"Hari ini benar-benar menyebalkan sekali." umpat Sissi dalam hati.
"Memangnya dia siapa ngelarang-larang gue buat deket sama cowo lain selain dia! Dasar cowo kingkong aneh! Nyebelin." umpatnya lagi menggerutu sendiri.
Setelah Digo menariknya dengan paksa saat Sissi sedang mengobrol bersama Aryo, Sissi memutuskan untuk pulang sendiri tanpa dan pergi Digo sendiri saat itu.
Sissi terus menggerutu sejak sampai di rumah, menang benar-benar memegang dongkol sekali dengan Digo. Bagaimana tidak berbulan-bulan ia memimpikan bisa dekat dengan Aryo sekarang setelah kesempatan sudah di depan mata dan terbuka lebar laki-laki yang ia sebut cowo kingkong itu mengacaukan semua dengan yang dibiarkan langsung di depan Aryo sebagai pacarnya.
"Kurang ajar, aja lo cowo kingkong kalau sampai Kak Aryo benar-benar juhin gue gara-gara lo. Gue bejek-bejek deh muka lo biar makin suka kayak kingkong!" gerutunya lagi sesaat sebelum diangkat telpon yg berbunyi dari handphone nya.
Cowo kingkong caling;
"Yaelah panjang umur bener lo kingkong! Baru juga di omongin udah nelpon gue aja. Sungut Sissi.
"Hallo..apaan!"
" Sopan dikit bisa kali jawabnya."
"Buruan deh bilang ada yang gue sibuk gaada waktu buat ngeladenin telpon lo!"
"Lo siap-sipa bentar lagi gue antar jemput, Oma ngajak kita makan malam tidak ada pembicaraan! Pokonya lo harus ikut!"
" Dasar pemaksa lo!"
'Makan malam, laki-laki sebenarnya ketemu sama cowo kingkong. Tapi gue juga nggak enak sama Oma kalau nolak ajakannya, Oma kan baik banget nggak kayak si kunyuk kingkong yg nyebelin itu. ' Sissi kembali menggerutu sendiri setelah menerima telpon dari Digo.
Setelah menimang-nimang akhirnya Sissi memutuskan untuk bersiap-siap karena akan kembali Digo akan menjemputnya.
Seusai mandi Sissi, memilih lemari dan memilih baju. 'Gue pake baju apa neh, masa iya gue t-shirt sama celana jins, siapa ada ntar malah il-fel lagi hubungan si kunyuk.' Gumam Sissi yg sibuk memilih-milih baju yg akan dia kenakan.
Akhirnya pilihan Sissi jatuh pada dres cantik berwarna pink lembut dengan renda di bagian tengahnya.

Sissi mematut dirinya di depan cermin, riasan natural dengan kesan lembut dan juga rambut yg ia curly dan sebagian anak rambut ia tarik ke samping Sissi terlihat sangat cantik dan anggun sekali. Berkali-kali ia memutar tubuhnya di depan cermin bak seorang model yg tengah beraksi dalam pemotretan.
'Perfeck Sissi! Lihatlah semua orang akan terkagum nelihat penampilan lo malam ini.' desisnya sendiri.
Tin..tin..tin.. Suara klakson mobil dari halaman rumah Sissi terdengar sampai ke dalam rumah. Menandakan kalau Digo sudah sampai di rumah Sissi.
Sissi segera beranjak keluar menemui Digo yg akan membawanya kembali bertemu dengan keluarganya untuk undangan makan malam atas permintaaan Oma Arnita, Oma Digo.
"Haii..cowo kingkong!",sapa Sissi saat sudah berdiri tepat di sebelah mobil Digo.
Sesaat Digo yg tengah berdiri dan bersender di mobilnya dengan tangan yg ia lipat di depan dadanya, tak berkedip melihat penampilan Sissi malam ini.
"Hoeeey! Napa lo, kagum lo ya sama kecantikan gue!" sentak Sissi mengibaskan tangannya di depan Digo membuat Digo tersadar seketika dari kekagumannya.
"Pede gila lo ya! Lo cantik? Dari mananya coba!" elak Digo padahal tadi ia memang sungguh takjub melihat penampilan Sissi yg beda dari biasanya dan terlihat cantik sekali. "Buruan naik lo!" seru Digo pada Sissi.
"Iish dasar kingkong! Nggak romantis banget sih jadi cowo. Bukain kek pintunya," gerutu Sissi saat Digo menyuruhnya masuk ke mobil.
"Lo pengen banget gue romantisin ya!" sentil Digo membuat Sissi seketika gugup.
"Apaan sih lo! Buruan jalan, keburu macet." cerca Sissi mengalihkan pertanyaan Digo.
Satu jam lebih Digo dan Sissi berada salam mobil membelah kemacetan ibukota. Apalagi di musim hujan seperti ini pasti macet sudah menjadi makanan sehari-hari warga Jakarta.
"Lama banget sih, borring neh gue." gerutu Sissi, sementara Digo tak menanggapi dan lebih fokus dengan kemudinya.
"Cowo kingkong, gue boleh nanya nggak sama lo?" pancing Sissi yg tak tahan sedari tadi melihat Digo hanya diam saja.
Namun Digo masih tak menanggapi pertanyaan Sissi.
"Budeg lo ya! Diajak ngobrol diem aja." cerca Sissi kesal karena merasa tak ditanggapi.
"Nanya apa?" ujar Digo dengan nada lembut. Sissi sampai terperangah mendengarnya. 'Kenapa neh cowo kog tiba-tiba jadi lembut gitu ngomongnya.' gumam Sissi dalam hati.
"Lo cantik malam ini," puji Digo tanpa sadar.
'Bluuussh.' pipi Sissi memerah seketika mendengar pujian dari cowo yg menurutnya menyebalkan itu.
Sissi memegang kening Digo dengan telapak tangannya. "Nggak panas kog, masih normal." ucap Sissi konyol.
"Lo apaan sih rimba. Lo pikir gue sakit!" desis Digo menyingkirkan tangan Sissi dari keningnya.
"Yakali lo sakit, tumben aja lo tiba-tiba jadi lembut gitu ngomong sama gue, pake muji gue lagi." ujar Sissi.
"Gue ngomong kasar salah, ngomong lembut juga salah. Mau lo apa sih rimba!" protes Digo pada Sissi.
Sissi sendiri juga bingung dengan apa yg dirasakan. Rasanya aneh saja melihat Digo yg biasanya sengak dan jutek dengannya tiba-tiba melunak dan bersikap lembut padanya.
"Gue capek tau berantem mulu sama lo cewe rimba, bisa nggak kita damai paling tidak buat malam ini aja." ujar Digo dan lagi-lagi membuat Sissi mengeryitkan keningnya bingung akan sikap cowo kingkong itu.
"Damai! Perang kali pake damai segala. Lo kira gue teroris gitu." sungut Sissi menutupi kegugupan yg tiba-tiba melanda hatinya.
"Bukan! lo bukan teroris. Lo suci dan gue penuh dosa." sahut Digo bernada sindiran disertai cengiran yg dibuat-buat.
"Dih ngaku juga akhirnya kalau lo penuh dosa. Lagian lo aneh malam ini. Nggak kayak biasanya,"
"Aneh apanya sih rimba."
"Pleasee deh bisa nggak lo manggil nama gue yg bener gitu! Rimba rimba..lo kira gue temennya simba!" protes Sissi memang tidak suka jika ada yg memanggilnya rimba meskipun namanya panjangnya memang ada rimba nya.
"Nggak bisa, gue udah paling nyaman manggil lo rimba!" ucap Digo cuek tak peduli dengan pelototan Sissi.
"Dasar kingkong kunyuk!" umpat Sissi tak mau kalah.
"Hati-hati lo! Lama-lama lo bisa jatuh cinta sama kingkong kunyuk lo ini." goda Digo melirik Sissi.
"Iyyuuuh! Makasiih deh. Kalaupun cowo di dunia ini tinggal lo sama Udin sedunia gue pasti bakalan---"
"Apa! Bakal milih sih udin gitu cih..belom tentu juga si Udin mau sama lo rimba." decih Digo meledek Sissi.
__
Setelah hampir sejam lebih akhirnya mobil Digo dan Sissi sampai juga di kediaman Digo yg besar dan mewah. Digo segera turun, tapi tak seperti dugaan Sissi kini Digo membukakan pintu mobil untuknya.
"Turun buruan udah ditunggu di dalam," seru Digo saat membuka pintu. "Jangan ge-er lo. Gue bukain pintu buat lo biar menyakinkan orang rumah aja kalau kita memang sepasang kekasih." peringat Digo pada Sissi.
"Ish dasar! Sudah gue duga, siapa juga yg ge-er." sahut Sissi tak terima.
Sissi berjalan mendahului langkah Digo, namun dengan cepat Digo menarik dan memeluk pinggangnya. Sesaat jantung Sissi berdegub kencang saat Digo melingkarkan tanganbya di pinggang rampingnya.
"Lo mau buat semua curiga ya rimba! Inget kita ini sekarang sepasang kekasih di depan keluarga gue, jangan sampai ngelakuin hal yg bisa membuat mereka curiga." ucap Digo tepat di samping telinga Sissi.
"Iya gue ngerti, bawel banget lo!"
Mereka berjalan beriringan menuju ruang makan dan sudah menunggu mereka disana Oma Arnita dan juga Mama Papa Digo.
"Wah wah, yg ditunggu sudah datang, cantik sekali kamu sayang," ucap Oma Digo menyambut Sissi.
Sissi pun segera mencium tangan Oma Arnita dan juga kedua orangtua Digo. "Terimakasih Oma," ucap Sissi tersenyum manis.
"Calon mantu sini sayang duduk sebelah Mama," seru Mita Mama Digo menepuk kursi di sebelahnya.
"Kacaang..kacaang mahal!" protes Digo yg merasa tidak perhatikan oleh semuanya.
"Digo, apa sih kamu itu, sudah tua masih suka ngambek saja." cerca Mama Digo.
"Tua? Enak aja sih Mam, masih muda dan ganteng begini dibilang tua." gerutu Digo pada Mamanya.
"Sudah sudah, ayo duduk ada yg mau Oma bicarakan sama kalian semua." titah Oma Arnita.
Digo pun mengambil posisi duduk di sebelah Omanya itu.
"Digo, Sissi, setelah Oma pikir-pikir lebih baik kalian bertukar cincin sekarang," pernyataan Oma Arnita membuat Digo dan Sissi terperangah kaget.
"Oma, kita kan belum bertemu dengan orangtua Sissi, kenapa harus buru-buru sih Omah?" protes Digo berharap Oma nya itu berubah pikiran.
"Iya Oma, kedua orangtua saya masih di luar kota,," timpal Sissi yg juga berharap kalau Oma Arnita hanya bercanda.
"Tidak apa-apa, nanti setelah orangtua Sissi datang, kita akan menemuinya," sela Oma Arnita. "Benar kan Mita, Aldo." ucapnya lagi meminta persetujuan dari kedua orangtua Digo dan mereka pun mengangguk tanda setuju.
"Tapi Oma, Digo juga belum menyiapkan cincin buat Sissi." elak Digo lagi.
"Tidak perlu Digo, Oma sudah menyiapkan semuanya," Oma Arnita mengeluarkan kotak kecil dengan bahan beludru berwarna merah dan membukanya. Tampak sepasang cincin emas putih yg satu bermatahkan berlian di tengahnya dan yg satu lagi polos.
Lagi Sissi dan Digo hanya terperanjat bingung melihat Oma Arnita sudah sedemikian rupa menyiapkan semuanya.
"Ayo Digo pasangkan di jari Sissi," ucap Oma Arnita menyiruh Digo menyematkan cincin ke jari Sissi.
Dengan malas Digo menuruti perintah Omanya itu, toh tidak ada gunanya juga kalau ia membantah perintah Oma nya yg terkenal tegas dan tidak bisa dibantah itu.
Jantung Sissi seakan bermarathon saat Digo menyematkan cincin bermata berlian itu ke jari manisnya. 'Oh..my..God. Perasaan gue nggak punya riwayat penyakit jantung. Ini kenapa tiba-tiba jadi berdetak tak karuan begini sih.' gumamnya dalam hati.
Tangan Digo pun tak kalah bergetar dan gugup saat ia memasangkan cincin itu ke jari Sissi. 'Kenapa gue jadi gugup begini sih. Harusnya gue memasangkan cincin ini ke jari Kathryn, bukan ke cewe rimba ini.' gumam Digo dalam hatinya.
"Nah, sekarang gantian, ayo cantik giluran kamu Sayang," ujar Oma Digo pada Sissi.
Sissi pun mengambil satu cincin yang masih tersisa di kotak dan memasangkan cincin ke jari Digo. Sesaat sebelum Sissi memasangkan cincin pandang mereka saling bertemu dan entah bagaimana bertatap mata seperti itu dengan Digo tiba-tiba membuat Sissi jadi salah tingkah.
Digo pun bergetar selamat saat Sissi berhasil memasangkan cincin ke jari manisnya.
Ia tak mengerti mengapa tiba-tiba bisa merasakannya.
"Nah, dengan begini Oma sudah tenang rasanya, kalian sudah resmi tunangan, setelah puas Sissi datang kami akan segera membucarakan pernikahan kalian." katakanlah Oma Arnita dan kali ini sukses buat Digo dan Sissi membulatkan pandangan kaget.
"Pernikahan?"
"Apa? Menikah?"
Ucap mereka bersamaan terperangah kaget.
########