Sung Jae memperhatikan Rahmad Jhi yang masih menyunggingkan senyum aneh menurutnya dia yakin dia akan membalas pantunnya barusan dengan ledekan lagi dia berharap ada dewa penyelamat untuknya.
"Hatiku bergetar saat memakan tomat, wahai para master yang terhormat.
Ada ikan memakai bikini hentikan, perdebatan yang tak berguna ini." Sontak mereka langsung menoleh pada Erika yang menyela perpantunan yang tak masuk akal mereka.
"Kau pandai juga berpantun Adik kecil,"puji Rahmad.
"Aku bukan anak kecil paman, usiaku sudah 18 tahun,"protesnya.
"Tapi tetap saja kau masih kecil, dan jangan panggil aku paman kau mengerti!"katanya.
"Tapi paman terlihat sudah tua,"kata Erika. Pria itu melirik sang pimpinan yang terlihat menahan tawa.
"Aku masih muda masih 28 tahun adik,"sungutnya.
"Itu artinya paman memang sudah tua,"balasnya.
"Ahahahaha ... ."Rahmat Jhi memandang dongkol pimpinannya yang ikut menertawakannya bahkan sampai memegangi perutnya begitu.
"Apa yang kau tertawakan Lee Sung Jae"geramnya. Pria itu langsung diam dan dia menjadi tertegun baru kali ini Rahmad Jhi memangil namanya dengan benar, apa sebenarnya dia memang sengaja memanggilnya dengan nama yang salah karena mengerjainya awas saja jika memang begitu.
"Dengar adik kecil apapun pendapatmu aku tak perduli tetapi kau harus memanggilku kakak, kak Jhi bukan paman mengerti!"perintahnya mutlak.
"Hah ... kebiasaannya seenaknya tak berubah,"batin Sung Jae.
"Lalu untuk apa kau datang kemari?"tanya Sung Jae.
"Saya Erika, ingin menemui Pimpinan GNI Group untuk melamar-,"ucapannya terpotong.
"Wooh, kau ingin melamarku,"potong Sung Jae kepedean. Gadis itu melongo meski bila dipertahaikan Lee Sung Jae memiliki wajah yang rupan dia juga tinggi bisa disebut sempurna tapi tetap saja menurutnya itu berlebihan.
"Bukan Fujiwara Sensi,"elaknya. Pria itu sweet drop lagi-lagi dipanggil sensi.
"Saya mencari pimpinan GNI Group bukan anda,"lanjut Erika. Pria itu menunjukkan ekspresi yang tak bisa ditebak."apa sekarang aku sudah tak dipercaya sebagai pimpinan GNI sampai gadis kecil ini tak mau mengakuinya,"batinnya nelangsa.
"Kata,'kak, Rin Hamasaki pimpinan GNI Group itu namanya Lisuje,"kata Erika sambil mengingat kembali perkataan Rin.
"Yang benar itu Lee Sung Jae,"koreksi pemilik nama.
"Iya,iya benar Lek Sung je,"kata Erika sambil menunjukkan penyesalan karena salah menyebutkan tapi tatap saja salahkan.
"Hahh, tetap saja kau salah sebut,"gumam Sung Jae pasrah.
"Lalu apakah saya bisa menemuinya Sensi?"tanya Erika memastikan. Pria itu hanya menatap jengah gadis itu padahal jelas-jelas secara tidak langsung dia memperkenalkan dirinya tapi tetap saja malah memanggilnya 'sensi'. Rahmat merasa kasihan juga pada pimpinannya yang seperti mulai prustasi menjelaskan maksud yang sebenarnya.
"Ehem, Erika maksud dia itu bagini. Pimpinan GNI Group yang bernama Lee Sung Jae itu dirinya pria yang kau panggil dengan nama Fujiwara Sensi,"jelas Rahmat. Gadis itu kembali terkejut dia tak menyangka dia sudah membuat sang pimpinan mungkin kesal.
"Nyuwong ngapunten bapak, kulo mboten ngertos. Sa estu kulo nyuwon ngapunten,"kata Erika penuh sesal. Sedang yang pria itu hanya tertegun sambil menggelengkan kepala karena tak paham apa yang dikatakan oleh Erika.
"Dia memintak maaf kepadamu mistar gawang karena tak bermaksud membuatmu kesal,"jelas Rahmat.
"Oh, baiklah tidak apa-apa Eri,"jawab sang pimpinan yang kini sudah dengan mode wibawahnya.
"Baiklah Eri. Apa kau ingin mengikuti lomba Event cipta n****+ GNI yang didalamnya terdapat puisi pantun juga kata kata bijak atau bisa disebut kata mutiara?"tanyanya. Kali ini dia menunjukkan wibawanya sebagai seorang pimpinan. Gadis itu mengangguk penuh semangat.
"Kau bisa mengisi Formulirnya dan nanti saya sendiri yang akab menjadi tutormu,"lanjutnya. Rahmat Jhi sedikit terkejut karena biasanya pimpinan yang satu ini tak mau menjadi tutor dengan alasan sibuk ini dan itu dan sekarang mendadak berubah"setan apa yang telah merasuk dalam dirimu pimpinan,"batinnya.
"Baik Sensi,"jawabnya. Mereka berdua langsung sweet drop.
"Tidakkah dia merasa lelah memandangiku?" batin Sung Jae. Dia sungguh merasa risih dipandangi penuh selidik oleh Menejer bagian Marketing satu ini. Setelah dia mengatakan akan menjadi tutor untuk Erika Rahmat Jhi menyeretnya keruangannya dia bahkan tidak boleh duduk dan harus berdiri seperti seorang tersangka utama dalam kasus kriminal yang akan melarikan diri jika tidak diawasi.
"Rahmat Jhi." Pria itu malah menaruh telunjuknya dibibir isyarat tidak boleh bicara saat Sung Jae memanggilnya. Tidak taukah kakinya sudah pegal dan dia juga sudah merasa gerah terus-terusan ditatap seperti pencuri ketahuan.
"Shiou Rain sebentar lagi kemari,"katanya. Sung Jae menaikkan sebelah alisnya pria itu memberitau namun matanya masih menatapnya. dia diibaratkan seorang penjahat yang tertangkap melakukan kejahatan dan ditangkap basah oleh polisi Rahmat dan akan diadili oleh Shiou Rain selaku komisaris, yang benar saja kenapa mereka semua selalu bersikap seenaknya.
****
Terlihat entah dia pria atau wanita yang jelas bukan waria, rambutnya berwarna biru gelap panjang sepunggung diikat bagian belakangnya, kulitnya yang putih mulus serta iris matanya berwarna emas membuatnya terlihat menawan, hidungnya yang mancung bibirnya tipis bulu mata lentik bahkan tubuhnya sangat ramping tidak ada yang menyangka jika dia seorang pria tulen. Dia melangkah dengn sangat mempesona bahkan Rin dan Jaenal yang kebetulan sedang ngobrol langsung mengalihkan perhatiannya pada pria itu.
"Shiou Rain," gumam Rin. Bahkan dirinya mengira dia adalah gadis cantik kekasih pimpinannya yang membuat dirinya selalu merasa seperti terbakar api neraka bila melihat kedekatan dengan pria pujannya.
"Apa itu kak, Rain?" Tanya Jaenal memastikan.
"Kau benar, dia telah kembali aku harus menghampirinya," kata Rin terburu-buru dan langsung meninggalkan Jaenal yang memegang tumpukan kertas yang telah dia punguti dari lantai tentu saja atas perintah Hamasaki Rin.
"Nona Rin!" Panggilnya setengah berteriak.
"Bawa kaertas itu keruangan Menejer Akira, Jaelangkung,"jawabnya setengah berteriak sambil teruh mempercepat langkahnya mengikuti Shiou Rain.
"Shiou Rain, tunggu!" Seru Rin. Pria itu pun berhenti kemudian membalikkan badannya dan sedikit menunduk hormat lalu mengangkat kepalanya kembali.
"Lama tak berjumpa, nona Rin," sapanya dengan senyum dibibirnya. Gadis itu membalas sapaannya dengan senyuman.
"Ya, lama tak bertemu," balasnya.
"Apa Oppa Sung Jae ada?" Tanyanya. Gadis itu tak langsung menjawab pertanyaannya dia lebih memilih mengalihkan pandangannya kesisi kanan pria itu.
"Kau pasti sangat merindukan Sung Jae ?" Tanyanya balik.
"Itu benar nona Rin," jawabnya. Rin memperhatikan Rain mulai ujung kaki hingga ujung rambut membuat pria itu sedikit tidak nyaman.
"Ada apa nona Rin?" Tanya.
"Dilihat darimanapun Rain benar-benar cantik, selain cantik dia juga sangat sopan pantaslah Jae Sung selalu memikirkannya,"batinnya. Pria itu merasa heran melihat Rin tiba-tiba terdiam seperti memikirkan sesuatu.
"Apa ada yang salah nona Rin?" Tanyanya memastikan.
"Tidak, pergilah!" Kata Rin tak ikhlas jika harus membiarkan Rain bertemu dengan pria pujaan hatinya.
"Baiklah Nona, terimakasih saya permisi," pamitnya. Kemudian dia menganggukkan kepalanya sejenak sebelum pergi.
" sungguh rasanya tak ikhlas, bagaiamana jika mereka love-lovean ,"gumamnya gusar. Lalu dia melangkahkan kakinya dengan emosi dalam hati.
*****
"Sudalah Rahmat Jhi, lagi pula apa masalahmu jika aku menjadi tutornya Erika," katanya mulai kesal. Siapa si yang tak kesal sedari tadi hanya berdiri sambil ditatap penuh kecurigaan. Tapi pria itu justru tak perduli dia tetap menatapnya.
Tok ... tok .. tok ..
Mereka berdua mengalihkan perhatiannya pada pintu.
"Masuk!" Perinta Rahmat karena ini memang ruangannya. Tak lama kemudian pintu terbuka terlihat Shiou Rain berjalan menghampiri Sung Jae dan memeluknya itu adalah pelukan persahabatan yang disalah artikan oleh Rahmat.
"Kau lihat, kau sudah punya seorang gadis yang sangat cantik seperti Rain dan kau masih mau selingkuh, kau tidak ingin dikatai sebagai pria b******k,'kan?, dan satu lagi Nona Rin itu juga menyukaimu tidak cukupkah dua wanita ini untukmu dan masalah tutor Erika biarkan aku yang menggantikanmu," omelnya. Kedua pria itu hanya bisa tercengang mendengar omelan pria itu dan sekarang Sung Jae mengerti alasan Rahmat Jhi dari tadi menatapanya penuh curiga seperti seorang penjahat besar.
"Pacar?, gadis cantik?" Beonya. Dia mengerling kearah Rain, pria cantik itu juga terlihat masih shock mungkin karena dikira pacaran dengan dirinya yang sejenis dengannya.
"Tunggu kak Jhi, saya ini bukan pacarnya Oppa Sung Jae," jelas Rain. Rahmat mengalihakan pandangannya pada pria cantik itu.
"Kau memang bukan pacaran tapi kau istrinya Sung Jae. Iya,'kan?" Katanya bahkan sekarang suaranya sudah meningkar 1 oktaf.
"Tunggu Rahmat, kami bukan suami istri. Lagi pula kau salah mengira jika menganggap Rain itu gadis cantik, karena dia itu pria tulen sama seperti kau dan aku. Dan aku masih normal untuk tidak tertarik dengan seorang pria," jelas Sung Jae berusaha menjelaskan agar tidak terjadi kesalah pahaman lagi. Kini giliran Rahmat Jhi yang terkejut dia memperhatikan Rain mulai ujung rambut hingga ujung kaki.
"Kau serius seorang pria?" Tanyanya memastikan. Pria cantik itu hanya mengangguk. Sung Jae merasa jengah melihat manusia satu itu sudah tadi menuduhnya mereka sembarangan sekarang berlagak sock dengan wajah bodoh dari pada dia mati berdiri diruanganannya lembih baik kembali keruangan sendiri diapun langsung menarik tangan Rain agar keluar mengikutinya.
"Kita mau kemana Oppa?" Tanya Rain.
"Bicara diruanganku saja, lagi pula aku ingin melihat kunci almari ruang kerjaku yang kau janjikan itu," jawabnya sambil terus menarik tangan pria cantik itu tanpa mereka sadari seseorang memperhatikannya dengan tatapan cemburu.