Two Black Man II

1035 Words
Wajahnya ikut tersenyum lebar saat bercerita hal itu kepada Luis, Luis yang merasa tidak percaya akhirnya mendengarkan cerita Don yang sebenarnya. Karena seingat Luis, malam itu ia membawa Tanya ke sebuah pantai menggunakan motor sport miliknya. "Aku tidak percaya kau melakukannya." Kata Luis, Don memang selalu berani mengambil tindakan apapun demi meraih sesuatu. Berbeda dengan Luis yang cenderung diam karena tak ingin mengecewakan Tanya, kedua karakter dan sifat berbeda yang dimiliki oleh satu wanita. Sudah seharusnya Tanya bangga memiliki kedua pria itu di dalam hidupnya. Don dan Luis tertawa lepas saling bertukar cerita, masa lalu bersama Tanya dan beberapa hal lucu yang mereka lalui bersama dengan wanita itu. Tidak ada rasa cemburu karena kedua pria itu kompak untuk membuat Tanya bahagia, di sela canda tawa mereka. Tak sadar jika ada seorang wanita yang baru saja keluar dari dalam kamarnya dan menuruni tangga menuju pantry dimana kedua prianya berada. Don terdiam saat mengetahui ada seorang wanita yang mengenakan piyama tidur dengan rambut acak-acakan berjalan ke arah mereka, wajah wanita itu sedikit pucat karena belum memakan apapun sedari pagi. Ditambah dengan masalah yang dia hadapi, melihat Don yang terdiam, akhirnya Luis mengikuti arah pandangan Don. Ia terkejut ketika melihat wanita itu akhirnya mengambil duduk di sampingnya, mengambil sebuah piring berisi makanan yang sudah dingin lalu memakannya. Tidak ada ucapan dan kalimat yang keluar dari bibir wanita itu, membuat Luis dan Don juga ikut terdiam kareka tak berani mengganggu singat betina yang sedang marah. Kedua pria itu hanya melihat satu sama lain seraya menaikan sebelah alisnya, "kalian sudah makan?" Ujar Tanya tiba-tiba saat makanan yang ada di dalam piringnya sudah habis dan berniat untuk minum guna mengisi kerongkongannya yang terasa mengering. "Sudah, Miss!" Jawab kedua pria itu serempak, Tanya mengangguk lalu meletakan kembali gelas yang sudah kosong ke atas meja. Bersandar di kursi seraya memijit kepalanya sendiri yang terasa sakit, Luis dan Don paham apa yang telah terjadi yang mengakibatkan wanita itu menjadi seperti ini. Dan kedua pria itu turut prihatin melihat keadaan wanita yang biasanya selalu terlihat tegas dan kejam, kini menjadi layu. "Hah, aku tidak percaya Daddyku melakukan hal ini padaku!" Ujar Tanya menghembuskan nafas kasar seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya sendiri, ingin membagi masalahnya dengan kedua pria itu yang memang sudah seharusnya mereka mengetahuinya. "Apapun yang terjadi, kami akan selalu ada untukmu!" Ujar Luis. Sekilas Tanya tersenyum mendengarnya, "ya, aku tahu itu! Aku juga tidak akan menyerah dengan keadaan, jika Ayahku akan memecatku esok hari. Maka aku akan menerimanya, dan ku rasa kita bertiga akan kembali kr New York!" Kata Tanya, wanita itu sudah bisa membuka mulutnya lagi bercakap-cakap dengan kedua prianya. "Yeah! Kembali ke masa lalu!" Sahut Don penuh antusias, membuat Tanya tertawa sekilas meski wajahnya masih terlihat suram. "Aku pasti akan ikut! Lagi pula, tidak ada yang akan memerimaku di sini dengan reputasiku yang kian memburuk." Kata Luis, bukan karena reputasi pria itu yang buruk pikir Tanya. Hanya saja, ada beberapa pihak yang memang tidak menyetujui gaya hidup mereka bertiga. "Apa Mr. Skinner benar-benar akan melakukannya?" Tanya Luis, sementara Tanya sendiri hanya bisa menggeleng. Ia tidak tahu pasti karena hanya Tanya yang berpikir demikian dan berkata seperti itu kepada Ayahnya, karena Tanya sudah muak. Muak dengan semua orang dan Ayahnya yang mendukung pemikiran dan pendapat orang lain tentang kehidupan Tanya, jika Nando benar-benar akan melakukan hal itu. Maka Tanya tidak akan pernah kembali ke kota ini meski hanya sekedar menemui Ibunya, karena itu adalah kesalahan Nando. Bukan Tanya.. "Entahlah, kita lihat saja nanti!" Sahut Tanya. "Jadi, siapa yang memecatmu, Don?" Ujar Tanya penasaran, Don sendiri tidak tahu nama dan rupa manager hotel yang mengiriminya pesan sedemikian rupa. Yang pasti Don tidak ingin kembali ke sana tanpa ada permintaan maaf secara resmi dari pihak hotel yang berlaku semena-mena padanya, meskipun Don telah membuat dua orang pria masuk rumah sakit karena pukulannya. Lagi pula, hal itu disebabkan oleh pembicaraan kedua pria itu. Don dan Tanya bisa saja membuat tuntutan kepada dua pria itu karena telah ikut campur kehidupan pribadi Tanya dan Don serta Luis, bukan malah menuntut Tanya dengan secara tidak sopan di depan Ayahnya, itu lucu! "Entahlah, aku tidak tahu namanya!" Sahut Don, Tanya berusaha mengabaikan hal itu meski ada rasa kebencian di dalam hatinya. Ditambah Mr. Dalton yang membuat rapat itu dan menghadirkan sang Ayah, seolah membuat adu domba kepada Ayah dan anak sekaligus. Seketika muncul rasa dendam kepada Mr. Dalton, Tanya mengepalkan sebelah tangannya seraya memandang lurus ke arah tembok dengan pandangan kosong. Sesuatu di dalam kepala Tanya berkata harus membalasnya, mungkin belum waktunya. Saat ini, kelak atau nanti.. Hal itu akan terjadi dan Tanya bersumpah pria berkumis itu tidak akan pernah berani berkecimpung di dunia bisnis terutama di kerajaan bisnis Ayahnya, dan untuk Nando. Tanya memilih untuk mengabaikan permintaan Nando yang memintaTanya untuk memilih salah satu di antara kedua pria ini. Karena hal itu tidak akan pernah terjadi sampai kapanpun.. "Aku rasa itu adalah Mr. Dalton, dulu saat aku remaja saat pria itu menjadi partner bisnis Ayahku. Dia sempat menggodaku dan mengajakku berkencan. Apa dia bercanda? Mengencani gadis belia sementara tubuhnya dan perutnya yang membuncit?" Ejek Tanya, kedua pria itu tertawa kemudian. Don memang tidak pernah mengenal Mr. Dalton atau bertemu langsung dengannya, tapi mendengar kisah Tanya. Sepertinya wanita itu merasa jijik ketika menghadapi pria semacam itu. "Ya, dia terlihat seperti Sugar Daddy yang buruk rupa!" Tambah Luis mengejek mengingat wajah jelek Mr. Dalton saat menatapnya tajam ketika melewati meja kerja Luis. "Tepat sekali! Ku rasa semua ini ada hubungannya dengan masa lalu, dan pria gendut itu benar-benar menambah masalahku dengan Ayahku. Sial!" Umpat Tanya, berusaha mencari sesuatu yang dapat menenangkan bibirnya. Mengetahui kegelisahaan Tanya, Don mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Sebuah rokok serta pemantik api.. "Terimakasih, Don!" Ujar Tanya, Don juga memberikan batangan nikotin tersebut kepada Luis. Dan mereka bertiga asik menghembuskan asap rokok sambil berbicara panjang lebar mengejek pria gendut tadi. "Jadi, kita akan kembali ke New York jika Mr. Skinner benar-benar akan memecatmu?" Ujar Don yang sangat berantusias kembali ke kota ini. Tanya mengangguk, walaupun ada keraguan tapi kemana lagi dirinya pergi selain ke kota itu. Tanya ragu hanya karena dirinya tak ingin meninggalkan Ibunya, hanya karena rasa egois Nando yang besar, Liliane jadi ikut merasakan hal yang seharusnya tak ia rasakan di masa tuanya seperti ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD