“Komandan!” Jasman menerobos masuk ke ruangan Dion usai Laras pergi. Jasman menutup pintu dan langsung menghampiri Dion. “Komandan, gak apa-apa kan?” tanya Jasman lagi. Dion sedang mengatur napas untuk menghilangkan emosi yang sempat terpancing gara-gara ancaman Laras. “Saya gak pa-pa. Mana Peter?” tanya Dion cepat. “Udah berangkat!” Dion mengangguk lagi dan matanya kembali melihat pada undangan di tangannya. Begitu pun dengan Jasman yang ikut melirik pada benda yang sama. “Itu apa, Dan?” Dengan kesal dan membuang muka, Dion memberikan undangan itu pada Jasman. Jasman mengambil dan membacanya. Mata dan mulutnya sama-sama terbuka karena kaget. “Buset, nekat amat! Kok udah ada tanggalnya? Kan sidangnya belum!” cetus Jasman dengan nada tinggi. Dion benar-benar kesal setengah mati. Dia su