Tumbal Annisa #1

1027 Words
Aku khawatir kalau faqih ternyata sampai lebih dulu ke desamu sementara kamu belum memiliki kemampuan untuk meladeni Fatih, bila kamu paksakan juga untuk bertarung dengannya yang ada dirimu akan mudahnya dikalahkan," kata Mbah Gondo. Bagas  yang saat itu sudah masuk langsung duduk bersimpuh di hadapannya. "Ke mana tujuan kita malam ini,Mbah?" "Seperti yang pernah aku katakan bahwa kita tidak akan melakukannya di rumah mbah ini, akan tetapi kita akan pergi ke suatu tempat." Mbah Gold kembali berkata. Lagi pula kita tidak akan melakukannya di sini, itulah makanya aku memintamu untuk datang lagi lebih awal, karena jalan ke sana bukan hanya cukup lama waktunya, akan tetapi jalanannya yang akan kita lewati pun jalan yang nantinya penuh bebatuan, sekalipun kita kesana menggunakan sepeda motor." "Tentang persyaratan yang akan melakukan nanti apakah uang yang kuberikan kepada MBah Gondo cukup atau masih kurang?" tanya Bagas. "Cukup atau kurang itu bukan urusanmu, tentang apa yang kamu minta malam ini juga akan langsung kamu dapatkan, karena soal itu memang tidak ada kaitannya dengan apa yang sedang aku kerjakan untukmu." Mbah Gondo. "Kalau begitu kapan kita akan berangkat, Mbah?" tanya Bagas seperti orang yang tidak sabaran. "Baiklah, aku mengerti kamu sepertinya sudah tidak sabar untuk mendapatkan ilmu kebal yang kujanjikan padamu. Aku akan bersiap-siap dulu dan kita kesana dengan menggunakan motor saja." "Kebeetulan memang aku ke sini dengan membawa motorku sendiri, mbah," kata Bagas seraya menimang-nimang kunci motor yang masih dipegangnya. "Kamu tunggu sebentar di sini, aku akan berganti baju dulu ke dalam." "Baiklah, aku akan menunggu di sini." Bagas pun menunggu, tapi memang tidak butuh waktu lama karena Mbah Gondo memang langsung begegas berganti pakaian dan membawa sebuah tas yang berukuran cukup besar. "Bagas, bangunlah, kita berangkat sekarang."Mbah Gondo berjalan melewati Bagas. "Ya mbah," kaya Bagas yang segera bangkit dari duduknya, lalu mengikuti sosok Mbah Gondo yang sudah terlebih dahulu melewati. Mbah Gondo melangkah ke arah motornya setelah dia mengunci pintu rumahnya dengan gemboknya. Setelah rumah sudah dipastikan aman Mbah gondo lalu menuju sepeda motor miliknya yang ditempatkannya di samping rumah. Kedua sepeda motor itu lalu jalan meninggalkan rumah Mbah Gondo. Baik Mbah Gondo maupun Bagas saat itu beriringan, sementara jalan raya yang mereka lewati terlihat sedang tidak terlalu ramai, mereka bisa lebih santai. "Tempat yang akan kita tuju nanti tidak biasa yang disebut orang dengan nama Goa Monyet. Dinamakan seperti itu karena memang di daerah sekitar situ banyak sekali monyet-monyet liar yang berkeliaran. Tetapi kamu jangan khawatir,monyet-monyet itu sama sekali aman. Mereka tidak mengganggu, hanya terkadang mereka mendekati kita untuk meminta makanan saja. Kuminta kepadamu, Bagas. Sebelum sampai ke sana belilah makanan untuk persiapan ketika sampai di sana nanti." Dalam perjalanan itulah Bagas melihat ada seorang ibu-ibu penjual kacang duduk di pinggiran jalan. Bagas menghentikan sepeda motornya kemudian dia membeli beberapa plastik kacang kepada Ibu tersebut, sebagian kacang goreng dan seandainya lagi kacang rebus. Bagi ibu penjual kacang itu tentulah hal tersebut membuatnya senang, karena Bagas banyak, memborong barang dagangannya sehingga dia bisa pulang lebih cepat. "Kira-kira masih berapa lama lagi perjalanan kita?" bertanya Bagas yang merasa penasaran, karena sejak tadi mereka terus melaju di jalan besar, belum ada tanda-tanda bahwa mereka akan mulai mendekati daerah seperti yang dikatakan orang Mbah Gondo, yang kabarnya dipenuhi oleh banyak sekali kawanan monyet liar. "Kalau kita tidak ada halangan yang berarti sebentar lagi kita akan sampai di Goqla Monyet, paling kurang dari setengah jam sari sekarang. Nanti sesampainya di sana lemparkan saja semua yang kamu beli itu di tanah, nanti biar para kaanan monyet itu sendiri yang akan berebutan untuk mengambilnya. Kalau sudah begitu maka bisa dipastikan kita pun akan terbebas dari mereka, tidak diganggu lagi oleh mereka yang terus-menerus mendekat kepada kita untuk meminta makanan." Ternyata apa yang dikatakan olh Mbah Gondo memang benar, karena kurang dari setengah jam mereka sudah berbelok dan mulai memasuki jalan yang jalannya sendiri tidak rata. Sudah mulai terdengar suara monyet-monyet yang bergelantungan di dahan - dahan pohon. Biakan saja mereka bermain-main, hal itu jangan kamu tanggapi karena memang disitulah mereka tinggal. Ingat saja bahwa setibanya di Goa Monyet kamu harus menyebar kacang - kacang itu di tanah tepat di depan mulut Goa Monyet. Bagas haylnya terdiam saja tetapi dia paham apa yang dikatakan oleh Mbah Gondo. Setelah akhinya mereka melewati jalan setapak yang sempit dan tidak rata, kini jalannya sedikit menanjak, tidak terlalu jauh Bagas mulai melihat sebuah Goa di ujung jalan tersebut yang sedang mereka lalui. Setelah menyandarkan sepeda motor, yang terlihat beberapa ekor monyet mulai turun dari dahan - dahan pohon dan mendekati mereka berdua, semakin lama semakin banyak. Tanpa menunggu lagi Bagas pun melemparkan dua kantong kacang goreng dan dua kantong lagi berupa kacang rebus, semuanya dilemparkan begitu saja dan tersebar. kacangnya yang disebar itu semakin jadinbahan rebutan akibat makin bertambah banyak monyet - monyet yang turun untuk berebut mendapatkan kacang Bagas tadi. "Biarkan saja mereka, sekarang mari kita masuk kedalam Goa ini." Mbah Gondo kemudian memasuki Goa monyet diikuti oleh Bagas yang kini berjalan di belakangnya, dia mengeluarkan sebuah senter yang cukup membantu untuk menerangi jalan yang mereka lalui untuk masuk terus ke dalam Goa. Hanya beberapa menit mereka berjalan di dalam Goa itu, kini mereka berada di sebuah tempat yang cukup luas. Ada sebuah batu besar di sana. Mbah Gondo meminta Bagas untuk duduk di sana dalam posisi bersila. Lagi-lagi Bagas hanya menuruti apa yang diperintahkan oleh Mbah Gondo kepadanya. "Nah nanti aku akan menyalakan disini berupa beberapa buah lilin dan kuletakkan di sudut-sudut ruangan. Hingga ruangan ini menjadi sedikit terang oleh cahaya. Dan nanti bacalah mantra yang tertulis di dalamnya, baca dengan berulang-ulang dan jangan berhenti. Nanti ada sesosok makhluk yang datang dan mendekatimu." Mbah Gondo mulai memberikan petuahnya. "Kira-kira siapa yang datang, Mbah Gondo? tanya Bagas. Sedikitnya kini mulai timbul rasa takut di dalam hatinya. "Sosok itu adalah penguasa Goa ini, dia adalah Raja Monyet yang menguasai kawasan sekitar sini.  Makhluk itulah nanti yang akan memberikan ilmu kekebalan kepadamu. Kalau dia mengatakan apa saja usahakan dirimu selalu katakan saja iya, jangan sekali-kali kamu membantah omongannya, akibatnya bisa sangat fatal. Sebenarnya tanpa diberi tahu oleh Mbah Gondo pun Bagas sudah berniat untuk melakukan hal itu, Karena Bagas sangat paham kalau makhluk yang akan dia temui dan akan dihadapi nanti bukanlah sosok sembarangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD