdebar kencang, ini pertama kalinya dia melakukan hubungan intim dengan Kevin bukan karena paksaan dan bukan untuk melakukan perintah dari dokter Evie, ini pertama kalinya dia melakukan hubungan intim dengan Kevin karena Kevin mencintainya dan cara Kevin menikmati tubuh Jenni, sungguh membuat Jenni semakin tahu kalau dia mencintai Kevin sebagai seorang pria , bukan lagi sebagai seorang majikan.
‘ I love you .” Bisik Kevin sambil telungkup di bahu Jenni. Meredakan debaran di dadanya dan menyesap wangi tubuh Jenni yang sungguh menggoda.
Jenni membelai-belai rambut Kevin dengan lembut ketika mendengar Kevin mengucapkan kata-kata cinta itu. Jenni hanya menjawab dalam hati . I Love you too tanpa Kevin bisa mendengarnya.
Mereka berdua selesai mandi, kini berbaring di tempat tidur besar, saling memeluk tetap dengan tubuh polos.
“ Jen. Aku nggak pake pelindung tadi. Gimana kalau kamu hamil?” Tanya Kevin.
“ Aku nggak boleh hamil. Pernikahan kita harus dirahasiakan dulu sesuai permintaan dokter Evie, jadi sekarang aku tidak bisa hamil dulu. Padahal aku kepingin hamil anakmu.” Kata Jenni sambil tersenyum..
“ Jadi gimana kalau kamu hamil?” Tanya Kevin sambil membalikkan tubuh Jenni menghadapnya.
“ Dokter Evie, telah memberiku pil anti hamil saat kita melakukannya dulu itu, tentu dia tidak mau aku hamil. Dan pil itu masih ada satu strip, di dompetku karena aku hanya makan 1 butir kemarin.” Kata Jenni sambil tersenyum.
“ Oo Ok, suatu saat kalau Evie sudah memperbolehkan kita mengungkap rahasia ini, aku juga ingin kamu hamil anakku.” Kata Kevin
“ Tapi aku tidak mungkin hamil deh, mantan suamiku selingkuh karena aku tidak bisa hamil.” Kataku pelan
“ Kita akan mencobanya, tapi kalau tidak bisa hamil juga tidak apa-apa. Toh kamu sudah sangat menyayangi Kenny. Jangan sedih, sayang.” Kata Kevin sambil mencium bibir Jenni pelan dan cumbuan yang awalnya lembut itu kembali menanjak seiring p******a Jenni yang menekan badan Kevin. Mereka berdua kembali menyatukan diri dan Kevin sekarang lebih mahir melakukan Pause and push. Pause and push sampai Jenni dan Kevin menjerit bersamaan.
“ Oh. Aku sangat suka pause and push nya ex mu itu.” Desah Kevin sambil memeluk Jenni erat.