BAB 10 - Situasi Aneh

1438 Words
Tubuh tegap itu langsung terduduk lelah di sofa, menyender sembari mendesah panjang. Semua rapat dan makan malam bersama klien yang tadinya sempat Ia batalkan bisa berjalan lancar. Hanya karena satu kejadian, Agra memilih mengatur kembali jadwalnya. Beruntung para klien itu langsung menerima permintaan maafnya. Setidaknya untuk saat ini pikiran lelaki itu berhasil teralihkan. Seperti biasa, tubuhnya benar-benar lelah. Mungkin karena terlalu memforsir pekerjaan. Tapi mau bagaimana lagi, di samping untuk mengalihkan pikiran, kalau lelaki itu sudah terjun ke dunia pekerjaannya, fokus Agra akan seratus persen ke sana saja. Tidak ada yang bisa mengganggunya. “Hh, leherku,” desah sang Dhanurendra, menggerakkan leher beberapa kali. Beberapa suara gemertak kecil terdengar. Setelah ini dia akan mandi lalu beristirahat. Tanpa sadar kedua manik abu itu melirik ke arah kamar yang sekarang sudah memiliki penghuni baru. ‘Apa dia sudah tidur?’ Sedikit mengernyitkan alis bingung, tidak ada tanda-tanda keberadaan Ara keluar dari sana. Mungkin dia tidur karena lelah di perjalanan tadi. Agra tidak mempermasalahkan itu. Kali ini menyender lebih dalam, kepalanya menengadah ke atas. Menatap langit-langit ruang tamu, kedua tangan menyender pada punggung sofa. Menutup mata sejenak, Agra menarik napas panjang. Hari ini dia memang nyaris lepas kendali, tapi setidaknya untuk hari ke depan. Agra bisa menyiapkan diri lebih baik lagi. *** Lelaki itu sama sekali tidak sadar dengan sosok yang kini nampak berjongkok sembunyi dibalik sofa. Menutup bibir dalam keadaan menggunakan dress kamar mandi saja, tanpa pakaian dalam! Berulang kali dia merutuk dan berdoa agar Agra segera pergi dari ruang tamu. Tapi hampir dua puluh menit berjongkok kaki Ara mulai kram. Agra malah semakin bersantai di sana. ‘Kenapa dia tidak bangun-bangun juga?!’ batin Ara mulai kesal. ‘Kalau memang lelah ya sana ke kamar, tidur! Jangan di sini!’ rutuknya lagi. Meskipun Agra kini berada tepat di depannya. Jarak mereka hanya terbatas oleh sofa saja. Memberanikan diri untuk menengok, siapa tahu lelaki itu tengah tidur jadi Ara bisa diam-diam menyusup keluar. Bergegas menarik pelan koper kecil di dekatnya. Hati-hati membuka isi koper tersebut, mengambil satu set pakaian dalam. ‘Oke, pakaian dalam sudah ada!’ Tersenyum polos, kali ini dengan satu tarikan napas panjang. Ara menyembulkan setengah wajahnya dari balik sofa. Melihat keadaan sejenak, Agra tengah memunggunginya sekarang. Setengah berjongkok, menyipitkan kedua manik. ‘Dia tidur?’ Agra nampak menutup matanya, dengan satu napas yang tenang, tidak ada tanda-tanda lelaki itu bergerak. Sementara itu di luar ruang tamu, aroma masakan mulai tercium. Membuat perut Ara lapar. Kekasih Agra aka Merry pasti sedang memasak. Jangan sampai suara perutnya berbunyi, dia harus cepat-cepat keluar dari sini. Oke aman! Menggangguk kecil, Ara membulatkan tekad. Pelan-pelan dia bangkit, setengah menunduk. ‘Hanya perlu beberapa langkah saja!’ Pokoknya dia tidak mau Agra melihatnya dalam kondisi memalukan seperti ini! Berhati-hati melangkah, keluar dari area persembunyiannya tadi. Letak kamarnya ada di sebelah kamar Agra jadi tidak masalah. Berjalan semakin cepat, Senyuman gadis itu nyaris mengembang saat dia hampir sampai. Beberapa langkah lagi, sampai salah satu kakinya tak sengaja menginjak keset kaki khusus di depan kamar Agra. ‘s**t!’ Oleng beberapa detik, tanpa sadar tangannya memegang kenop pintu kamar Agra. Nyaris jatuh dan memukul pintu tersebut cukup keras. Suara kencang yang mengagetkan dua orang lain di Apart tersebut. ‘Ahk! Ara bodoh!’ Keringat dingin Ara mengucur, tanpa basa-basi dia membuka pintu kamar itu cepat. Masuk ke dalam sana mengindahkan semua larangan yang diberitahu Samuel dan Samantha tadi. Persetan dengan semua itu! Dia tidak mau siapapun melihatnya dalam kondisi memalukan seperti ini! *** Suara gebrakan cukup keras mengagetkan Agra seketika. Kedua mata yang tadinya sudah tertutup rapat langsung terbuka kembali. Mengernyit sekilas, ‘Suara apa itu?’ Merenggangkan tubuh sesaat. Ia lantas berdiri, hampir saja Agra tertidur di sofa. Melangkah menuju area dapur. Menghampiri Merry yang masih sibuk memasak. “Kau ada menjatuhkan sesuatu tadi?” tanya lelaki itu singkat. Merry menggeleng tak tahu, “Kukira kau jatuh pingsan,” celetu sang Fernand, masih terfokus dengan masakannya. “Sana mandi dulu, aku sudah hampir selesai. Lalu ajak Ara untuk makan malam bersama kita,” pinta Merry segera. “Pasti dia sudah tidur.” desah Agra. “Tsk, ajak saja, Ren. Dia pasti lapar belum makan malam ini,” Tidak ingin menyanggah lagi, Agra hanya menggaruk kepala sejenak. Memilih untuk mandi terlebih dulu karena memang dia butuh penyegaran hari ini. “Hm?” Melihat keset kaki di depan ruangannya kini terlempar cukup jauh dari yang semestinya, Agra mengernyit bingung. Mungkin hanya perasaannya saja, membuka pintu kamarnya. Mandi air dingin mungkin ide yang bagus. *** Jantung gadis itu nyaris copot saat dia mendengar suara pintu kamar Agra terbuka. Sial, pasti laki-laki itu bangun karena dengar suara keras tadi! Tanpa pikir panjang Ara langsung mencari tempat yang bagus untuk bersembunyi. Tentu saja setelah dia berhasil menggunakan pakaian dalam, masih dalam balutan dress handuknya. Ara membuka lemari pakaian Agra. Tak peduli dengan aroma parfum khas lelaki itu yang menguar. Pakaian mewah bergantungan, Ara langsung masuk ke dalam. Menutup lemari secepat mungkin. Beruntung ada sedikit celah dari pintu lemari, jadi dia bisa mengamati situasi. ‘Tuhan, jangan sampai Kakak mengambil baju di lemari ini.’ Mengingat dia bersembunyi di area kemeja gantung. Melihat dari dalam sana, sosok Agra masuk ke dalam ruangan. Lelaki itu tanpa basa-basi membuka kemejanya, melempar ke sebuah kotak khusus pakaian bekas pakai. d**a bidang dan perut kotak-kotak terbentuk sempurna. Rambut acak-acakan yang mampu membuat semua wanita berteriak kegirangan. Ara memang tidak pernah membantah kalau Agra memang tampan—sangat tampan. Ya, teman-temannya saja sampai mengidolakan laki-laki itu sampai sekarang. Apalagi ditambah sekarang lelaki itu semakin berkembang, kalau kedua sahabatnya sampai melihat perubahan Agra. Mereka pasti pingsan. Dulu tubuh Agra memang tergolong masih kurus namun cukup berotot, tipikal laki-laki boyband korea-lah. Nah sekarang, ‘Kenapa malah melantur ke sana!’ Ara menampar pipinya kuat. Dia nyaris ileran melihat tubuh sempurna lelaki itu. Memfokuskan diri, melihat kemana Agra pergi. Ara tebak dia pasti mau mandi. ‘Oke, pergilah ke kamar mandi, aku langsung keluar nanti!’ batin Ara lagi, menunggu moment itu. Tapi yang ada, ‘Lah?!’ Agra malah berjalan menuju lemari pakaian! Apa Tuhan sedang menjahilinya hari ini?! Seketika Ia berjongkok, menyembunyikan tubuh dibalik gantungan pakaian yang cukup banyak. Mengambil selimut besar di dalam sana dan menutup tubuhnya. Komat-kamit berharap Agra tidak sadar. Dalam hitungan detik, Ara mendengar suara lemari terbuka. Napasnya nyaris berhenti, ada perasaan lega karena Agra membuka pintu lemari sebelah. Masih dalam posisi sama, lelaki itu nampak mencari sesuatu. Dia hanya bisa menunggu, sampai suara lemari tertutup kembali diikuti langkah Agra yang perlahan menjauh. Ara bernapas lega, menjauhkan selimut tebal dari tubuhnya. Agra pasti sudah ke kamar mandi, tebak gadis itu yakin. Sekarang waktunya dia pergi dari sini! Salah satu tangannya mendorong pintu tanpa sadar, Berniat keluar dari sana, tanpa menyadari satu situasi yang cukup gawat. *** ‘Handphoneku,’ Dia baru saja berniat ke kamar mandi sampai sadar benda yang selalu Ia bawa kemana-mana tertinggal di dalam lemari tadi. Kebiasaan yang tidak hilang sejak dulu, Menaruh handphone di lemari jika sedang mencari pakaian. Berbalik kembali, tubuh tegap itu berdiri di depan lemari lagi, dia sama sekali tidak sadar. Tiba-tiba pintu lemari khusus kemeja gantung terbuka begitu saja. Belum sempat merespon, “Ahk!” Sesosok gadis nampak sedikit oleng keluar dari dalam sana. “Astaga, selimutnya melilit kaki-ku,” Diikuti bisikan tipis. Gadis itu sama sekali tidak melihat, karena fokus melepas kakinya. Nyaris oleng sebelum tubuhnya menabrak sesuatu yang cukup keras. ‘Lho,’ Ara mengerjap polos, tangannya bergerak pelan menyentuh sesuatu tersebut. Mencium aroma yang familiar menguar cukup keras, sesuatu keras namun sedikit empuk. Warna kulit tan dan figure cukup tinggi membuat sinar lampu kamar menghalangi pencahayaan. Keringat dingin Ara mengucur perlahan, ‘Demi Tuhan, jangan bilang,’ batin Ara ngeri. Tidak berani menengadah, Ia rasa sudah tahu siapa itu. “Arabella Casie,” Tubuh Ara menegang shock, suara baritone yang berat berbunyi memanggil nama lengkapnya. Sial! Perlahan menjauhkan tubuhnya, kedua manik Ara mengerjap polos, menengadah takut. Tidak tahu harus bereaksi apa selain memasang senyum kikuk. “A-ah, Ka-kakak sudah pulang?” Ekspresi dingin dan ketus Agra terpampang di sana. Tidak banyak bicara lelaki itu melihat kondisi tubuh Ara sekarang, gadis itu hanya dibalut baju handuk dengan rambut yang basah tergerai. “Agra, kau sudah mandi?” Pintu tiba-tiba kembali terbuka, Agra reflek menarik tubuh Ara masuk ke dalam lemari untuk kesekian kali. “Tsk!” Diiringi decihan kecil, menutup pintu tersebut. Sebelum Merry melihat mereka dalam keadaan ambigu seperti ini. “Ah, Kakak,” Ara bahkan belum sempat merespon. Tubuhnya ditarik paksa. *** “Aku baru ingat ada yang klien yang menghubungimu tadi,” Merry masuk ke dalam kamar Agra. Mengernyit bingung karena tidak melihat siapapun di sana. ‘Hm, dia sudah mandi rupanya,’ Menatap ke arah kamar mandi. Tanpa tahu dimana keberadaan lelaki itu sebenarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD