Siasat Arthur

1656 Words

Saat Kakek sedang menyeduh teh herbal di pagi hari, Arthur mengambil kesempatan untuk bicara denngan sosok tersebut. “Buatkan aku kopi,” perintahnya pada pelayan. “Maaf, Tuan, Tuan Federic tidak mengizinkan saya melayani anda.” Arthur tidak kaget, dia hanya menatap pelayan itu dengan alis terangkat. “Tidak apa, biar saya yang membuatkannya, Tuan,” ucap Maury enggan menatap manik Arthur yang tajam. Pria itu melangkah menuju sang Kakek dan duduk disampingnya. “Bagaimana rasanya menjadi pengangguran dan tidak punya apa-apa selama beberapa hari ini?” “Aku masih hidup,” jawabnya angkuh. “Kakek harus bertahan dengan semua gonjang ganjing di perusahaan. Apakah Kakek membutuhkan bantuanku?” Federic tertawa mendengarnya. “Aku lebih baik kehilangan harta, daripada kehilangan nurani cucuku.” Y

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD