bc

Just Stay Ayana

book_age0+
33.5K
FOLLOW
181.5K
READ
badboy
goodgirl
CEO
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Hidup Ayana menjadi luntang-lantung setelah ia memutuskan keluar dari kantor tempat ia bekerja setelah bertengkar hebat dengan atasannya, tak hanya itu ia harus menerima kenyataan pacarnya yang secara tiba-tiba memutuskannya tanpa alasan yang jelas.

Walau awalnya dirinya ogah untuk yang namanya balik bekerja di perusahaan, namun akhirnya ia terpaksa melamar pekerjaan di perusahaan lagi karena ia sadar ia tak bisa bertahan hidup dengan pekerjaan asal-asalan seenak hatinya.

Dan sialnya Ayana malah bertemu bos yang yang lebih gila, b******k dan tampan!!

chap-preview
Free preview
1. Satu
Brakk!!! Pintu apartemen terbuka dan kembali tertutup dengan keras, disana sudah terlihat seorang wanita pemilik apartemen kecil ini melempar asal sepatu miliknya dan merebahkan dirinya di sofa depan televisi. "Aish!! Jadi orang kok nyebelin banget sih, baru punya toko segede upil aja mulutnya udah pedes kayak yang punya sepertiga dunia!" celoteh Ayana meraih jepit rambut yang terletak di meja samping televisi seraya menyanggul rambut hitam sepunggungnya itu. Ayana berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas kecil miliknya, ia meraih minuman dingin dan langsung menenggaknya sambil matanya terus menelusuri isi kulkas tersebut. Dengan sigap tangannya meraih beberapa bahan dan meletakkannya diatas meja, dan kini ia semakin sibuk mengambil berbagai bahan lain yang diperlukannya untuk membuat sebuah kue. Ini lah dia seorang gadis bernama Ayana Maurelin yang biasa dipanggil Yana atau Ayana, dia hidup sendirian karena kakak dan abangnya bekerja di luar kota.Kakak perempuan Ayana, sudah menikah dan memiliki anak, ia hidup ikut dengan suaminya. Sedangkan abang Ayana awalnya memaksa Ayana untuk ikut dengannya, namun karena alasan pekerjaan Ayana menolak, padahal alasan utama Ayana tak ingin ikut adalah ia tak mau meninggalkan tempat dimana ia dibesarkan oleh mendiang papa dan mamanya sekaligus kota tempat dimana orang tuanya dimakamkan. Dan Ayana merasa tidakenak karena mereka seolah sudah sibuk dengan hidup masing-masing. Tadinya Ayana memang bekerja di salah satu perusahaan swasta ternama dan menjadi salah satu karyawan yang dibanggakan, namun ia tidak betah melihat sikap tidak profesional rekan dan atasannya, dan puncaknya saat ia perang dengan atasannya dan akhirnya memutuskan keluar. Ayana membuat tekad untuk tidak lagi bekerja sebagai karyawan perusahaan, dan sekarang ia telah menekuni banyak bidang pekerjaan seperti kasir, penjaga pom bensin, tukang cuci piring, pengantar makanan, dan banyak profesi lainnya yang entah kenapa semuanya berakhir buruk. Entah apa yang ada dibenak Ayana, ia selalu melihat keanehan dan kejanggalan yang tak bisa diterima akal sehatnya. Dan lihat sekarang, ia baru bertengkar dengan pemilik toko tempat ia bekerja, kini ia tengah meluapkan kekesalannya dengan memasak didapur kecil miliknya. Inilah kebiasaan Ayana, disaat kesal ia akan membuat makanan dengan jumlah banyak dan orang-orang disekitarnya akan mendapatkan nikmat. "Yaaannaaaaa!!!?" terdengar seseorang masuk sambil memanggil nama si pemilik apartemen yang sibuk mengocok telur dengan kekuatan penuh. "Aaaaaayyyaaaannaaa!!" "Apa sih berisik!" celetuk Ayana melihat tetangganya yang selalu datang tak diundang itu masuk seenak hati dan kini sudah menongol di dapur.  "Duh, serem banget neng," balas Gea mendapat sambutan tak menyenangkan. "Sial, aku lupa kunci pintu lagi, makanya orang gila bisa masuk," balas Ayana lagi mulai memasukkan tepung dan mengaduknya langsung dengan tangan. Gea hanya mendengus kesal mendapat semprotan Ayana, "pasti lagi kesel nih, ribut sama siapa lagi?" tanya Gea lanjut karena ia paham betul dengan sikap tetangganya itu kalau sudah masak seperti ini. "Kesel banget aku sama pemilik toko tempat aku kerja sekarang, mana harga barang selangit banget, mulutnya luar biasa, gak tahan aku Ge," Gea tertawa kecil mendengar keluhan Ayana, "ya terima aja kali, kita tuh kerja mau ga mau ya harus nurut," "Tapi yang kayak begitu gak pantas buat diikutin," "Sabar lah Yana.., kamu tu gak sabar banget sih? Gaji belum keluar kamu udah ajak berantem orang, gimana ceritanya? Gini terus kapan mau dapat uang coba?" Ayana hanya mendengus lelah mendengar ceramahan Gea, keuangannya mulai semakin susah sekarang. "Terus kamu kesel, lalu bikin makanan dan dibagiin ke orang-orang. Kamu sendiri aja makannya susah," "Tapi ya mau gimana lagi, cuma ini yang bisa bikin aku ngerasa lebih baik!?" bela Ayana pada dirinya sendiri. "Kamu aja hidup susah, tapi hidup udah kayak yayasan peduli sosial. Coba deh aku tanya, buat makan seminggu kedepan udah dijamin cukup?" Ayana terdiam jika sudah mengingat bagaimana keadaannya sekarang. "Coba deh balik lagi kerja di perusahaan, kamu tuh pinternya jangan di sia-siain buat berantem sama ibu-ibu atau anak-anak buat rebutan layangan," "Ih males!" jawab Ayana ogah-ogahan. "Dibilangin kok ngeyel banget sih? Kamu mau berakhir jadi gelandangan?" "Ya enggak lah," "Yaudah, apa salahnya coba?" "Aku cuma gak mau aja Ge," kali ini suara Ayana terdengar lelah. "Kamu harus bisa bertahan Ayana, kamu itu sekarang terlihat kacau banget tahu nggak? Orang-orang berpikiran kalau hidup kamu kacau karena putus sama Randy," Gerak tangan Ayana berhenti mendengar nama yang keluar dari mulut Gea, "Randy gak ada hubungannya dengan ini semua," "Udah deh Ayana, jangan pura-pura deh di depan aku, aku tahu kamu masih belum bisa nerima keputusan Randy gitu aja. Itu yang bikin kamu ngerasa kacau banget," Gea menatap miris Ayana yang berusaha tidak peduli, namun raut wajahnya dengan jelas menggambarkan kekecewaan. "Aku tahu emang sulit buat nerima perubahan sikap dan keputusan Randy, tapi kamu gak boleh biarin hidup kamu ikut kacau begini," Gea mencoba memberi pengertian agar Ayana sadar. Ayana menghembuskan nafas lelah sambil mulai membentuk adonan dihadapannya, "aku udah bisa nerima itu kok," "Kalau gitu ayo kerja lagi," Ayana tak menjawab, berbagai hal kini tengah berputar-putar dikepalanya. "Nih, kantor tempat aku bekerja lagi buka lowongan, aku yakin kalau kamu ikut bakalan bisa lolos dengan mudah," Gea mengeluarkan sebuah kertas dari saku miliknya dan disodorkan pada Ayana. "Kamu pikir aku bakalan ikut?" "Harus!! Aku gak mau liat kamu hidup gak jelas begini," "Males!" "Ayana!!!!!!!" *** Ayana terdiam diatas ranjang kecil miliknya sambil menatap langit-langit kamar, pikirannya menerawang entah kemana.Disaat malam minggu seperti ini ia tak tahu harus melakukan apa, padahal sebelum ini malam minggu merupakan suatu malam yang paling ia tunggu layaknya pemuda pemudi lainnya yang tengah dimabuk asmara, tapi tidak untuk sekarang. Pandangan Ayana jatuh pada bingkai foto yang terletak di meja kecil sebelah ranjangnya, disana dirinya terlihat sangat bahagia ketika dirangkul dengan hangatnya oleh Randy, segaris senyum kini tergambar diwajah Ayana. Ayana belum bisa melupakan Randy, walaupun nyatanya ia sudah tak memiliki hubungan apa-apa dengan pria itu, tapi Ayana sama sekali tak merasa ada yang berubah baginya, ia masih menyayangi dan merindukan pria itu, tak ada kebencian yang hadir dihatinya walaupun Randy memutuskan hubungan begitu saja. Sampai detik ini Ayana masih belum bisa menemukan perihal apa yang membuat hubungannya dengan Randy berakhir, bahkan selama hampir dua tahun mereka pacaran tak pernah ada masalah berarti yang hadir diantara mereka. Jika ia harus berpikir tentang hubungan itu, hanya kenangan manis yang dapat Ayana ingat. Tangan Ayana beralih pada ponsel yang tergeletak disampingnya, perlahan ia menyentuh layar petak tersebut yang menampilkan galeri foto miliknya, semuanya hanya berisi gambar dirinya dan Randy yang tersenyum dan beberapa foto tak jelas dirinya yang diambil Randy secara diam-diam. Sebulir air mengalir di pipi Ayana, disini titik ia sangat-sangat merindukan Randy, hanya dia satu-satunya yang bisa paham benar dengan sifatnya yang orang bilang aneh dan tidak masuk akal. Ayana sering berpikir jika Randy meninggalkannya hanya sebuah bualan belaka, tapi nyatanya tak ada bualan sama sekali, Randy benar-benar tak kembali. Jika semuanya memang benar, apakah Ayana bisa menemukan pria lain yang bisa memahaminya? Ayana mulai duduk sambil mengusap air matanya, sudah terlalu lelah untuk menangisi kepergian Randy, nyatanya tidak ada manusia yang setia di atas dunia ini, bahkan pria yang Ayana pikir terbaik meninggalkannya tanpa alasan yang jelas. Mata Ayana beralih pada kertas yang terlipat di nakas, tangan Ayana meraih kertas tersebut dan membacanya, mengenai lowongan yang dibicarakan Gea sebelum ini.Ayana menarik nafas dalam dan menghembuskannya lagi dengan lelah, ia sudah memikirkan hal ini sebelumnya, sampai detik ini hidupnya sudah benar-benar kacau. Ayana membuaka aplikasi chatnya dan mencari nama Gea. Gea, kamu pikir apa aku beneran bisa lulus kerja disana? Maksud kamu di tempat kerja aku sekarang? Iya, emangnya mau dimana lagi? Wah akhirnyaJJ Aku sih yakin Yana,  Kuy kuy ngedaftar!! Hufft, aku gak bisa begini lama-lama,  Takutnya jadi gelandangan beneran, Iya, lagian dalam rangka move on, :p Kesana mulu deh si Gea, Cowok disana cakep-cakep loh, Gak guna cakep kalau akhirnya ninggalin juga :’(   Iuh, malah curhat, -.- Emang, -,- Mana tahu nemu jodoh ye kan? Petugas kebersihan ama satpamnya ganteng gak? Lah kok nanya itu? Aku gak mau sama orang yang high class, mentang hebat seenak jidat bisa ninggalin gitu aja, Trauma ceritanya nih? Sakit aku tuh,L Sabar neng :D Udah, si dia jangan dipikirin lagi, Gimana gak mau dipikirin? Jadi cowok kok baik banget?  Kan aku cinta!! Kalau baik gak bakal ninggalin dong? Gak usah diperjelas lah Ge,  Aku yakin dia punya alasan Masih aja dibela,  Cinta banget ya? Udah ah, jangan cerita itu lagi, Perih tau nggak?? Iya deh,  Cuma mau ingetin, kalau jadi kerja disana jangan cari masalah.  Bosnya garang minta ampun! Segarang apa? Pokoknya jangan aneh-aneh,  Nurut aja dan kerja yang bener. Emang selama ini aku aneh dan gak bener? Etdah, masih nanya nih anak, -.- Tenang, aku akan bertahan demi kehidupanku, aku gak mau mati kelaparan, Apalagi mati kelaparan dalam keadaan susah move on, :D Bacot! *** Ayana menatap gedung tinggi menjulang dihadapannya sambil masih bertengger diatas motor matic yang ia bawa. "Wiiihhh, gede juga ya ternyata," gumam Ayana sedikit terperangah karena ia tak mengira jika akan sebesar ini.Mata Ayana mulai mencari tempat untuk memarkir motornya, nyatanya tempat parkir yang tersedia telah dipenuhi kendaraan yang membuat Ayana bingung, ditambah lagi ia baru datang kesini untuk pertama kalinya. "Duh ini nih yang bikin males, mending tadi naik angkot aja," Ayana menggerutu sendiri masih mencari tempat kosong. Mata Ayana terhenti saat matanya mendapati seorang pria yang tengah berjalan santai dengan wajah sedikit tertutup karena topi yang ia kenakan, tampaknya ia baru selesai lari pagi, walaupun menurut Ayana sedikit tidak masuk akal lari pagi saat matahari sudah mulai naik seperti sekarang. "Mas!" teriak Ayana menghentikan langkah pria tersebut. Pria itu berhenti dan menatap sekitarnya untuk memastikan jika panggilan itu terarah padanya, "Mas, bisa tolongin aku nggak??" lanjut Ayana lagi. Setelah yakin jika wanita itu memanggil dirinya, pria itu berjalan kearah Ayana. "Ini mas, aku mau markir motor, tapi gak ada tempat lagi kayaknya, mas liat tempat kosong nggak?" Tak ada jawaban yang diberikan pria itu pada Ayana, pria itu malah menatap Ayana aneh. "Ih, kok bengong sih? Mas tahu apa nggak, tolongin aku dong," desak Ayana berusaha menyadarkan manusia dihadapannya yang hanya diam melongo menatapnya. "Ouh, sepertinya tidak ada, coba digeser saja sedikit motor ini, mungkin saja bisa masuk satu lagi," pria itu akhirnya sadar dan menunjuk deretan motor didekat mereka. Ayana ikut menatap arah pandang pria tersebut dan mengangguk paham, "eh mas mau kemana!?" dengan cepat Ayana menghentikan langkah pria tersebut yang terlihat akan pergi. "Saya mau pergi," "Tolongin bentar ngegeserin motornya mas," "Kamu nyuruh saya?" tanya pria itu seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar. Ayana mengangguk cepat, "yuk lah cepetaann!! Aku buru-buru nih mas," desak Ayana yang membuat pria itu mau tak mau harus kesusahan menggeser beberapa motor yang terparkir disana. Ayana tersenyum puas saat ia berhasil memarkirkan motor miliknya. "Pegang bentar mas," Ayana menyerahkan helm yang tadi ia pakai dan kini sibuk membereskan rambutnya didepan kaca spion. "Kamu baru pertama kali kesini?" tanya pria itu pada Ayana. Tanpa menoleh Ayana mengangguk, "aku mau ngelamar kerja disini," Pria itu mengangguk ringan, "udah tahu tentang perusahaan ini?" "Hum..., nggak begitu tahu sih, cuma kata orang bosnya garang banget," "Oh ya??" "Iya, biasalah namanya juga bos, apalagi kalau masih muda, pasti gayanya belagu banget, sok kuasa, sok ngatur, sok pinter, sok kecakepan, pokoknya ngerasa dirinya makhluk paling sempurna, padahal pinter mah enggak," Ayana mengoceh sambil meraih helm yang tadi dipegang si pria. "Lalu kenapa masih mau ngelamar?" "Kepaksa sih, awalnya aku juga ogah balik lagi mau kerja begini, tapi mau gimana, kita juga butuh hidup kan?" Pria itu mengangguk paham mendengar penjelasan wanita itu, "kamu yakin bisa lolos buat kerja disini? Kabarnya masuk sini susah," "Aku yakin aja sih, toh ditempatku sebelumnya prestasi kerjaku lumayan membanggakan," "Lalu kenapa pindah?" "Ah nggak usah dibahas deh, udah ya mas, makasih loh buat bantuannya," Ayana berniat meninggalkan pria itu mengingat jadwal wawancaranya yang sudah tak lama lagi. "Namanya siapa?" "Ayana! Bai!!! Doain aku ya mas," Ayana berlari meninggalkan pria yang kini terlihat tertawa sendirian. * Ayana mengetuk-ngetukkan sepatu miliknya ke lantai menunggu panggilannya untuk masuk ke ruang wawancara, sudah beberapa lama ia menunggu namanya tak kunjung dipanggil, padahal menurutnya sedari tadi harusnya ia sudah menyelesaikan urusan wawancara ini. Langkah Ayana terkesan cepat saat akhirnya giliran dirinya untuk masuk ke ruang wawancara. "Ayana Maurelin?" tanya pewawancara yang dibalas anggukan oleh Ayana. "Bawa berkas ini dan pergilah ke lantai atas menuju ruangan yang terletak disudut kiri, tanya saja pada orang-orang disana ruangan Pak Lian," ujar pewawancara tersebut yang membuat Ayana sedikit bingung, namun apa daya, ia hanya bisa mengikuti instruksi tersebut. * Ayana sampai di depan ruangan yang dimaksud tadi, mendadak mental Ayana menciut saat mengetahui jika ini adalah ruangan pimpinan perusahaan ini, ia bingung kenapa ia harus menemui orang yang katanya sangat garang itu.Ayana menarik napas dalam dan mengetuk pintu tersebut dengan seluruh keyakinan dan keberanian yang ia punya. "Masuk," terdengar suara bass dari dalam yang membuat Ayana memberanikan diri untuk masuk. Ayana tak berani mengangkat kepalanya sedikitpun, ia lebih memilih menatap ujung sepatunya daripada melihat wajah pria yang duduk dibalik meja dihadapannya. "Maaf pak, saya tadi disuruh ngasih ini ke bapak," akhirnya Ayana bersuara dan meletakkan map yang tadi ia pegang diatas meja. "Wah kita bertemu lagi," ujar pria tersebut meraih map itu dan membukanya. Dahi Ayana berkerut heran, ia memberanikan diri mengangkat kepalanya untuk melihat sosok yang katanya 'bos' itu. Napas Ayana rasanya terhenti seketika dengan detak jantung yang tak beraturan, dadanya serasa ingin meledak melihat pria yang sibuk dengan map ditangannya itu. "Mati aku matiiii!!! Baru aja niat gak bakal aneh-aneh!!! Hari pertama udah ngata-ngatain calon bos sendiri!! Mana udah aku suruh-suruh kayak mas mas tukang parkir lagi!!!" gerutu Ayana ingin membenturkankan kepalanya ke dinding. "Ayana Maurelin," ujar Lian membuat keringat dingin bercucuran dengan derasnya di dahi Ayana. "Udah ah, gak diterima juga gak apa, aku masih siap buat jadi gelandangan kok,"Ayana melemas siap menunggu takdir apa yang akan ia terima setelah ini.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

T E A R S

read
314.4K
bc

LAUT DALAM 21+

read
294.9K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Because Alana ( 21+)

read
362.1K
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
838.8K
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

MOVE ON

read
96.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook