Bab 10

1154 Words
Hampir dua hari Ellena berada di bumi dan dia masih terkurung di kamar gadis berambut pirang itu. Dia tengah berdiri di depan jendela kamarnya. Melihat tetesan hujan turun membasahi bumi. Mungkin itu salah satu cara agar mereka bisa mencari tahu keberadan dirinya. Hujan sangat deras dan tidak kunjung berhenti. Ellena merasa jika rakyat bumi akan bahagia, tetapi itu hanya sementara waktu. Air yang dikirimkan langit bukan untuk rakyat tetapi dirinya. Ketika matahari menjadi cerah, tentu air yang jatuh akan kembali ditarik oleh elf cahaya. “Mereka keterlaluan. Aku benar-benar harus kembali ke Langit setelah mencegah Jean menyerahkan surat itu,” ucap Ellena selagi memperhatikan tetesan air yang turun dari jendela. Ellena punya banyak tugas, dia harus mencari tahu letak Kekaisaran Bumi atau mencari letak keberadaan Jean. Andai awan menjatuhkannya di lokasi terdekat antara dua hal itu, pasti dia bisa menghentikan ini. Tanpa pedangnya, Ellena tidak bisa mencari jejak Jean. Dia juga tidak bisa kembali ke langit. Menyebalkan sekali. Gadis bersurai putih itu lalu berbalik. Kondisi tubuhnya lebih baik dan sering dipantau. Namun, tidak ada manusia yang berani menatapnya. Sama saja seperti di langit. Dia dipandang seperti monster dan hatinya sudah terlalu kebas karena itu. “Boleh aku masuk?” Ellena kaget kala melihat laki-laki yang berdiri di depan pintu, lalu mengangguk. Ellena melihat Kyle yang berjaan membawa nampan. Di atasnya ada bubur---menurut rakyat bumi itu bagus untuknya yang masih sakit. Jarang sekali seorang raja melakukan hal seperti ini. Bahkan, Kaisar Ferarus tidak pernah mengunjunginya saat sakit. “Apa yang kamu lihat di luar sana?” tanya Kyle. Laki-laki itu berjalan mendekatinya setelah menyimpan nampan. Ellena kira Kyle akan kembali menodongkan pedangnya, tetapi tidak. Sang raja itu mulai berdiri disampingnya. Laki-laki itu duduk di dipan dan memandang ke luar jendela. “Aku rasa tidak ada yang menarik selain hujan turun.” “Hujan ini dikirim oleh Kaisar Langit untuk mencariku, Raja Kyle. Semua ini buruk,” jelas Ellena. “Sudahlah, lupakan saja ceritaku tadi. Anda pasti menganggapnya hanya lelucon.” “Aku tidak akan menertawakanmu, karena aku tahu itu bukan kebohongan, Ellena,” ucap Kyle yang lalu menatap mata Ellena. Ellena melihat Kyle menatapnya sangat serius. Bumi belum tentu mengetahui Kekaisaran Langit. Terlebih laki-laki itu hanyalah manusia biasa, bukan penyihir. “Ellena,” panggil Kyle, “kenapa saat itu kamu jatuh dari langit? Apa benar kamu adalah orang yang berasal dari Kekaisaran Langit?” “Ya.” Ellena membalasnya singkat. Matanya masih melihat tiap tetesan hujan yang jatuh ke bumi. Sama halnya dengan Kyle. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tidak ada yang ingin membuka suara lagi. Kyle mencoba menyusun kata di dalam pikirannya. Posisinya yang duduk di tepi dipan terlihat seperti memandangi hujan, tetapi tidak sepenuhnya benar. Kadang dia melihat gadis berambut putih itu tengah menatap sendu. Mungkin dia takut jika Kyle kembali menodongkan pedang. Di satu sisi Ellena yang melihat pada hujan, mencoba untuk mengatur emosinya. Dia tidak boleh membeberkan lebih banyak tentang langit. Laki-laki itu belum bisa dipercaya. Terlebih kemarin dia nyaris terbunuh. Keduanya sama-sama mengembuskan napas, lalu sama-sama melihat satu sama lain. Memandangi wajah yang terkejut. Hingga Kyle kembali melihat hujan untuk menghapus kebisuan mereka berdua. “Soal kemarin. Ellena, maaf karena aku menodongkan pedang padamu,” ucap Kyle, “aku sudah memeriksa semuanya dan benar apa yang kamu ucapkan.” Ellena tersenyum simpul. Tangannya memegang kaca yang membatasi antara mereka dan hujan. “Syukurlah kalau kamu sudah mengetahui kebenarannya, Raja Kyle. Jika begitu, bisakah aku pergi dari kerajaanmu? Masih ada yang harus aku lakukan.” “Jika boleh aku tahu, apa yang orang laingit sepertimu lakukan di bumi, Ellena? Karena mendengar ucapanmu ... aku yakin kamu tidak akan kembali ke langit.” “Raja Kyle, aku ke mari untuk menjemput temanku. Namanya Jean dan dia memiliki telinga runcing panjang. Apa Anda pernah melihatnya? Jean sangat bersemangat dan cerewet. Ah, dia juga memiliki sayap seperti kupu-kupu. Hanya saja sayapnya transparan.   “Dia ditugaskan ke kekaisaran bumi untuk menyerahkan pesan dari Kaisar Ferarus. Namun, Dewi Langit menyuruhku untuk menghentikan Jean sebelum terlambat. Bahkan mungkin dia sudah ke tujuannua dan ditahan,” jelas Ellena pada Kyle yang tengah menyimak informasinya satu per satu. Kyle kembali menatapnya. Laki-laki itu meminta Ellena duduk di dipan yang masih kosong. Karena lelah berdiri, gadis itu pun mengikuti arahan Kyle. Mereka saling melihat dan Ellena baru sadar jika dia mengucapkan tujuannya berada di bumi. “Aku tidak pernah mendapatkan laporan makhluk asing di sini. Namun, aku bisa membantumu ... maksudku, aku tahu temanmu itu tidak ditahan oleh Kaisar Bumi. Karena beberapa hari yang lalu aku baru menemuinya dan dia tidak membahas soal itu,” balas Kyle padanya. Ellena menopang dagunya. “Raja, aku tidak masalah jika Anda menganggap ucapanku itu hanyalah dongeng semata. Jadi, biarkan saja aku pergi.” “Aku tidak menganggap kamu bercanda, Ellena. Jangankan pergi keluar dari Kerajaan Lowind, aku bahkan ragu dengan kondisi fisikmu. Jadi, istirahatlah sampai kamu benar-benar pulih.” Gadis bermata emas itu pun mengembuskan napas. Dia memaksakan dirinya untuk tersenyum. Mungkin memang benar, jatuh dari ketinggian langit dan selamat itu tidak masuk akal. Jika dia bukan anak dari Kaisar, tulangnya sudah pasti remuk sejak jatuh ke bumi. “Kalau begitu, aku meminta satu hal, Raja Kyle. Aku membutuhkan penutup mata untuk mencegah kontak langsung dengan manusia lainnya,” ucap Ellena padanya. “Aku menolak,” ucap Kyle singkat tetapi tegas. Ellena mengangkat sebelah alisnya ke atas. Heran dengan raja yang ada di hadapannya. Untuk apa menolak? Bukankah Ellena tidak meminta persoalan yang sulit? Entah Kyle sadar atau tidak. Laki-laki itu menyentuh pipi Ellena dan mengelusnya pelan. Hal tersebut membuat lawan bicaranya terkejut. Bibir sang gadis kelu, tubuhnya menegang. Aneh. Ellena bahkan bisa memelintir tangan laki-laki tersebut. Namun sayangnya, dia tetap bergeming. Dia seakan sudah terhipnotis pada mata cokelat manusia biasa tersebut. Jeratan itu terlepas ketika Kyle melanjutkan ucapannya. “Kamu bisa dalam bahaya karena orang jahat mengira kamu itu buta.” “Meski mataku tertutup, bukan berarti aku buta. Sejujurnya aku tetap bisa melihat dengan jelas, Raja Kyle. Hanya kemampuan mata emas yang selalu dianggap monster ini akan tersegel,” balas Ellena dan itu sukses membuat Kyle menarik tangannya. “Hahaha!” Ellena kembali mengangkat alisnya. Dia lalu memiringkan kepala dan membuat rambut putih panjangnya jatuh ke dipan. Kyle menyeka air matanya. Jadi sebenarnya laki-laki itu tertawa atau menangis? Ellena tidak tahu. “Kamu memang unik ya, Ellena,” ucap Kyle pelan. “Jika kondisimu sudah lebih baik kita akan mencari kain yang dapat menutup matamu dan juga mencari gaun yang tepat untukmu.” “Eh? Aku tidak memerlukan gaun, Raja, Kyle,” kilah sang gadis padanya. Kyle kembali tertawa. “Lalu kamu akan memakai gaun itu selamanya? Jorok sekali, Nona!” “Maksudku ....” Ellena menutup mukanya. Baru kali ini dia benar-benar malu karena salah bicara. Terlebih raja di hadapannya sedang memegang perut karena tawanya yang tidak kunjung berhenti. Benar-benar raja yang terlihat seperti tidak ada wibawanya. Tidak lama, dia merasakan tangan Kyle berada di puncak kepalanya. Ellena segera melihat senyum manis dari lawan bicaranya. “Aku hanya bercanda, Ellena. Sekarang makanlah, aku akan segera pergi ke ruang kerja. Masih banyak tugas administrasi yang harus aku selesaikan.” Ellena mengangguk. Dia membiarkan Kyle bangkit dari duduknya. Namun, ada satu hal yang tiba-tiba mengganggunya. Bukankah sejak dia bicara dengan Kyle, mata mereka lebih sering bertatapan? Kenapa Ellena selalu meragukan ucapan Kyle padahal jelas-jelas laki-laki itu jujur padanya? Dia lalu mengembuskan napas, mencoba mengatur kembali detak jantungnya yang tidak beraturan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD