Rasa Sakit

1683 Words
Entah sudah berapa kali Kendra mencoba melakukan penetrasi untuk tenggelam dalam tubuh Clarissa akan tetapi Kendra masih gagal dan Clarissa sudah lebih dulu mengeluh sakit sebelum Kendra benar-benar tenggelam dalam kenikmatan itu. Kendra pilih istirahat sejenak untuk membuat Clarissa rileks. Memeluk tubuh Clarissa dari arah belakang dan mendengar segala keluhan wanita itu. Keluhan tentang terong bakar Kendra yang mendadak berubah menjadi singkong , keras dan lebih besar dari sebelumnya dan sungguh Clarissa tidak pernah menyangka jika milik Kendra akan seukuran itu saat sudah mengeras dan tegang. "Lebih baik kita coba lain waktu saja, Clarissa. Aku takut, aku akan melukai mu jika terus memaksanya sekarang!" Ucap Kendra sambil mendaratkan satu kecupan di kepala Clarissa tapi Clarissa langsung menggeleng dengan sangat cepat. "Enggak, Om. Caca nggak mau. Caca bisa kok. Ayo kita coba sekali lagi, Caca yakin setelah ini pasti bisa!" Ucap Clarissa benar-benar tidak ingin jika mereka gagal untuk melakukan malam pertamanya lagi. " Tapi Cha,,,!" Kendra. "Gak apa-apa Om. Caca bisa . Ayo!" Clarissa membalik posisi tidurnya untuk menghadap Kendra kemudian meletakkan telapak tangannya di atas pipi Kendra yang sudah halus karena pagi tadi Kendra memang sudah mencukur rapi rambut rahang dan janggutnya. "Clarissa,,,!" "Caca mau Om." Potong Clarissa yang kini sudah menunggangi perut Kendra dengan sebelah pahanya dan tidak ingin mendengar apapun penolakan Kendra karena mereka sudah sejauh ini untuk melakukan malam pertamanya, masa iya mereka harus gagal lagi. Pasrah. Kendra merasa sudah tidak lagi bisa mendur terlebih lagi saat ini mereka masih sama-sama naked di bawah selimut dan sebenarnya Kendra juga sedang merasa tersiksa jika dia tiba-tiba harus berhenti sebelum mendapatkan pelampiasan rasanya, jadi dia memang harus tetap menyetubuhi Clarissa untuk mendapatkan ketenangannya atau resikonya dia tidak akan bisa tidur sepanjang malam. "Clarissa,,," Cup. Clarissa sudah lebih dulu mendaratkan satu ciuman di bibir Kendra untuk membungkam segala protes yang mungkin saja Kendra akan keluarkan malam ini , lalu merapatkan tubuhnya untuk menempel sempurna di atas tubuh kekar laki-laki dewasa itu. "Caca siap Om. Sangat siap. Jadi tolong, jangan meminta Caca untuk berhenti sekarang sebelum Caca benar-benar mendapatkan apa yang Caca inginkan. Malam pertama Caca!" Ucap Clarissa setelahnya dan kali ini Kendra yang menarik tengkuk Clarissa untuk dia beri ciuman yang begitu lembut dan haus akan balasan. Kendra melumat lembut belah bibir bawah dan atas Clarissa secara bergantian membelai kulit leher bahu dan d**a Clarissa dengan begitu intensif dan penuh kelembutan. Tidak hanya mencumbu wajah , leher dan bahu Clarissa, tetapi ciuman Kendra kali ini semakin menggila saat menyisiri kulit d**a, perut, paha dan lutut Clarissa. Sesaat Kendra merasa sesuatu yang aneh ketika harus melihat milik Clarissa saat ini. Rambut halus di daging itu terlihat tipis hingga kulit di seputaran daging itu juga masih bisa Kendra lihat dengan mata telanjang, putih dan bersih bahkan tidak ada area lipatan kulit wanita ini yang berwarna gelap. Kulit itu benar-benar putih merata dengan begitu sempurna. Jika sebelumnya Kendra hanya melakukan ciuman panas di bibir dan bahu Clarissa, kali ini ciuman Kendra juga berakhir di inti tubuh di antara kedua paha Clarissa. Untuk sesaat Kendra teringat dengan mendiang istrinya juga putri semata wayangnya, akan tetapi saat ini hasrat Kendra justru lebih mendominasi dari apapun yang ada di dunia ini, karena hasrat itu ikut di dorong oleh nafsu dan gairah. Kendra menarik tubuh Clarissa untuk semakin menepi di bibir ranjang , sehingga seprai kasur itu ikut kusut saat Kendra menarik tubuh Clarissa. Kendra melipat kedua kaki Clarissa untuk menekuk di bibir ranjang sementara dirinya berjongkok di sisi bawah ranjang itu dengan posisi wajahnya ada di antara kedua paha Clarissa, karena saat ini Kendra justru ingin melakukan sentuhan seksual dengan lidahnya sebelum dia benar-benar kembali melakukan penetrasi karena sepertinya dia kurang memberikan pemanasan untuk Clarissa agar lebih rileks ketika harus menerima serangan tubuhnya saat memaksa masuk dan tenggelam dalam lubang surgawi milik Clarissa. "Oh, apa yang Om lakukan di sana!" Syok Clarissa saat Kendra justru berjongkok di antara selangkangannya. "Ini juga bagian dari pemanasan Clarissa dan sepertinya aku memang harus melakukan ini untuk membuatmu lebih rileks dan lebih basah sebelum aku benar-benar memasukimu." Jawab Kendra dan Clarissa langsung terdiam karena sepertinya dia mengerti apa yang baru saja Kendra jelaskan padanya. Meskipun sebenarnya dia tidak tahu apa yang akan Kendra lakukan saat ini, hanya saja Clarissa terlanjur mengatakan siap dan tidak ingin malam ini kembali gagal. "Santailah, Sayang!" Sambung Kendra dan Clarissa langsung mengangguk. Iya, Kendra akhirnya memutuskan untuk melakukan jilatan di daging itu untuk membasahi kedua sisi daging itu. Kendra benar-benar melihat dengan sangat jelas jika milik Clarissa memang masih sekecil apa yang dia bayangkan tadi dan wajar jika saat ini dia benar-benar kesulitan menerobos liang itu. Baru saja Kendra mulai menyentuh milik Clarissa dengan lidah basahnya, Clarissa justru menggeliat saat merasakan sesuatu yang berbeda pada tubuhnya. "Om." Clarissa merintih karena geli dan tangannya reflek menahan kepala Kendra tapi Kendra yang benar-benar sudah kehilangan kesabarannya benar-benar langsung menerkam milik Clarissa untuk membuat wanita itu basah sebasah-basahnya. "Om,, Ooh,,," rintih Clarissa lagi tapi Kendra semakin lincah memainkan lidahnya untuk menyisir setiap elemen yang ada di daging itu, bahkan kali ini Kendra memperlakukan Clarissa layaknya wanita dewasa yang memang sudah terbiasa melakukan adegan ranjang seperti apa yang saat ini dia lakukan pada tubuh wanita yang baru kemarin genap delapan belas tahun itu. "Om,,,, uuuh,,, Om." Rancau Clarissa sambil menjambak rambutnya frustasi tapi lagi-lagi Kendra tidak menghiraukan bagaimana tersiksanya Clarissa dengan apa yang sedang dia lakukan saat ini, dan saat Kendra sudah merasa yakin jika Clarissa benar-benar siap dan basah, Kendra lalu bangkit dari berjongkoknya kemudian kembali menaungi tubuh kecil Clarissa untuk segera melakukan penetrasi. Kendra lebih dulu mengecup kening dan bibir Clarissa, kemudian berbisik dengan sangat lembut di depan bibir wanita itu. "Aku akan melakukannya sekarang. Bersiaplah karena rasanya mungkin akan sedikit sakit seperti sebelumnya, tapi aku yakin sekarang pasti berhasil!" Ucap Kendra meyakinkan dan Clarissa hanya mengangguk-angguk dengan setengah kesadarannya dan Kendra benar-benar mengarahkan ujung kepala miliknya tepat di titik lubang surgawi Clarissa, dan seketika tubuh Clarissa terdiam, nafasnya juga seolah ikut terhenti berhembus, detak jantungnya juga terasa ikut berhenti berdetak dan perlahan Clarissa menghembuskan nafasnya dan seiring dengan itu degup jantung dan tubuh Clarissa mulai terasa berlomba. "Om,,,, sakit,,,!" Rintih Clarissa saat akhirnya milik Kendra benar-benar tenggelam sempurna dalam tubuhnya. Kendra masih belum mulai bergerak setelah tubuhnya benar-benar tertanam, dia justru menatap lamat-lamat manik mata Clarissa yang justru terlihat berembun bahkan air itu juga sudah terlihat mengalir di sudut matanya. Ingin rasanya Kendra menghentikan apa yang sedang dia lakukan saat ini akan tetapi dia tidak bisa karena sebenarnya dia juga menginginkan nya sekarang, dan sekalipun Clarissa memintanya untuk berhenti saat ini , sepertinya Kendra juga tidak akan bisa mengabulkannya. "Om,,, sakit!" Kembali Clarissa mengeluh. "Bukankah ini yang kau mau. Menjadi istri yang baik untukku dan iya, inilah satu diantara sekian kewajiban seorang istri atas suaminya Clarissa, dan aku pikir kau sudah tahu hal ini." Ucap Kendra lagi dan Clarissa langsung diam, menahan rasa sakit di pangkal pahanya. "Tapi Om,,," "Aku akan bergerak pelan agar kau mulai terbiasa, dan jika kau merasa benar-benar tidak sanggup untuk menahannya, katakanlah segera!" Ucap Kendra tapi Clarissa hanya menggigit belah bibir bawahnya untuk meredam rasa sakit di pangkal pahanya, karena seharusnya dia memang tidak perlu mengeluh akan hal ini karena sebelumnya Kendra memang sudah menjelaskan jika kemungkinan Clarissa akan menyesali apa yang akan terjadi setelah ini dan iya, Clarissa baru mengerti maksud dari apa yang sebelumnya Kendra terus ucapkan padanya. Mengangguk. Clarissa mengangguk rendah dan baru setelah itu Kendra benar-benar mulai bergerak pelan dengan gerakan turun naik sementara Clarissa terus mencengkram seprai dan sesekali menahan d**a Kendra untuk melampiaskan rasa sakitnya. Entah seberapa lama Kendra melakukan itu semalam, Kendra tidak ingat dengan pasti, dan saat Kendra mendapatkan pelepasannya, Kendra pilih mengeluarkannya di luar tubuh Clarissa karena saat ini mereka melakukannya tanpa pengaman dan sungguh, Kendra tidak mau jika Clarissa hamil, karena Clarissa masih harus menyelesaikan kuliahnya dan Kendra tidak mau jika kehamilan itu justru akan menjadi alasan untuk Clarissa tidak melanjutkan pendidikannya. Setelah percintaan semalam, Kendra pilih tidur sambil memeluk Clarissa yang sepertinya sudah tidak kuat lagi untuk sekedar mengeluh sakit dan saat dia terjaga ternyata hari sudah pagi. Kendra lebih dulu bangkit dari atas ranjangnya kemudian bergegas membersihkan diri karena seperti yang sudah dia katakan sebelumnya pagi ini dia ada sidang, dan saat Kendra keluar dari kamar mandi, Clarissa sudah bangun dari tidurnya dan hanya duduk di bibir ranjang. Clarissa langsung menoleh saat Kendra keluar dari pintu kamar mandi. Tatapan mereka bertemu di udara dan Kendra berjalan ke arah Clarissa, seolah dia tahu apa yang ingin Clarissa katakan lewat tatapan itu. "Om,,,!" Panggil Clarissa. "Sakit,,, Caca gak bisa jalan!" Ucapnya dengan terisak juga gaya manjanya lalu memeluk selingkar pinggang Kendra , dan Kendra langsung memeluk pinggang Clarissa hingga aroma sabun maskulin Kendra ikut tercium ke indera penciuman Clarissa. Oh, aroma maskulin itu benar-benar terasa menenangkan, dan sesat Clarissa lupa dengan rasa sakitnya. "Om kok wangi sih, Caca jadi mau meluk Om sepanjang hari." Ucap Clarissa. "Ayo aku bantu ke kamar mandi." Ucap Clarissa. "Om bisa gak hari ini gak usah ke kantor. Temani Caca di kamar aja. Sakit lho Om!" Ucap Clarissa manja dan Kendra langsung menghela nafas. "Clarissa, Sayang. Hari ini aku gak akan kekantor, tapi aku harus ke persidangan, dan,,,!" "Caca boleh ikut gak?" Ucapnya dan Kendra langsung terlihat mengerutkan alisnya sambil menatap wanita yang saat ini ada di pelukannya. "Mau ikut?" Kutip Kendra. "Untuk apa?" Sambung Kendra lagi dan Clarissa langsung menautkan kedua ujung jarinya di depan d**a setelah mengurai pelukannya di pinggang Kendra. "Gak da. Mau aja. Biar Om gak da kesempatan buat tebar pesona sawa wanita-wanita yang mungkin saja ada di pengadilan itu."______"boleh ya Om!" Jawab Clarissa tidak masuk akal. "Tapi Sayang,,, bukannya kau sakit. Gak bisa jalan!" Sarkas Kendra untuk keluhan Clarissa sebelumnya dan Clarissa buru-buru mendorong tubuh Kendra untuk melepas pelukan laki-laki itu di pinggangnya. "Caca bisa kok Om. Tadi itu cuma sakit dikit aja, tapi Caca bisa kok jalannya!" Ucap Clarissa lagi dan Kendra terlihat menghela nafas dalam diam. "Udah, Caca ke kamar mandi sendiri aja. Tapi setelahnya Caca ikut Om kemanapun Om pergi hari ini!" Sambung Clarissa dan Kendra langsung menahan kepalanya yang mendadak pusing padahal sebelumnya dia merasa begitu lega juga bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD