Bab 3. Kekasih Tak Setia

1175 Words
Sepulang dari beraktifitas, Venus masuk ke apartemennya seperti biasa. Kakinya terhenti saat melihat kekasihnya Gareth Moultens berdiri di ruang tengah dengan tuxedo rapi dan senyuman lebar. “Hi, Babygirl!” sapa Gareth membuat Venus terpana. Ia mendengus tersenyum dan ikut mendekat. “Aku sudah berjanji bukan? Aku akan mengajakmu makan malam dan menghabiskan waktu denganmu,” ujar Gareth lembut lalu mengelus sisi lengan Venus dengan wajah tersenyum. Venus makin merekahkan senyumannya. Ia mengangguk lagi. “Sekarang, ganti pakaianmu. Pakai gaun yang cantik, kita akan makan malam!” ajak Gareth lagi. Ia mendekat dan Venus langsung merangkul kan kedua lengannya pada pundak Gareth lalu mereka berciuman. Gareth menumpahkan segala rasa rindu dan cintanya dalam ciumannya untuk Venus. Venus pun ikut memejamkan matanya. Sementara Dion yang baru saja masuk setelah anak buahnya Kyle ingin mengantarkan salah satu barang bawaan Venus yang tertinggal di mobil. Ia berhenti di dekat pintu kala melihat Venus dan Gareth berciuman mesra. “Maaf, Nona. Di mana aku harus meletakkan barangmu?” Dion bertanya setelah beberapa menit ia tertegun. Venus terkesiap dan langsung menoleh ke belakang melihat ke arahnya. “Letakkan saja di sana!” tunjuk Venus dengan sedikit gerakan wajahnya pada Dion. Dion mengangguk dan meletakkan tas tersebut tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia lalu berjalan melewati Gareth dan Venus yang masih berpelukan. “Aku akan memeriksa kamarmu dulu, permisi!” ucap Dion berjalan ke arah kamar bersama Kyle dan Edward untuk memeriksa beberapa ruangan. Gareth mendengus kesal dan mood baiknya jadi sedikit berubah gara-gara pengawal itu. “Kenapa dia tak pasang CCTV saja? Dasar dungu!” umpat Gareth pelan pada Dion yang sudah berlalu. Venus membelai pundak Gareth dan tersenyum padanya agar ia tak marah lagi. “Apa kita berangkat sekarang?” tanya Venus tersenyum sambil memiringkan wajahnya. Gareth tersenyum dan mengangguk lagi. “Buatlah kejutan untukku! Aku akan menunggu di sini,” ujar Gareth lalu mengecup pipi Venus yang begitu bahagia. Sudah berminggu-minggu rasanya Venus menantikan sikap manis Gareth padanya. Ia tak akan menyia-nyiakan waktunya untuk menikmati malam ini bersama kekasih yang ia cintai. Dengan langkah riang, Venus pun berjalan masuk ke dalam kamarnya. Karena terlalu bahagia, Venus sampai lupa jika Dion masih memeriksa kamarnya dan sekarang ia tengah berada di ruang walk in closet untuk memeriksa seperti biasa. Usai meletakkan tas dan syal di ruang berbeda, langkah riang Venus berlanjut masuk ke dalam walk in closet. Namun ia tak melihat Dion yang mengakibatkan mereka tak sengaja tertubruk. Dion yang memiliki refleks yang bagus mencoba menangkap Venus. Tangannya sebelah menahan tulang punggung Venus agar tak membentur lantai sementara tangan satunya lagi hendak meraih sesuatu untuk menahan tubuhnya. Sayangnya, Dion kehilangan keseimbangan saat itu juga dan jatuh menindih Venus. Lebih sial lagi, bibirnya malah tertabrak bibir indah Venus. Dion baru menyadari jika ia terjatuh di atas Venus beberapa detik kemudian. Matanya membesar dan ia mematung. Begitu pula dengan Venus yang awalnya menutup mata karena terjatuh ke lantai. Untungnya punggungnya tak terbentur karena tangan Dion yang menahan punggungnya dan juga karena karpet lantai. Perlahan Dion menjarakkan bibirnya dari Venus yang masih mematung menatapnya. Rasanya otak Dion seperti membeku, lidahnya membatu dan darahnya berhenti mengalir. “Uh ...” desah lembut itu keluar dari celah bibir Venus yang sempat menempel pada Dion. Desah itulah yang menyadarkan Dion agar melepaskan diri dari Venus. Dengan cepat Dion mencoba bangun dan membantu Venus agar ikut berdiri. “Apa Nona baik-baik saja?” tanya Dion dengan suara husky yang lembut dan cemas. Venus mencoba bernapas di antara degup jantungnya yang aneh. Ia seperti sulit bernapas. “Uh, ya ...” desah Venus lagi. Dion benar-benar tegang dan kebingungan. Ia mengusap kepala dan mencoba menoleh ke arah lain. “Uhm, silakan Nona pasti mau ke dalam ...” Venus mengangguk dengan sikap yang sangat gugup. Ia tak tahu harus bicara apa begitu pula dengan Dion. “Maaf, Nona, aku tidak sengaja menabrakmu. Aku ...” Venus sedikit meringis aneh dan memilih berjalan melewati Dion untuk masuk ke dalam walk in closet dan menutup pintunya. Dion yang masih separuh seperti orang bodoh lantas mengutuk dirinya sendiri dalam hati. “Aduh, aku ngapain sih tadi!” rutuk Dion dalam hatinya. Ia bingung dan akhirnya pergi dari kamar itu dengan jantung yang hampir copot. Sementara di dalam, Venus terpaku pada cermin besar di depannya dengan kening mengernyit. Apa yang baru saja terjadi? Seperti ada panas yang menjalari pipi lalu pindah ke leher dan kini seluruh tubuhnya. Matanya melebar seakan ia tengah dirasuki sesuatu tapi apa. Venus mencoba menggerakkan bibirnya lalu jemarinya perlahan menyentuh tanpa disadarinya. “Gak! Apa yang aku pikirin sih? Itu cuma kecelakaan! Itu cuma kecelakaan!” Venus terus merapal hal itu untuk menenangkan jantungnya. Venus menarik napasnya lebih panjang tapi degup jantungnya belum normal. Walhasil, ia harus menghabiskan waktu lebih banyak untuk berganti pakaian. Gareth sudah mulai kesal menunggu lama dan langsung memberikannya delikan saat Venus datang. “Maaf, Sayang ...” Gareth langsung berdiri dari sofa dengan raut kesal dan kedua tangan masuk ke dalam saku celana. “Apa yang kamu lakukan? Aku sudah menunggu sampai satu jam!” sahut Gareth mulai memarahi Venus. Venus mencoba menutupi gundah di hatinya dengan senyuman dan belaian lembut pada kekasihnya. “Aku ingin berdandan lebih cantik untuk makan malam kita,” bujuk Venus lembut mengungkapkan alasannya. Gareth pun menarik napas panjang dan mengangguk. Ia tersenyum kembali dan sedikit menjarakkan dirinya untuk memandang Venus. “Kamu benar-benar cantik. Ayo kita berangkat sekarang, kita sudah terlambat!” Venus pun tersenyum lebih lebar sebelum ikut menggandeng lengan Gareth dengan mesra. Dion memilih menunggu di lobi dari pada mengawal Venus dan Gareth dari penthouse. Ia butuh waktu untuk menormalkan kepalanya kembali. Namun begitu rombongan Gareth dan Venus muncul, Dion kembali pada mode-nya sebagai seorang pengawal. Venus bahkan tak mau menatap Dion yang kemudian sedikit menundukkan kepalanya untuk membukakan pintu mobil bagi Gareth dan Venus. Makan malam berlangsung romantis di sebuah restoran mewah di Manhattan. Restoran itu telah di reservasi oleh Gareth untuk makan malamnya dengan Venus. Mereka menempati ruangan VIP khusus sesuai dengan pesanan Gareth. Pemandangan malam kota New York menjadi lebih indah dan jelas dari balik dinding kaca di sekeliling ruangan tersebut. Dion dan dua pengawal lain yaitu Felipe dan Edward akan ikut berjaga dengan berdiri di sudut ruangan. Seperti biasa Dion akan memeriksa makanan untuk Venus dan ikut mewawancarai chef yang memasak. Gareth begitu kesal melihat hal tersebut namun tak bisa berbuat apa pun. Saat sedang makan malam, ponsel Gareth berdering dan ia langsung mengangkatnya. Venus sempat terkesiap dan mengernyit. Ia langsung menegur Gareth karena panggilan yang mengganggu itu. “Sayang, kita sedang makan malam ...” Gareth dengan cepat memberi tangannya sebagai tanda dan ia malah bangun dari kursinya. “Aku akan kembali. Rekan bisnisku ada di restoran ini, sebentar ya!” Gareth langsung keluar dari ruangan itu meninggalkan Venus begitu saja. Dion yang menyaksikan semua itu hanya bisa lekat memperhatikan Venus. Ia berdiri di belakang dan tangannya perlahan mengepal. Venus menunduk dan mulai meneteskan air matanya, ia ikut bangun dan berjalan ke arah kamar mandi sambil mengangkat gaun lalu berjalan cepat. Dion terpaku sejenak sebelum ia memutuskan untuk mengikutinya juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD