Kekanak-Kanakan

2324 Words
Paginya. Kendra terjaga saat merasa matahari terlihat sudah terang memasuki jendela kamarnya yang tirainya sudah di buka separuhnya, bahkan pintu balkon kamar itu sudah terbuka dan kali ini ada angin pagi yang turut menyapa kamar itu. Kendra menggeliat dari tidurnya, menghela nafas dan menghembuskannya lembut, kemudian bangkit dari ranjang itu dan berjalan ke arah kamar ganti untuk mengabil handuk dan melepas pakaian yang saat ini dia gunakan, kemudian membungkus tubuh bagian bawahnya dengan handuk untuk segera mandi, karena pagi ini dia harus mengurus berkas perusahaan Joan, dan mempatenkan segala yang selanjutnya akan menjadi milik Clarissa. Kendra masuk ke kamar mandi, dan asal melepas handuk, dan bersiap untuk mandi saat tiba-tiba suara jeritan mengalihkan fokus Kendra yang ingin mandi. "Akhhh,,,,!" Clarissa menjerit sejadi-jadinya saat melihat tubuh Kendra tanpa busana dan Kendra tidak kalah kagetnya dari Clarissa. Kendra buru-buru meraih handuk dan melilitkannya di pinggangnya karena Clarissa langsung menutup wajahnya dengan tangan yang penuh busa sabun. Oh sungguh , Kendra benar-benar lupa jika sekarang dia sudah menikah dengan Clarissa dan Clarissa juga tinggal di rumahnya. Rasanya memang sedikit aneh saat pertama melewati kebersamaan. Kendra sudah menduda lebih dari sepuluh tahun, dan tiba-tiba terlibat pernikahan dengan wanita yang usianya jauh lebih muda darinya, bahkan wanita itu sudah Kendra anggap seperti putrinya sendiri. "Om. Apa yang Om lakukan? Kenapa Om tiba-tiba masuk?" Protes Clarissa, masih sambil menutup mata dan Kendra yang langsung memijit kepalanya karena kaget. "Kau yang apa-apaan , Clarissa. Mandi tapi gak menyalakan air. Aku pikir gak ada orang di kamar mandi jadi,,,!" "Caca lagi berendam, Om. Kalo nyalain air mah busa sabun nya melimpah , gak asik tau!" Potong Clarissa. "Lagian Om masuk gak pake permisi. Minimal berdeham, Om." Sambung Clarissa lagi. Diam-diam Clarissa membuka jari-jari tangannya, kemudian mengintip dari arah sela jari tangannya, kerena ternyata dia penasaran sama tubuh laki-laki gondrong ini, Kendra di balik pakaian kemeja dan jas mahalnya, laki-laki yang sudah dia kagumi dari sejak dia masuk sekolah SMA. Namun sayang, saat Clarissa bisa melihat sekelilingnya ternyata Kendra sudah kembali menutup tubuh bagian bawahnya dengan handuk dan detik yang sama Clarissa justru terdengar berdecak sambil menghela nafas dalam diam kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan seolah dia kecewa mendapati kenyataan jika Kendra sudah menutup tubuh itu. "CK." "Iya, dan kau diam seperti hantu." Balas Kendra, dan Clarissa terlihat memanyunkan bibirnya sambil menatap Kendra dengan tatapan yang tidak bisa Kendra artikan. Kendra diam sejenak sambil terus memijat keningnya yang tiba-tiba kembali berdenyut dengan ulah Clarissa yang kembali membuat kegaduhan di hari sepagi ini, akan tetapi menit berikutnya Kendra justru terlihat menghela nafas, karena tiba-tiba satu ide langsung melintas di pikiran Kendra dan sepertinya ini cocok untuk menguji kepekaan bocah ingusan ini. "Lagian bukankah sekarang kita sudah menikah? Seharusnya tidak apa-apa dong kalau kita mandi bersama, dan sepertinya itu bisa kita jadikan sebagai komunikasi tubuh agar lebih mudah saling menerima." Ucap Kendra setelahnya dan tiba-tiba Clarissa kesulitan untuk menelan salivanya sendiri. "What?" Syok Clarissa, dan Kendra berjongkok di atas bathtub, dengan bertumpu di bibir bathtub. "Apa? Apa aku salah ngomong? Kita suami istri kan, dan seharusnya hal yang sangat wajar jika kita mandi bersama?" Ucap Kendra lagi dan Clarissa semakin kesulitan untuk mengendalikan degup jantungnya, tapi Kendra justru terlihat tersenyum licik dengan ekspresi yang saat ini Clarissa tunjukkan di hadapannya. "Tapi Om,,,!" Clarissa. "Oh,,, apa jangan-jangan keinginan kamu untuk mendapatkan malam pertama kemarin hanya bualan semata, dan kenyataannya kau justru tidak sanggup dan tidak siap, atau malah takut untuk melakukan malam pertama itu?" Sarkas Kendra untuk satu pernyataan Clarissa kemarin bahkan semalam wanita yang baru beranjak dewasa itu kembali menantangnya untuk sebuah malam pertama, akan tetapi Clarissa justru menjerit histeris saat melihat Kendra tanpa busana seperti tadi. "Enggak kok. Caca gak takut. Caca siap kok untuk malam pertama itu, tapi,,," suara Clarissa tertahan di pangkal lidahnya saat tiba-tiba Kendra sudah kembali melepas handuk yang melilit di pinggangnya dan kali ini pria dewasa yang memiliki base otot yang liat itu sudah kembali tanpa busana dan sekarang malah masuk ke dalam bak besar di mana Clarissa masih berendam dengan cairan sabun aroma terapi. "Seharusnya tidak ada kata tapi, Clarissa. Kecuali jika kau ingin mengakui jika sebenarnya kau tidak siap untuk menjadi istriku!" Balas Kendra lagi dan Clarissa buru-buru melipat kakinya, bersila di dalam air , kemudian menekuknya sambil memeluknya seolah cara itu bisa menyembunyikan tubuh polosnya, padahal Kendra belum melihat tubuh itu secara sempurna karena saat ini Clarissa masih berada di dalam air dan hanya kepala Clarissa saja yang tampak di permukaan busa itu. "Enggak kok Om. Caca gak takut. Caca siap kok, tapi saat ini Caca lagi ngambek sama Om. Caca kesel sama Om, karena semalam Om ninggalin Caca tidur duluan, mana Om tidurnya kek kebo lagi, di bangunin gak bisa-bisa. Kan Caca jadi kesal, mana Caca semalam udah siap lagi, tapi Om malah tidur!" Ucap Clarissa dengan sangat ceriwis, bahkan dia berbicara tanpa titik koma, nyaris seperti petasan beruntun. "Kalo begitu, lakukan sekarang saja!" Jawab Kendra saat mereka sudah sama-sama duduk dalam bak besar itu dan saling berhadapan. "Enggak mau. Mana bisa kek gitu. Kalo Om mau lakuin itu sekarang, artinya bukan malam pertama Om, tapi pagi pertama."___"lagi pula mana ada orang melakukan malam pertama di kamar mandi. Enggak, enggak. Caca gak mau." Balas Clarissa lagi dan kali ini Kendra terlihat mencerbik kan bibirnya untuk mengejek penolakan wanita itu. "Eleh, bilang aja kau gak berani, Clarissa Putri Mahesa. Gitu aja pakai berbelit-belit ke sana kemari!" Ejek Kendra tapi Clarissa kembali menggeleng, tidak terima jika Kendra mengatakan dirinya tidak berani untuk sebuah malam pertama. "Clarissa benar-benar ingin melakukan itu Om, hanya saja saat ini Clarissa memang sedang ngambek, itu aja." Bales Clarissa lagi. "Ngambek?" Kutip Kendra. "Ngambek hanya akan membuktikan jika kau masih kanak-kanak Clarissa dan seharusnya kau tidak menerima pernikahan ini, karena aku tidak butuh istri kekanak-kanakan seperti dirimu dan aku lebih butuh istri yang bisa bersikap dewasa yang bisa mengerti apapun tentang aku." Ucap Kendra dengan mengalihkan pandangannya ke arah rak sabun dan shampo di atas kepala Clarissa dan Clarissa langsung terdiam dari duduknya. "Tapi Om,,,!" Clarissa "Akui saja jika kau masih kekanak-kanakan, Clarissa, maka aku tidak akan memintamu untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri terhadap suaminya. Lagi pulang kau memang lebih pantas menjadi putriku dari pada istriku Clarissa , tapi kau,,," "Hiks,,,!" Suara Kendra justru terjeda saat Kendra mendengar isakan Clarissa, Kendra semakin menatap wajah Clarissa dan mendapati wanita itu dengan mata berkaca-kaca. Kendra menarik nafas kemudian menghembuskannya kasar karena Clarissa selalu melawannya dengan tangisan, sama persis seperti Tasya, putrinya. "Kenapa Om jahat sekali sama Caca, padahal Caca beneran lho mau jadi istri Om. Caca itu cinta sama Om, tapi Om malah,,, huak,,,,!" Clarissa kembali histeris dengan tangisnya dan Kendra semakin memijit keningnya, bahkan kali ini Clarissa menyerangnya dengan busa sabun hingga busa itu ikut mengenai rambut Kendra yang sebelumnya sudah dia ikat tinggi. "Caca stop,,,!" Kendra "Om Kendra jahat. Om Kendra gak berperasaan. Pokoknya Caca doain Om jatuh cinta sama Caca, dan setelahnya Caca bakal mengabaikan Om Kendra. Caca gak mau lagi suka sama Om." Ucap Clarissa masih sambil memukul air hingga busa itu berhamburan ke sana kemarin, memenuhi dingin kamar mandi juga rambut Kendra sendiri. "Caca stop. Stop bertingkah seperti Tasya!" Ucap Kendra tapi tangis Caca sudah benar-benar menggelegar, nyaris seperti tangis anak yang di tinggal oleh orang tuanya. "Tapi Om jahat." Kesal Clarissa dan Kendra buru-buru menahan kedua tangan Clarissa untuk dia hentikan tapi Clarissa terus memberontak karena kesal sekaligus kecewa pada Kendra. Pasalnya, semalam mereka gagal malam pertama dan sekarang Kendra justru mengatakan jika dirinya kekanak-kanakan dan tidak layak untuk menjadi istri laki-laki gondrong itu, akan tetapi Clarissa jauh lebih layak untuk menjadi anaknya. Tidak, Clarissa tidak mau menjadi anak Kendra karena itu artinya Clarissa secara tidak langsung membuka peluang bagi para wanita lain untuk kembali menggoda atau bahkan menginginkan Kendra. "Clarissa,,, stop." Kendra. "Om jahat. Om jahat,,,!" Cerca Clarissa lagi dan Kendra terpaksa harus menarik tubuh Clarissa untuk dia peluk agar Clarissa tenang dan tidak lagi mengamuk. Alih-alih tenang, Clarissa justru semakin memberontak di pelukan Kendra dan Kendra semakin kesulitan menenangkan wanita itu dan akhirnya mereka berakhir berantakan di kamar mandi karena Clarissa semakin tidak bisa Kendra hentikan dan akhirnya Kendra terpaksa harus mencium bibir Clarissa saat wanita itu masih ingin memukulnya dan detik yang sama Clarissa benar-benar diam dengan cara Kendra membungkam wanita itu, tapi diamnya Clarissa bukan karena syok atau menikmati ciuman Kendra tapi masih dengan kemarahannya. Clarissa memang tidak lagi mengamuk atau memberontak memukul Kendra, akan tetapi kali ini Clarissa masih menangis bahkan semakin histeris setelah Kendra menciumnya. Sungguh Kendra tidak tahu apa yang Clarissa inginkan darinya. Di satu sisi Clarissa terus menuntut malam pertama dari Kendra, akan tetapi lihatlah reaksi Clarissa saat Kendra menciumnya, dan sepertinya Clarissa tidak menyukainya. "Huak,,,, Om Kendra jahat. Om Kendra mencuri ciuman pertama Caca di kamar mandi. Om Kendra jahat,,,!" Protesnya sekarang. "Kau adalah istriku, Clarissa. Dan aku bebas melakukan apapun padamu termasuk menciummu di kamar mandi seperti saat ini!" Balas Kendra. "Tapi itu ciuman pertama Caca, Om. Dan seharusnya Om tidak mengambilnya di kamar mandi, itu sama sekali tidak sopan Om." Tolak Clarissa lagi. "Itu bukan ciuman pertamamu Clarissa Sayang, tapi ciuman keduamu. Ingat kemarin aku juga menciummu di depan Papamu saat menikahimu, dan itu baru disebut ciuman pertama." Balas Kendra lagi dan sedetik berikutnya Clarissa langsung terdiam, mencoba memahami apa yang baru saja Kendra ucapkan padanya, dan iya, Clarissa ingat dengan sangat baik ketika Kendra menciumnya di ruang ICU ketika Kendra selesai mengucap janji dan sumpah pernikahan mereka dan seharusnya kali ini Kendra benar, jika ini bukanlah ciuman pertama Clarissa. "Oh, gitu ya Om." Tangis Clarissa berangsur tenang. "Tapi kan tetap aja Om nggak boleh melakukannya di kamar mandi, karena Om belum memberikan Caca malam pertama." Ucap Clarissa lagi dan kembali Kendra menghela nafas dalam diam lalu menatap dalam-dalam manik mata Clarissa yang sedikit memerah karena percikkan busa sabun juga tangisnya tadi. "Katakan , seharusnya aku harus menciummu di mana?" Tanya Kendra dengan sangat bodohnya. "Harusnya Om mencium Caca di atas ranjang yang penuh taburan kelopak bunga mawar, Om. Seperti di film-film romantis yang pernah Caca tonton, bukan malah seperti ini!" Jawab Clarissa dan kali ini Kendra tidak lagi menjawab atau mendebat ucapan Clarissa, karena semakin banyak Kendra mendebat ucapan wanita itu, semakin bersalah pula dirinya di hadapan wanita itu, Clarissa. Bersalah versi Clarissa pastinya. "Oke, oke, maaf. Maafkan aku. Aku janji tidak akan melakukan itu lagi jika kau tidak menyukainya. Maaf!" Ucap Kendra pada akhirnya. Dia pilih mengalah agar masalah cepat selesai. "Gak mau. Caca gak mau maafin Om, sebelumnya Om Kendra ngasih malam pertama yang hot untuk Caca, bila perlu Om Kendra juga harus memberikan Caca bulan madu di tempat yang bagus dan Caca yang akan menentukan tempat nya!" Tolak Clarissa dan kembali mata Kendra membulat sempurna saat lagi dan lagi Clarissa menuntut hal yang sama, malam pertama dan sekarang wanita ini malah membahas bulan madu. "oh,, f**k!" Umpat Kendra dalam hati dan tentu saja Kendra mengumpati dirinya sendiri karena sudah meremehkan Clarissa, karena nyatanya Clarissa tau betul apa yang harus di lakukan pasang suami istri. Meskipun Kendra tidak mencintai atau mungkin menaruh rasa spesial pada Clarissa, nyatanya Kendra sudah benar-benar resmi menikahi Clarissa dan seharusnya Kendra memang wajib memberikan dua hal itu untuk Clarissa ,malam pertama, perlakuan yang baik, juga bulan madu impian wanita itu. Terlepas dari siapa Clarissa sebelumnya dan bagaimana hubungan Kendra dan Clarissa dulu, nyatanya saat ini mereka memang adalah pasangan suami istri. 'Tenang Kendra, tenanglah. Dia hanya sedang menggertakmu. Dia tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya. Tenanglah, jangan terprovokasi dengan gertakannya atau kau benar-benar akan menjadi laki-laki brengseek yang tega melakukan itu semua pada putri sahabatmu.' Batin Kendra berusaha mengendalikan emosinya. "Baiklah. Maafkan aku." Kendra kembali mengucap kata maaf itu. "Aku benar-benar akan memberikanmu malam pertama seperti yang kau inginkan, hanya saja sepertinya aku butuh waktu untuk hal itu. Jujur aku masih belum percaya jika aku sudah menikahimu Clarissa. Kau adalah putri dari sahabatku dan rasanya memang sangat tidak masuk akal jika aku tiba-tiba melakukan itu denganmu. Tapi baiklah aku akan tetap melakukannya karena sekarang kita memang suami istri. Namun aku mohon berikan aku waktu beberapa hari untuk mengendalikan emosi dalam diriku sebelum aku benar-benar melakukannya padamu." Ucap Kendra dengan sangat lembut berharap dengan cara seperti ini Clarissa akan sedikit lebih mengerti apa yang saat ini dia rasakan. "Tapi Om, Caca mau!" Jawab Caca dengan sangat lirih. "Clarissa. Sungguh aku juga mau melakukannya, hanya saja aku tidak bisa untuk saat ini. Jadi please, tolong mengerti posisi ku , Clarissa." Ucap Kendra lagi dan kali ini Clarissa terlihat terdiam. "Lalu kapan Om siap?" Tanya Clarissa benar-benar agresif. "Aku gak tau Cha, tapi aku janji akan melakukannya saat aku sudah merasa layak untukmu." Jawab Kendra yang kali ini membuka ikat rambutnya hingga rambut gondrong itu bersimbah di atas busa bak besar itu karena mau tidak mau Kendra harus keramas jika tidak ingin rambutnya kasar dan lepek karena busa sabun tadi. "Benar ya Om!" Tegas Clarissa dan Kendra langsung mengangguk. "Iya." Jawab Kendra. "Jadi tenanglah, biarkan aku menyelesaikan mandi ku lebih dulu, karena hari ini aku harus ke kantor untuk mengurus sesuatu yang penting menyangkut perusahaan Papamu juga masa depanmu." Jawab Kendra saat bangkit dari duduknya dan Clarissa langsung melengos. "Ah, Caca cuma mau masa depannya sama Om aja. Nggak jadi artis ataupun dokter juga nggak apa-apa. Selama Caca sama Om, Caca akan merasa senang!" Jawab Clarissa dan bohong jika hati Kendra tidak akan terasa menghangat. Bohong jika Kendra tidak akan merasa tersanjung dengan apa yang baru saja Clarissa katakan tentang dirinya, meski begitu Kendra tetap bersikap tenang dan tidak ingin menunjukkan ekspresi baper nya di hadapan Clarissa, karena itu bisa saja akan membuat Clarissa semakin agresif. Clarissa lantas menoleh ke arah Kendra saat Kendra menyalakan shower dan langsung terkejut saat melihat adik Kendra yang menggantung di depan pahanya. "Om,,,,,,!" Teriak Clarissa yang membuat Kendra seketika menoleh ke arah wanita itu. Pikirnya Clarissa di gigit tikus atau mungkin tidak sengaja ke injak olehnya. "Kenapa?" Heran Kendra. "Itu Om, anu,,," Clarissa terbata, tapi tangannya justru menunjuk ke arah tubuh Kendra. "Kenapa punya Om,,,!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD