Bab. 9

2169 Words
Digo memandang lekat wajah Sissi tengah tersungut karena merasa kesal. Saya sangat menyukai melihat wajah sebal yang ditunjukan Sissi, menurutnya itu sangat menggemasakan sekali. Coba Digo tidak mementingkan gengsinya, pasti mungkin dia sudah mencubiti pipi gemuk Sissi. Pramusaji sudah mengganti pesanan Sissi dengan salad buah dan jus mangga yang besar. Digo mengunyah makanannya sambil sesekali ekor matany melirik Sissi asyik tengah menikmati saladnya. "Kingkong, udah nelpon cewe lo belum sih?" Sissi tiba-tiba bertanya. "Buat apa?" cerca Digo namun membuat Sissi melirik Digo sinis. "Buat apa lo? Ooeemjiii kingkong! Apa yang udah amnesia ya kalau lo punya kekasih di luar sana!" cerocos Sissi setelah menyeruput jusnya. "Kita lagi dalam masalah besar dan lo buat apa? Lo nyadar nggak sih, kalau masalah siapa menimpa kita sekarang juga ada andilnya cewe lo!" sungut Sissi lagi. "Maksud gue..gue udah nyoba telpon dia, tapi nggak nyambung." bohong Digo pada Sissi, padahal ia sama sekali belum mencoba mengunduh Kathryn. Digo sendiri jadi heran bagaimana bisa kata 'buat apa' diluncurkan begitu saja dari mulutnya. Memang benar yang diterbitkan Sissi jika sedikut banyak Kathryn ikut andil dalam masalah rumit yang sekarang menghimpit mereka berdua. "Gue ga mau tahu! Lo Ciptanya harus ngasih tahu cewe lo itu. Kita harus segera meminta sandiwara pura-pura ini, sebelum terjadi pernikahan yang menurut gur itu sangat lucu sekali." Digo menoleh Sissi yg ingin segera dibuka kepura-puraan mereka. Digo jadi tidak boleh rela jika harus disimpan ini mengembalikan semuanya. Ia mulai terbiasa dan nyaman tinggal di dekat Sissi, tetapi setiap bertemu siapa pun hanya berdebat dan adu mulut saja, tetapi Digo pikir Sissi berbeda dari perempuan yang ia temui. "Lo kenapa sih rimba? Kayaknya pengen banget cepet-cepet ini berakhir. Nikmatin aja dulu, kapan lagi lo bisa gandenga CEO tampan dan berkelas kayak gue buat jadi pacar lo, ralat, calon suami lo." "Cih, nggak penting banget sih lo!" Sissi berdecih mendengar kata-kata Digo yang menurutnya sangat over pede itu. "Begitu hebatnya lo sama gue rimba! Eh, lo denger ya baik-baik, diluaran sana banyak sekali cewe-cewe yg ngarep bisa jalan sama gue, nah lo dikasih kesempatan, jangan lo sia-siain." "Oh iya! Wah, Kingkong gue terharu sekali bisa dapet kesempatan jalan sama lo! Dalam mimpimu, itu cewe lain dan bukan gue kingkong! Jangan ngarep gue bakal seneng gitu bisa jalan sama lo. Yg ada gue empet tau." Digo menopang kedua membahas di dagu memperhatikan Sissi yang terus mendebatnya dengan sangat cerewet, senyum tersimpul di wajah tampannya menerima marah tapi Digo malah menikmati pemandangan di mendukung itu. "Udah ngomelnya?" sahut Digo melihat Sissi kemudian dipindahkan terulur mengambil tisu dan kemudian memberikan sisa jus yang menempel di sudut bibirnya Sissi terdiam seketikan mendapat bantuan yg manis dari Digo. Untuk sesaat ia terbawa suasana sampai deheman Digo menyadarkannya. "Kenapa diem?" "Nggak papa." jawab Sissi yg tiba-tiba jadi gugup. "Udahan belum makannya?" "Iya udah." selai masih menunjukkan pukul tiga sore saat mereka usai menyantap makan siang di kafe. "Masih jam segini, jalan-jalan yuk," ajak Digo pada Sissi. "Kemana?" timpal Sissi. "Ke Mall yg deket sini aja, tapi kita mampir ke masjid segera buat shalat ashar." ada sedikit rasa kagum dihati Sissi saat mendengar Digo mengundangnya untuk mampir ke mesjid dan melaksanakn shalat. 'Ternyata si kingkong rajin juga ya shalatnya, nggak nyangkah. Gue jadi malu selama ini kan gue sering bolong-bolong shalatnya. ' batin sissi dalam hati. Setelah mampir kembali ke masjid untuk beribadah, Digo mengundang Sissi ke salah satu mal dan jauh dari situ. Digo benar-benar menikmati tiba berasama Sissi. Meskipun ia tidak akan bisa seperti ini jika sedang bersama Kathryn. Takut ada paparazi lah. Takut digosipin lah, entah siapa pun yang suka membayangi kekasihnya itu saat sedang jalan dengan Digo. Digo jadi bebas tidak suka dan tahan ada lagi yang mengintai kebaikan pun ia pergi bersama Kathryn. "Kingkong, ayo sini ikutan utama." teriak Sissi yg sekarang telah asyik bermain balap tari. Sissi memang jago sekali memainkan game satu itu, biasanya ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk memainkannya saat bersama dengan duo M sahabatnya. Senyum tersungging dari bibir Digo yang melihat Sissi yang masih asyik bermain. "Seru banget! Kingkong lo nggak mau ikutan main apaan gitu?" tanya Sissi dengan nafas tersengal kecapekan karena terlalu senang bermain game. "Nggak, lo aja yg rimba utama," "Udahan ah, capek gue." Digo sebenarnya masih ingin mengundang Sissi menonton film tetapi melihat gadis cantik itu sudah terlihat disetujui akhirnya ia menawari untuk pulang saja. "Yaudah kita pulang saja kalau lo capek," ucapnya lembut pada Sissi. Hujan sedang turun dengan derasnya saat mereka sedang berada di mobil dan Digo akan mengantar Sissi pulang. "Duh ujan, pasti macet banget deh." keluh Sissi yg terlihat menguap karena memang kantuk sudah menyerangnya. Sissi menempelkan ke sisi jendela dan terpejam. "Rimba, kayaknya nggak mungkin deh kalau gue nganterin lo pulang, jalannya banjir, mobil gue pasti nggak bisa lewat, kalau gue maksain nerjang siapa lagi kita mau kejebak macet, belum lagi bisa-bisa gara-gara airnya lumayan tinggi." Digo berbicara tanpa mensiapkan Sissi, pandang memfokuskan fokus pada kemudi. "Rimba! Lo dengerin gue ngomong nggak sih?" masih belum ada jawaban dari Sissi dan akhirnya membuat Digo menoleh Sissi. "Lah, dia tidur, pantesan aja diajak ngomong nggak ada nyahut." cerca Digo menghadap wajah polos Sissi yg tengah terlelap. Digo seger melepaskan jaket yg ia kenakan dan kemudian memasangkannya ke tubuh Sissi seperti selimut. 'Lo cantik banget kalau lagi tidur begini rimba.' puji Digo dalam hati. Curah hujan yg bertambah deras buat kemacetan bertambah panjang. Sudah hampir dua jam Digo dan Sissi berada dalam mobil. Seperti yg Digo perkirakan, jalan menuju rumah Sissi banjir yg lumayan tinggi, mau tidak mau akhirnya Digo berinisiatif memutar balik kendaraannya. 'Mau bawa kemana ini si rimba? Kalau gue bawa kerumah ntar orang di heboh lagi, gue bawa ke hotel? Nggak, nggak! Yg ada ntar malah dikira pasangan m***m terus kena razia satpol pp. ' Digo digidik ngeri membayangkan tentang razia pasangan m***m yang sering terjadi di hotel dan tempat penginapan. Sedetik kemudian ia menepuk keningnya perlahan. 'b**o banget! Ayo bawa apartemen aja kali ya, lumayan aman kalau kesana nggak bakal bikin heboh. ' gumamnya lagi. Digo pun melajukan mobilnya menuju apartemen yang sudah lumayan lama tidak dikunjunginya. Sudah lama ia tidak pernah mampir sama sekali kesana sejak Kathryn pergi ke Milan. Biasanya ia dan Kathryn sering menghabiskan waktu bersama di sana. Tidak! Jangan berpikir macam-macam, karena mereka adalah apartemen di Digo tapi Digo sangat bisa memikirkan dan tahu mana yang baik dan tidak. Mereka tidak pernah lebih dari sekadar berciuman, itu saja bisa dihitung dengan jari, jumlah kali bibir Digo pernah mendarat di bibir Kathryn. Tidur Sissi lumayan lelap sekali hingga Digo tidak tega rasanya untuk membangunkannya. Digo dengan mudah mengangkat tubuh mungil Sissi menuju lantai empat tempat apartemen-nya. Susah payah Digo memasukkan beberapa angka kombinasi kode akses masuk ke apartemen dengan Sissi dan gendongannya. Pelan Digo merebahkan Sissi di kamar tidur utama, tak lupa juga membuka sepatu yang terpasang di Sissi, kemudian menarik penutup buruk untuk menghubungkan tubuh gadis cantik itu. Setelah memastikan Sissi tidur dengan nyaman, Digo beranjak keluar menuju mini bar yang ada di samping dapur. Cuaca sedang karena hujan, Digo ingin meminum sesuatu yang bisa memperkaya seseorang. Digo mencari-cari sesuatu di laci dapur, cuma ada teh. Tapi Digo tidak tahu dan tak bisa membedakan mana garam dan gula. Maklum saja, selama ia tinggal di apartemen biasanya akan ada mbak-mbak siapa ia pekerjakan dari pagi sampai sore untuk beres-beres dan mencuci apatermennya. Tapi sudah menerima ini mbak yg bekerja di apartemen Digo pulang kampung. - Sissi menggeliat dalam tidurnya. Perlahan pandang terbuka dan tertutup. 'Gue dimana ini, kog kamar gue jadi full sama poster barclays begini sih.' gumamnya yg masih belum tersadar sepenuhnya. "Barclays! Ooemjiii, oke fix, ini bukan kamar gue." ucap Sissi sadar dan terduduk seketika saat sadar ia tertidur bukan di kamarnya. Sissi melepaskan diri sendiri dan juga membuka bed cover yg dikembalikan. "Eh, aman! Pakaian masih lengkap semua," desisnya lega. Sissi berjalan keluar kamar saat mendengar suara dari arah dapur. "Kingkong lo lagi apa." ucapnya saat sudah di dapur dan mendapati Digo yang bingung memilih antara garam dan gula. "Rimba, lo bangun." sahut Digo tanpa menoleh Sissi. "Kog gue bisa ada di sini sih kingkong? Lo nggak mau macem-macemin gue kan!" selidik Sissi melirik Digo. "Yaelah rimbaa, udah baik gue bawa lo kesini, tadi macet parah, jalan menuju rumah lo banjir. Jadi dari kita keje macet ampe pagi, mendingan gue puter balik trus bawa lo kesini." terang Digo pada Sissi. "Ini apartemen lo?" "Bukan! Ini apartemen bibik. Yaiyalah ini apartemen gue," sungut Digo. Sissi yg melihat Digo ingin membuat sesuatu, segera membahas dan ingin membantunya. "Lo duduk aja kingkong, biar gue yg bikinin." tawar Sissi dan Digo menurutinya. Seperti biasa Digo selalu memperhatikan apa yang sedang dilakukan Sissi. Dengan cekatan Sissi membuat dua cangkir teh untuk mereka. 'Seumur-umur pacaran dengan Kathryn saja dia tidak pernah membuatkan teh seperti si rimba.' Digo membatin. Lagi-lagi ia membandingkan Sissi dengan Kathryn. "Silakan tuan kingkong," seru Sissi menyerahkan teh di depan Digo. "Kingkong, lo punya sesuatu nggak yang bisa dimakan? Mie instan gitu? Gue laper." ucap Sissi memegang perutnya sebagai tanda kalau ia memang sedang lapar. "Coba lo lihat di laci, kayaknya masih ada beberapa mie disitu instan." jawab Digo kemudian Sissi beranjak melihat laci seperti yg Digo katakan, dan memang ada dua mie instan disitu. Sissi kemudian memasak dua-duanya menjadi satu dan berniat akan disimpannya bersama Digo. Beberapa menit kemudian Sissi berjalan ke arah Digo dengan semangkuk mie yang masih panas. "Kingkong, makan dulu yuk, lo nggak laper apa?" ajak Sissi pada Digo yg tengah berkutat di depan laptopnya. "Lo aja yg makan rimba, gue nggak laper." "Yaa..tau gitu tadi gue bikin satu aja. Ini udah terlanjur gue bikin dua sekaligus. Dapat kan jadinya." Digo melirik Sissi dan melihat raut wajah kecewa pada gadis itu. Digo tidak tega juga dan akhirnya beranjak untuk ikut mie yang sudah Sissi buat. "Ayo lah, mari kita makan mie-nya mumpung masih panas." mengatakan Digo langsung duduk di sebelah Sissi dan membuat gadis tersenyum menatapnya. Digo tidak tahu apa yang ia rasakan saat bersama Sissi. Tapi siapa yang pasti nyaman dan bisa bersama dirinya sendiri saat bersama gadis cantik itu. Digo belum pernah makan semangkuk berdua seperti ini dengan santai dan baru kali ini bersama Sissi. Seusai menyantap semangkuk mie berdua, Digo menerima mengecek email yang masuk di laptopnya. Sementara Sissi memilih menonton tv di ruang tengah. Jam satu dinihari saat Digo baru menyeleseikan pekerjaannya, ia melihat Sissi tertidur di sofa dengan tv masih menyala. Digo mendekatinya, awalnya ia ingin mengangkat kembali Sissi ke kamar seperti yang ia lakukan tadi. Tapi ia sendiri sudah siap sangat lelah dan mengantuk, akhirnya Digo mengangkat kepala Sissi untuk ia meletakkan kedua pahanya sebagai bantalan. Tak lama Digo pun ikut terbang ke alam mimpi dengan posisi tidyr setengah duduk dengan kepala Sissi di pangkuannya. --- "Mam, jadi kita pergi belanja?" Mita Mama Digo bertanya pada mertuanya Oma Arnita. "Jadi dong Ta, sekalian kita mampir ke apartemen Digo, pasti anak itu menginap di sana." seru Oma arnita. "Kita akan mengajaknya membeli untuk keperluan pernikahannya, Digo harus memilih sendiri barang-barang yang akan dibuat seserahan." ucap Oma Arnita lagi. Mobil jaguar yg membawa Oma dan Mama Digo melaju menuju apartemen Digo. Oma memang sudah mewanti-wanti pada pak Nanang sopir pribadi Digo, untuk mampir terlebih dahulu ke apatemen Digo. Sampai di lobi, Oma dan Mama Digo segera naik lift menuju lantai empat berlokasi apartemen Digo. Bu Mita yang memang sudah hafal dengan nomer kombinasi sebagai kunci untuk masuk ke dalam apartemen segera memencet beberapa tombol dan pintu pun terbuka. Oma Arnita dan bu Mita segera masuk dan diundang-manggil Digo, namun mata mereka terbelalak kaget saat melihat pemandangan yang mengejutkan di depan mata mereka. Mereka mendapati Digo dan Sissi tidur dengan posisi saling memeluk erat. "Asthagfirllah," ucap mereka bersamaan. "Digooooooo! Bangun!" teriak Oma yg terlihat penuh amarah. Sissi mengerjapkan wajahnya saat mendengar suara teriakan. Matanya bertemu sosok dua orang perempuan yang sudah berdiri di hadapan mereka dengan mata menyalang. "Oma, Mama." ucap Sissi kaget dan tertegun. Bagaimana bisa ia tidur bersama Digo di sofa dengan saling berpelukan. Sissi yg tersadar segera meloncat bangun karena merasa kaget dan malu dengan Oma dan Mama Digo. "Digo banguuuuuuun!" "Awww..apaan sih rimba!" gumamnya masih dengan mata tertutup. "Digo ini Mama! Cepat bangun!" "Hah? Mama." Digo yg membalikkan suara Minta ikut meloncat karena kaget, dan lebih kaget lagi saat ia melihat Oma menatapnya dengan mata yg memancarkan amarah. "Bagus ya Digo! Tidak pulang kerumah, alasan macet dijalan. serang Oma Arnita langsung pada Digo. Sementara Sissi hanya bisa menunduk malu tidak berani diangkat. "Oma, ini bukan seperti yg ----" "Keterlaluan lagi kalain ini! Apa susahnya sih menunggu lagi sampai kalian sah." timpal bu Mita ikut-ikutan terlihat marah. "Mama, nggak seperti itu Mama dan Oma lihat, aku sama Sissi, kami cuma--" "Tidur seranjang dan saling berpelukan. Apa itu namanya 'cuma' Digo?" cerca Oma. "Oma tidak mau tahu! Kalian harus menikahi dia! Oma terima kasih kalian semua minggu untuk menyiapkan semuanya. Tidak ada bantahan Digo Sissi! Semakin lama kami siapkan, semakin tidak baik untuk kalian dan keluaraga kita." Kali ini Digo dan Sissi yang sama-sama terperangah kaget mendengar perintah Oma Arnita. Menikah? Satu minggu lagi? Ya Tuhan. #############
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD