Bab 10

1027 Words
Aku salah dengar gak sih tadi? batin Raja. Saat ini, Raja sudah duduk di meja makan di antara keluarganya dan juga keluarga Kanaya. Sejak tadi pria itu terus mencuri pandang ke arah Kanaya yang tampak begitu pendiam. Ya mau bagaimana, dia kan nggak bisa ngomong, ya pasti pendiam lah, batin Raja. "Nah, makanan sudah datang, sebelum kita membahas hal lainnya, sebaiknya kita makan malam dulu," ujar Prabu. "Terima kasih Pak Prabu," ucap Defan. "Mari makan." Mereka pun memulai makan malam mereka diselingi beberapa obrolan ringan terutama antara Prabu dan Defan yang membicarakan tentang bisnis. Raja tidak fokus sejak tadi, dia terus teringat dengan suara yang diduga adalah suara Kanaya. Sungguh Raja sangat penasaran, apakah benar Kanaya bisa bicara, tapi kenapa orang-orang lebih mengenalnya sebagai seorang gadis yang tuna wicara? Tiba- tibakan Kanaya pamit keluar dari ruang VIP itu, melihat itu, Raja merasa itu kesempatan baginya untuk bicara dengan Kanaya. Beberapa saat kemudian, Raja pun pamit untuk ke toilet. Pria itu mencari keberadaan Kanaya. Ke mana dia? Apa dia ke toilet ya? batin Raja. Kemudian Raja langsung menuju toilet. Kayaknya bener, dia di toilet. Namun, tidak mungkin bagi Raja untuk masuk ke toilet wanita sehingga pria itu memilih menunggu di luar. Beberapa kali Raja melihat ke ponselnya. "Ngapain aja sih dia, lama banget, boker kali ya?" gumam Raja mulai tak sabar karena Kanaya begitu lama berada di toilet. Sampai akhirnya yang dia tunggu tiba juga. Kanaya keluar dari toilet, gadis itu tampak terkejut melihat keberadaan Raja. "Hai," sapa Raja. Kanaya melihat ke sekelilingnya, dia masih sedikit takut pada Raja. "Tenang-tenang," ucap Raja sembari mengangkat kedua tangannya. "Gue nggak akan macam-macam kok," ucap Raja. Kanaya kemudian menggerakkan jemarinya. "Aduh gue nggak ngerti lo ngomong apa," kata Raja. Akhirnya Kanaya mengambil sesuatu dari dalam tas miliknya, dia menulis sesuatu di sebuah buku kecil "Mau apa?" begitu yang ditulis Kanaya. Raja pun membacanya. "Oh, mau ngomong sama lo," kata Raja. Kanaya kembali menulis sesuatu. "Ngomong apa?" tanya Kanaya dalam tulisannya. "Oh, enggak enak sih kalau ngomong di sini, kita cari tempat deh," ajak Raja. Namun, Kanaya langsung mundur, dia masih takut pada Raja. "Ish, tenang gue nggak akan ngapa-ngapain lo," kata Raja dengan tegas. Kanaya tampak ragu, Raja tak sabar sehingga pria itu langsung meraih pergelangan tangan Kanaya dan menarik gadis itu untuk mengikutinya. Kanaya panik, dia berusaha melepaskan genggaman tangan Raja pada pergelangan tangannya, tapi dia hanyalah seorang gadis yang cukup lemah tenaganya, sehingga akhirnya ia hanya bisa pasar mengikuti ke mana Raja pergi keluar restoran. Hingga kemudian, mereka sampai di dekat mobil Raja. Kanaya berhasil melepaskan genggaman tangan Raja padanya, ia berniat berbalik masuk kembali ke restoran, tetapi Raja kembali menahan tangannya. "Lo nggak percayaan banget ya, gue enggak mau ngapa-ngapain lo, kok!" tegas Raja. "Kita cuma butuh bicara," ujarnya. Akhirnya, Kanaya mulai tenang, ia langsung melepaskan tangannya dari genggaman tangan Raja, dia kembali menulis sesuatu pada buku catatan kecil miliknya. "Mau ngomong apa sih?" tanya gadis itu dalam catatannya. Raja berdecak, kemudian pria itu membuka mobilnya meminta Kanaya untuk masuk ke dalam mobilnya. Kanaya menggeleng, dia takut Raja macam-macam padanya. "Astaga ini cewek," gerutu Raja yang kemudian langsung memaksakan Kanaya masuk ke dalam mobilnya. Kanaya tentu berniat kabur, tetapi pintu mobil itu tidak bisa dibuka sampai Raja masuk ke dalam mobil dan duduk sebelahnya. "Tenang bisa gak sih, gue gak akan macam-macam lagi, bokap gue di dalam, bokap lo juga, gue gak mau kena amukan bokap lo lagi," tegas Raja. Akhirnya Kanaya diam meski gadis itu tetap saja waspada. Dia mau apa sih? batin Kanaya. Raja menghela napasnya. "Kenapa lo tiba-tiba mau nikah sama gue?" tanya Raja. Kanaya langsung menoleh pada Raja, dia pikir keluarganya belum menjelaskan maksud pertemuan makan malam mereka. "Lo kan suka sama dokter Andreas?" tanya Raja. Kanaya terkejut mendengar pertanyaan Raja. Gadis itu langsung meremas dress yang ia kenakan, gadis itu terdiam. "Apa lo tau kalau Andreas punya cewek lain?" tanya Raja. Kali ini, Kanaya langsung menoleh menatap pada Raja tak percaya. Melihat reaksi Kanaya, Raja yakin dengan dugaannya. "Waktu itu, gue denger dia telepon, bilang mau lamar seseorang setelah lulus spesialis," ujarnya. Raja mengernyit saat melihat Kanaya menyodorkan buku kecil miliknya. "Kapan?" Begitu yang gadis itu tulis. "Oh, kemarin pagi," jawab Raja. Kanaya langsung menunduk, dia terdiam sesaat sebelum menulis kembali sesuatu di buku catatan kecil miliknya, lalu menunjuk tulisan itu pada Raja. "Kita menikah, kamu mau?" Mata Raja langsung melebar, padahal tadinya dia mau meminta Kanaya menolaknya, tapi ekspresi sedih Kanaya, membuat Raja seperti tak bisa menolaknya. Sementara itu di restoran, Kinanti mulai cemas karena putrinya tak kunjung kembali, dia langsung menoleh ke arah pintu. "Kenapa sayang?" tanya Defan. "Naya lama banget Mas, terus Raja juga keluar, aku takut Raja—" "Tenang saja Bu Kinan, putraku memang nakal, tapi dia cukup tahu batasan," kata Prabu. "Apalagi kita berkumpul di sini dan saling mengenal, dia tak akan berani macam-macam pada putrimu." "Aku tahu, track record putraku pasti terdengar buruk di telinga kalian, ya begitu adanya ... dia punya banyak pacar, playboy." "Mungkin karena dari kecil dia kurang kasih sayang ibunya, dulu sebelum aku menikah dengan Seruni, saat Raja kecil ibunya sibuk kuliah kedokteran, aku menikahi ibunya Raja setelah dia lulus Sarjana kedokteran, dia langsung hamil, pasca lahiran dia Koas, Raja lebih banyak diurus baby sitter, masa Raja TK, ibunya ambil spesialis dan sibuk terus setelah itu." "Tapi aku jamin, dia pria yang bertanggungjawab, dia cerdas, prestasinya bisa Bu Kinan lihat, meski sebenarnya aku tidak mau dia jadi dokter, tapi Bu Kinan bisa lihat prestasinya itu sebagai tanda putraku pria yang bertanggungjawab." Defan kemudian menggenggam tangan istrinya. "Iya sayang, aku sudah cari tahu banyak kok tentang Raja, tidak hanya sekedar menjodohkannya karena aku kenal baik dengan Pak Prabu, aku sudah menyelidikinya." "Tapi Mas, dia ...." Kinan masih ragu dengan Raja karena dia sudah mendengar cerita tentang Raja dari Puri di mana pertemuan Raja dengan Kanaya pertama kali adalah saat Kanaya membantu Puri menggerebek Raja yang akan meniduri adiknya Puri, Rose. "Sudah kamu tenang saja, pria nakal sebelum menikah itu wajar, yang penting setelah menikah dia menjadi suami yang bertanggungjawab, ya seperti aku sayang," kata Defan. "Lagi pula tadi Kanaya sudah setuju. Percayalah, apalagi kita masih bisa tetap mengawasi mereka, bukan begitu Pak Prabu?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD