BAB 3

1007 Words
Sampai di kampus Carolyn, duduk di bangku ruangannya, menunggu dosen yang belum juga datang. Carolyne tak sengaja meraba laci yang berisi sebuah kotak coklat di dalamnya. "Ngapain kamu, Car?" tanya Laurent yang baru saja menghampiri Carolyne, Laurent keheranan melihat isi laci meja yang berisi banyak hadiah. "Sejak kapan ada kotak di sini?" tanya Carolyne. "Emang kenapa? Perasaan sejak dulu deh." "Bukan kotak kuliah, Laurent, Kamu tau tidak, ini hadiah dari siapa?" "Entah. Aku ‘kan juga baru datang." Laurent mengangkat kedua bahunya. "Tapi … ini dari siapa?" "Mungkin dari pengagum rahasiamu kali, Car, kotak hadiah dan bunga atau apa pun itu sudah biasa, ‘kan kamu terima?" Sesaat kemudian dosen akhirnya datang dan menyuruh semua mahasiswa untuk duduk, ponsel Carolyne bergetar tanda sms masuk. "Temui aku di taman belakang kampus." Pesan masuk itu membuat Carolyne agak merinding dan takut. "Siapa?" "Sepertinya pemberi coklat ini." "Dia mengatakan apa?" "Dia menyuruhku ke belakang kampus selesai mata kuliah nanti." "Aku bakal nemenin kamu kok." kata Laurent. **** Selesai mata kuliah, Carolyne dan Laurent ke belakang kampus di mana pertemuannya Dengan seseorang yang telah merencanakan semua ini. Ponselnya berdering dan telfon itu dari Allerd. "Helo?" "Kamu dimana, Sayang?" "Aku di kampus. Ada apa?" "Aku minta maaf karena tidak bisa menjemputmu," kata Allerd. "Iya. Tidak apa-apa, aku bisa pulang sendiri," jawab Carolyne. "Baiklah," kata Allerd sembari mengakhiri telpon dan Carolyne melanjutkan langkah kakinya. Di belakang kampus, Carolyne melihat semua orang menatap ke arahnya. Carolyne keheranan sampai sebuah spanduk terbentang rapi di belakang gedung dengan tulisan ‘I love You Carolyne Jenz Gardels.’ Carolyne tak tau dari siapa. Sampai seorang pria tampan yang berada di belakang gedung dengan memegang sebuah bunga mawar yang sudah tertata dengan rapi keluar dari belakang gedung. "Betrand?" tanya Carolyne terkejut. Pria tampan, keluarga bangsawan, kaya raya dan semenjak kepindahannya ia menjadi idola di kampus, Betrand sedang melanjutkan strata duanya. Ia merasa mengutarakan perasaannya kepada Carolyne yang di anggapnya cuek, tak seperti wanita lain. "Maukah kau menjadi kekasihku, Nona Carolyne Jenz Gardels?" tanya Betrand. "Apa maksud semua ini?" "Aku menyukaimu, Carolyne. Apa semua ini kurang jelas?" tanya Betrand membuat semua wanita tercengang karena pengakuan Betrand "But, im sorry. Aku tak menyukaimu, Betrand," jawab Carolyne sembari melangkah membelakangi Betrand yang masih berharap jawaban yang berbeda darinya, namun Carolyne tetap melangkah pergi. "Car, tungguin donk." Laurent menyusul kepergian sahabatnya. "Kamu apa-apaan, sih? Kenapa menolaknya?" "Your stupid? Apa kamu sudah lupa Betrand … siapa? Dia playboy, Laurent. Dia kira bisa mendapatkan semuanya dengan uang tapi aku berbeda, Aku sering mendapatkannya berciuman dan b******u, kadang di UKS, kadang di perpustakaan, dan itu membuatku muak," kata Carolyne agak kesal. "Masa, sih? Dia ‘kan sekarang idola kampus, Car." "Karena itu, semua wanita mau menjadi pelacurnya, dan aku sudah memiliki Allerd." "Sssst ... ngomongnya jangan pedes donk." "Habisnya, dia beraninya mengutarakan perasaannya padaku. Memangnya aku ini gadis murahan?" "Bagaimana pun juga dia ‘kan senior kita." "Syukur dia senior kita, kalau dia junior udah lama aku tonjok tuh wajah." Laurent terkekeh mendengar perkataan sahabatnya, namun Laurent sangat tahu bagaimana sifat sahabatnya, yang tak pernah tergiur akan apa pun yang di beli dengan uang. **** Carolyne hendak ke kamar mandi, Tak sengaja ia mendengar percakapan antara pria dan juga pria lainnya, Carolyne mendekat dan bersembunyi di balik tembok. Melihat Betrand dan juga teman-temannya sedang mengobrol asyik. "Kamu tidak bisa menggaetnya, bukan? Sudah kukatakan, dia wanita yang susah di rayu dengan uang," kata Porden "Shiit!" umpat Betrand. "Bagiku semua wanita sama, semuanya sama-sama player dan menyukai duit," ujar Betrand. "Tapi … Carolyne berbeda menurutku." "Dia murahan, namun tak mengakuinya saja," kata Betrand. Carolyne mendengar semuanya dan menitikkan air mata, ia tak menyangka seorang Betrand yang dulu selalu melindunginya mengatakan hal yang tidak benar tentang dirinya. "Jadi kita menang taruhan ‘kan?" "Apa yang kau inginkan? Aku sudah janji akan memberikan apa pun jika aku kalah taruhan dan gagal menggaet wanita itu," ucap Betrand. "Mobil sport milikmu," jawab Cowerd. "Ambil saja. Lagian di mansion masih banyak terparkir." "Yang benar?" "Ambil saja, ini kuncinya.” Betrand melempar kunci mobilnya ke arah Porden dan Cowerd. Mobil sport bukan hal yang spesial bagi Betrand, semua koleksi mobilnya lengkap dari mobil sedan, BMW, lamborghini dan juga mobil sport luar negeri terparkir rapi di parkiran mansion, jadi kehilangan satu mobil itu tak masalah buatnya, namun kehilangan harga dirinya di depan semua anak kampus membuatnya sangat marah. "Aku tidak menyangka Betrand meremehkanku dan menjadikanku bahan taruhannya, untung saja tak ku terima cintanya, jika saja ku terima itu akan menjadi lubang maut buatku." Carolyne menyeka air matanya dan berlalu pergi. "Mulai hari ini, aku memilih membencimu untuk selamanya, Betrand Rollerd Max," batin Carolyne. **** Carolyne bersama Allerd sedang di cafe dekat kampus, mereka sedang menikmati burger dan juga segelas minuman sembari bercengkrama. Carolyne memutuskan untuk tidak memikirkan tentang Betrand lagi. Semua sudah terhapuskan karena sikap b******n Betrand yang begitu mirip seorang Devil. "Apa ada sesuatu yang kau pikirkan? Sejak tadi ku perhatikan kamu diam saja, Car. Ada apa, Sayang?" tanya Allerd. "Aku tidak kenapa-napa." "Benar tidak kenapa-napa?" "Iya, benar." "Kita ke apartemenku. Kamu mau ‘kan?" tanya Allerd. "Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak berpacaran terlalu intim?" "What do you mean? Kita sudah pacaran setahun lebih, apa sebagai pria aku tak di perbolehkan mempertanyakan hakku? Bukankah wajib untukmu? Semua wanita pasti menerimanya jika sudah lama pacaran. Apalagi yang kudengar dari anak-anak, kamu menolak pria kaya dan tampan.” "Apa? Hak kamu dan kewajibanmu? Hei, kita masih pacaran, Allerd, kita tak lagi berada di status pertunangan atau pernikahan. Tidak ada hak dan kewajiban seperti yang kau katakan." "Tapi … aku harus menuntutnya." "Your crazy, Allerd, mulai hari ini kita putus saja, aku sudah pernah mengatakan aku tak mau berpacaran atau menjalin sebuah hubungan atas dasar saling menginginginkan, kau menginginkan tubuhku, bukan hatiku, Allerd, padahal sudah sangat sering aku katakan. Jadi … tak perlu menganggapku ada. Hari ini kita PUTUS!" bentak Carolyne sembari melangkah keluar dari cafe. Pikirannya sudah di penuhi dengan sikap Betrand yang begitu brutal di tambah lagi Allerd yang menginginkan tubuhnya, sedangkan selama ini yang selalu ia jaga dari semua hal adalah tubuhnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD