episode 5

1021 Words
"Ruangan Oppa selalu terlihat rapi," komentar Rain saat memasuki ruang Sung Jae. Pria itu mengerutkan keningnya. "Apa kau menginginkan ruang kerjaku seperti kapal pecah," balasnya. Rain tersenyum ramah mendengar balasan kmentar pimpinannya itu. **** Rin berjalan dengan memelankan suara langkah kakinya karena berniat menguping pembicaraan Sung Jae dan Rain sekaligus mengintipnya kali saja ada perbuatan tak beres. "Kenapa Kak Rin berjalan seperti pencuri begitu?" tanya Erika tiba-tiba dan membuat gadis itu hampir terkena serangan jantung dadakan karena terkejut. "Ssst." Rin memberi tanda pada gadis kecil itu untuk diam dan gadis itu mengangguk. Rin mulai menempelkan telinganya didepan pintu ruang kerja pimpinannya. " Buka sarungnya!" "Kau serius Oppa? Ingin aku yang membuka sarung ini?" Rin mengerutkan keningnya mendengar percakapan mereka,"apa yang mereka lakukan? Kenapa Sung Jae meminta Rain untuk membuka sarungnya, dan apakah tadi dia berganti dengan sarung agar lebih mudah begitu?" batin Rin semakin curiga. "Tentu saja kau harus membuka sarung itu." Rasanya seperti berada di ambang neraka mendengar pembicaraan mereka, ingin rasanya dia mendobrak pintu kokoh itu tapi ia yakin dengan kekuatannya sebagai wanita dirinya tak mampu membuka pintu itu secara paksa, gadis itu berharap ada yang akan membantunya. "Nona Rin, apa yang anda lakukan?" Gadis itu menoleh kebelakang terlihat Rahmat Jhi berjalan kearahnya sambil membawa map biru entah apa isinya dia tidak tau tapi dia merasa Tuhan memang memihak padanya dia segera melambaikan tangannya setelah pria itu mendekat dia meletakkan jari telunjukknya dibibirnya memberi isyarat untuknya agar diam, dia juga menunjuk pintu, pria itu mengerutkan keningnya namun detik berikutnya dia berfikir agar dia mengikuti apa yang dilakukan gadis itu'menguping' dan diapun melakukan hal yang sama. Lagi-lagi Erika sweet drop melihat tingkah mereka yang menurutnya sangat konyol dan tak masuk akal. "Besar sekali Oppa, kira-kira lubangnya muat atau tidak ya?" Rin menutup mulutnya tubuhnya gemetar otaknya sudah kemana-mana sedangkan Rahmat Jhi hanya merasa tak ada yang menarik dari pembicaraan mereka berdua setelah tau Rain itu pria. "Pasti muatlah, kan lubangnya sudah terseting untuk dimasuki benda itu," Rin menggelengkan kepalanya dia tidak sanggup lagi ia yakin mereka berdua akan melakukan perbuatan aneh didalam ruangan itu. "Rahmat Jhi, dobrak pintunya!" Serunya berbisik. Pria itu menoleh padanya dengan pandangan penuh tanda tanya. "Dasar dodol, cepat dobrak!" Perintahnya lagi dengan nada mengancam. Rahmat merasa heran dengan wanita satu ini karena tidak ada imut-imutnya untuk seorang wanita terlalu kasar. "Rain, kau bisa menungging berjongkok atau tengkurep," Rasanya kepulan asap sudah mengepul melalui telinga gadis itu dia melirik Rahmat yang sudah bersiap mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu itu. Sementara itu Sung Jae mengerutkan keningnya mendengar suara bisik-bisik di depan pintu ruanganya dan seperti seseorang yang akan mendobrak pintu ruangan itu. Rain masih memandangi almari kecil yang ada di lantai dan berinisiatif untuk mengangkatnya namun  Sung Jae memberi isyarat padanya dengan gerakan tangannya untuk membiarkannya dan menyingkir, setelah itu dia berjalan pelan kearah pintu dan bersiap membuka pintu tersebut. "Berani sekali kalian menguping dan berfikir yang tidak-tidak,"gumamnya dia mengulurkan tangannya untuk menarik knop pintu tersebut. Di luar Rahmat Jhi sudah mulai menghitung dalam hati dan langsung berlari dengan sekuat tenaga untuk mendobrak pintu tersebut. Dan sialnya pintu itu langsung terbuka sebelum dia sampai melakukan aksinya dan dia sudah tidak bisa mengerem lagi. Duk Bruk Grubuk ... grubuk ... grubuk .. Rin hanya bisa melongo melihat Rahmat Jhi nyusruk menabrak rak buku dalam ruangan itu dan tertimpa buku-buku yang berjatuhan di atas kepalanya. Sedangkan Rain, dia sangat terkejut melihat aksi pria itu yang hendak mendobrak pintu padahal pintunya tidak dikunci dia melirik Jae Sung pria itu tersenyum mengejek melihat temannya terlihat mengenaskan. Setelah itu mengalihkan perhatiannya pada Rin yang masih berdiri mematung didepan pintu. "Jadi Nona Rin, ketidak sopanan apa lagi yang kau lakukan hingga menyuruhnya untuk mendobrak pintu ruanganku?" Gadis itu menatap Sung Jae penuh curiga lalu bergantian dengan mematap Rain. "Aku hanya tidak ingin kalian melakukan perbuatan tidak pantas di kantor ini, khususnya kau Sung Jae," peringatnya memberi ancaman. Pria itu menatapnya tak mengerti. "Tidak pantas? Jadi memasukkan kunci kelubangnya itu tidak pantas?" Rin masih menatapnya penuh curiga. "Kau jangan mengelak lagi, mana ada kunci disarungi," sungutnya. Dia memandangi pria itu penuh selidik mulai ujung kaki hingga ujung rambut seperti suami ketahuan selingkuh dari istrinya. "Tapi kau cepat sekali mengganti sarungmu dengan celana lagi," sinisnya. Pria itu semakin tak mengerti dengan wanita satu ini. "Kau pikir aku akan pergi kondangan pakai Sarung, lagian kau ini ada- ada saja Rin. Mana ada aku pakai sarung dengan setelah jas kemeja dan berdasi rapi begini memakai fantovel dan kau memasangkan dengan sarung yang digunakan untuk menghadiri pengajian, kau ingin aku ditertawakan seluruh manusia karena disangka ada ondel-ondel berjalan," balasnya. Gadis itu tak menjawab dia mengalihkan perhatiannya pada Rain yang terlihat masih rapi. "Lalu untuk apa menyuruh Rain menungging segala," selidiknya. Ya Tuhan rasanya dia ingin menenggelamkan temannya itu kedasar sumur dari pada kedasar laut kasihan. "Kau lihat Rain,'kan? dia itu tinggi dan bagaimana caranya memasukkan kuci itu kedalam lubangnya jika dia berdiri, sedang almarinya pendek yang hanya sebatas pinggang dan lubang kuncinya dibawah, jadi aku memberi saran agar dia bisa jongkok, menungging atau tengkurep," jelasnya berusaha tetap sabar. Gadis itu memperhatikan ruangan itu secara seksama matanya mencari sesuatu yang dimaksud pria itu, tak lama kemudian dia melihat sebuah almari kecil yang terbuat dari kaca rasanya dia ingin menaruh wajahnya di kolong meja sangking malunya telah berfikir ngeres terhadap pimpinannya. "Sudah puas?" Tanya  Sung Jae. Bukannya menjawab gadis itu justru mengalihkan perhatiannya pada Rahmat yang masih terduduk di bawah almari buku dia berjalan menghampiri pria itu. Sung Jae hanya bisa menghela nafas terkadang dia heran terhadap sikap gadis itu yang terkadang berperasangka buruk terhadapnya dan selalu mencurigainya jika dia sudah bersama pria cantik itu. Rahmat Jhi segera bangkit saat dirasa perdebatan boss dengan sekretarisnya itu selesai, rasanya kepalanya pusing tujuh keliling. " pusing sekali kepalaku," keluhnya. " itu akibat jika kau tidak punya sopan santun masuk ke ruangan atasanmu main dobrak saja," jawab Sung Jae. Pria itu mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban pimpinannya yang seakan mensyukuri nasib sial yang menimpanya " awas kau Sung Jae tunggu pembalasanku," batinnya penuh dendam. Saya masih ingat dengan jelas saat sidang skripsi dosenku memberi komentar " isi skripsimu bagus hanya penulisanmu memerlukan banyak pengeditan "  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD