Setetes air mata jatuh mewakili pedih dalam hati saat kau pergi tanpa mengatakan sebuah kesalahan yang membuat mu memutuskan untuk meninggalku dalam kesepian tanpa mu.
Hwang Jae sung duduk bersandar di bawah pohon, ia menekuk sebelah kakinya dan menyelonjorkan kakinya agar gadisnya bisa tidur di pahanya, tangannya terulur untuk membelai lembut rambut sang kekasih,,,
Teringat selalu wajah kekasihku,,,,
Saat ku menuia lagu coba,,,
Engkau dengarkan,,,
Kutuaikan nada lirik lagu sederhana,,,
Ku ceritakan kisah tentang kita,,,
Erika menikmati belaian lembut pria itu bahkan suara merdunya saat melantunkan sebuah syair lagu tanpa musik membuatnya merasa ketenangan sendiri.
Peluklah tubuhku bila engkau rapuh,,,
Saat kau mulai terjatuh,,,
Aku datang menyelamatkan mu,,,
Ini surga kita tiada yang mengusainya,,,
Tempat kita bersandar dan bertahta,,,
Jae Sung merubah posisinya, ia mengambil kepala Erika lalu memeluknya dalam dekapannya.
Tenang sayang,,,
Ku pasti akan datang,,,
Yakinlah aku menjemput mu,,,
Jangan menangis hapuslah air matamu yakinkan ku tetap milikmu, ,
Pria itu mengecup kening gadisnya penuh kasih.
Tenang sayang,,,
Ku tepati janjiku karena kaulah wanita terhebat,,,
Peluk tubuhku matilah di pelukanku,,,
Biar seluruh jagad raya tau...
Erika tersenyum, ia mengulurkan tangannya mengusap lembut rahang kekasihnya, matanya menatap sang kekasih penuh cinta...
Tenang sayang,,,
Ku sambut engkau datang ku yakin engkau menjemput ku,,,
Jangan menangis hapus air matamu,,,
Yakinkan aku tetap milikmu,,,
Tenang sayang ku pasti akan datang,,,
Jangan menangis hapuslah air matamu,,
Yakinkan ku tetap milikmu,,,
Tenang sayang,,
Kutepati janjiku karena kaulah wanita terhebat,,,
Peluk tubuh ku matilah dipelukanku,,
Biar seluruh jagad raya tau,,,
Kau milikku,,,
Ctak...
"Ouch... " Hwang Jae Sung memegangi pelipisnya yang terkena lemparan ranting kayu dari Rahmat.
"Pacaran terus! Tidak makan kau?! " tanyanya galak. Rasanya pimpinan GNI itu ingin membenamkan menejernya itu di atas tumpukan jerapa, pria itu selalu saja mengganggu kemesraannya bersama Erika.
"Tidak apa kakak, aku sudah baikan. Karena ada kak, Jea Sung, aku tidak takut lagi. " Gadis itu menarik dirinya dari dekapan kekasihnya. Ia tak enak juga berduaan sedang yang lain sibuk membakar ikan.
Shou Rain berjalan menghampiri mereka dengan dua ekor ikan yang sudah masak, ia menyandarkan ikan itu pada Erika," Punya Oppa, bakar sendiri," katanya tanpa menoleh pada sang pimpinan.
Pimpinan GNI itu melotot tak percaya mendengar ucapan HRDnya itu, biasanya Rain selalu perhatian padanya tapi semenjak ada Erika, pria itu jadi lebih perhatian pada gadis itu. Ia melangkah kakinya dengan sedikit terpincang bergabung bersama Rin, Rahmat, Inarida, Akiramenai dan Jaenal, ia mendudukkan dirinya disamping Rahmat.
"Ehehehe... Kenapa? Rain tidak perduli lagi padamu? " ejek Rahmat sambil membakar ikan. Setelah masak ia pun mengangkatnya lalu meniupnya pelan-pelan.
Sret...
Rahmat melotot tak percaya melihat ikan yang sudah ia panggang dengan susah payah tiba-tiba menghilang dari genggamannya, "kemana ikan ku? "
"Dasar jones, g****k dipelihara," Cibir Jae Sung sambil menggigit ikan hasil panggangan Rahmat.
Bagaikan ada kilat petir dimata menejer GNI itu, rasanya kepulan asap sudah mengepul diatas kepalanya, bagaimana mungkin pimpinan GNI itu bisa bicara dengan santai sambil makan ikan hasil panggangnya, ia pun bangkit dan menatap pimpinannya seperti singa kelaparan," Hwang Jae Sung! Aku akan membakarmu, " geramnya.
"Ah, kau hebat, Mat. Ikan bakaranmu rasanya sangat nikmat," ucap Jae Sung tanpa merasa bersalah. Rahmat mencak-mencak sendiri, kenapa di dunia ini ada pria yang selalu seenaknya, sudah mengambil ikan orang seenaknya, tidak mintak maaf malah berlagak tidak punya dosa.
Akiramenai memandang menejer kuangan itu prihatin, pria itu selalu saja kenak kejahilan sang pimpinan, bahkan sekarang wajahnya terlihat seperti tikus tergelindas truk, tak tega juga rasanya, ia pun mendongak ikan hasil panggangnya pada menejer itu, "kak, Rahmat. Ini, aku sudah panggangkan untuk mu. "
"Nah, kau memang teman yang baik. Mat, sudah tidak usah marah lagi. Ambil ikan itu terus makan dan kita kembali, kakiku sudah sangat sakit dan harus kedokter, " timpal Jae Sung santai.
"Sekalian saja kakimu buntung," balas Rahmat penuh emosi. Bukannya merasa bersalah atau kesal, Jae Sung malah terkikik melihat kemarahan sahabatnya itu.
****
"Eri, aku dengar kamu akan melanjutkan SMA mu di Kota ini. " Rain memperhatikan Erika yang terlihat menyukai ikan panggangnya. Gadis itu mengangguk lalu menoleh pada Rain sambil tersenyum.
"apa kau sudah cerita pada, Oppa? " tanya Rain.
"tentu saja,'kan, memang kakek yang mengusulkan ini kakak, Rain, "jawab Erika.
Ah, sepertinya gadis itu salah mengartikan panggalina Oppa yang dia katakan tadi. Rain tersenyum simpul, ia mengacak pelan rambut gadis itu.
"Eri, yang ku maksud, apakah kau sudah cerita pada Oppa, Jae Sung, kalau kau akan sekolah di Jakarta?" jelas Rain. Erika menyerngit, ia berpikir apakah masalah sekolah saja harus ceria pada kekasihnya.
"Eri, sebaiknya kau bilang. Jangan sampai dia mendiamkanmu selama sebulan hanya karena kau tidak cerita," Ucap Rain menasehati.
" apa itu harus? " tanya Erika masih tidak mengerti mengapa pria itu menyarankan demikian. Pria itu tersenyum tipis melihat kepolosan gadis itu.
" Kau ini, sebaiknya kau katakan padanya," jawab Rain. Gadis mengangguk kemudian kembali memakan ikan panggangnya.
****
Jagalah sebuah hubungan agar tetap baik, setidaknya saat mereka tak lagi berasamamu, kau tidak akan pernah menyesalinya.
Jae Sung melangkah kakinya menghampiri Rain yang terlihat masih ngobrol bersama Erika, sesekali pria itu tersenyum tipis menanggapi ucapan gadis itu, rasa kesal selalu hadir dalam relung hatinya saat melihat keakraban mereka. Jae Sung mendudukkan dirinya disamping sang kekasih, tangannya terulur untuk merangkul bahu gadisnya. Rain tersenyum maklum melihat pimpinan GNI tersebut, ia tau pasti pria itu ingin menunjukkan kepemilikannya. Terkadang ia tak habis pikir, dulu pria itu sangat galak pada Erika, tapi entah kenapa gadis itu justru jatuh cinta terhadapnya bukankah dirinya yang dulu sangat perduli, tapi dia hanya dianggap sebagai kakaknya.
"Oppa, apa kita akan kembali sebentar lagi?" tanyanya.
"apa kau mau menginap lagi dihutan?" tanyanya balik. Rain terkikik geli mendengar pertanyaan balik dari pimpinanya.
"Oppa, kakimu masih sakitkah? " tanyanya lagi.
" Mau coba?! Aku bisa melempar mu dari tebing tinggi itu." Lagi -lagi pria itu menjawab pertanyaannya dengan kalimat sarkars, mungkin dia kesal karena tadi ia mengajak Erika ngobrol.
Cinta terkadang membuat orang lupa dengan siapa yang dia ajak berbicara,,,
Tak perduli kawan atau lawan,,,
Jika ada yang mendekati yang dicintainya tentunya tidak akan rela,,,,
Kenangan akan saat bersamamu dalam indahnya sebuah persahabatan akan aku ukir dalam cerita ini,,,
Namamu tak akan ku lupa,,
Semua kebaikan mu akan selalu ku ingat,,,