Part 8 ( Digrebeg Warga )

1508 Words
Tasya menunggu Erik di pinggir jalan. Dari jauh Erik sudah dapat mengenali Tasya yang sedang berdiri menantinya. “ Assalamualaikum.” Erik mengucap salam. “ Waalaikumsalam” Jawab Tasya. Gadis cantik itu lalu mencium tangan Erik. “ Apakabar sayang?" Erik sudah merindukannya. “ Alhamdulillah sehat. Masuk yuk. Dari jam 1 aku disini.”  Beritahu Tasya. " Aku nungguin dari tadi." Ucap Erik. “ Maaf ya aku ga langsung ke tempat kamu.” Ucap Tadya. Mereka berjalan ke pekarangan rumah. Erik menuntun motornya. “ ga apa-apa” " Kenalin Ma, ini Erik suami saya."Tasya memperkenalkan Erik. " Gantengnya. Indo ya. " Ma Isah tersenyum ramah menerima uluran tangan Erik. " Terimakasih ya Ma sudah menerima istri saya di sini." Ujar Erik. "Kebetulan tadi ketemu di jalan." Ucap Ma Isah. “ Ayo keluar...” Terdengar suara teriakan dari luar rumah Tok...tok...tok Erik yakin itu adalah pintu rumah yang sedang mereka diami saat ini. “ Ada apa ya tengah malam gini ribut-ribut.” Tasya yang baru beberapa menit terlelap langsung terjaga. “ Buruan pake baju, kita lihat.” Ucap Erik sambil memberikan pakaian tidur istrinya yang tercecer di lantai kamar. Usai berpakaian Keduanya memburu ruang depan. Pintu rumah sudah dalam keadaan terbuka lebar.  Tasya dan Erik tampak shock saat keluar rumah para warga yang jumlahnya belasan telah berdiri di depan rumah Ma Isah. Ma Isah juga sedang berdiri di teras tampak tertekan. “ Nah ini mereka pelakunya, kita harus bawa mereka ke Balai Desa.” Seru salah seorang warga kampung. Erik dan Tasya tercengang. Keduanya tidak paham dengan ucapan warga. “ Maaf bapak-bapak ada apa ya?” Erik heran. Dua orang Hansip malah langsung berjalan ke arah ia dan Tasya. “ Jangan banyak omong nanti saja di Balai Desa jelaskan semuanya.” Keduanya hendak menggiring Tasya dan Erik.  Tasya tidak mengerti duduk perkaranya. Mengapa mereka akan membawa ia dan suaminya ke balai desa. “ Ma ada apa sih?” Tasya menatap Mak Isah memohon penjelasan. “ Kalian sudah mencemari nama baik kampung kita.” Ucap salah seorang warga penuh emosi “ Apa?” Tasya menggelengkan kepalanya. Belum 24 jam ia berada di kampung itu. “ Kalian berbuat m***m di kampung kita.” Tuduh hansip yang berdiri dekat Tasya. “ Ayo cepat kalian ikut kami. Pak Sekdes sudah menunggu kalian.” Ujar pria bertubuh gendut yang merupakan ketua kampung.  Erik baru paham tentang aksi warga ini. Ia ingin menjelaskan sesuatu tapi percuma saja mereka sedang marah dan tidak mau mendengar apapun. Ia akan menuruti mereka untuk ikut ke balai desa. “ Baik saya ikut kalian tapi saya mau ke dalam dulu sebentar.” Ucap Erik. Ia tidak terpancing emosi. Hansip mengikuti langkah Erik karena ia takut kalau Erik kabur.  Di Balai Desa suasana tampak ramai. Para mahasiswa KKN rekan-rekan Erik sudah duduk tegang menunggu Erik. Erik dan Tasya duduk di tengah-tengah layaknya terdakwa. Di belakangnya duduk para warga sementara di hadapannya ada aparat desa. Dua Hansip berada di kanan kiri mereka. “ Kami mendengar laporan dari warga dekat Mak Isah ada mahasiswa KKN yang menginap di rumah Mak Isah dengan seorang gadis.” Pak Sekdes membuka pembicaraan. Semua pandangan mata yang hadir langsung tertuju ke arah Erik dan Tasya. “ Apa benar demikian?” Pak Sekdes mengintrogasi. “ Ngaku saja...kalian berzina. Dasar orang kota tidak tahu malu.” Teriak seorang pemuda kampung. “ Iya ngaku saja.” Ketua kampung pun mendesak Erik dan Tasya supaya mengakui perbuatan mereka. “ Usir saja mereka.” Pria berkumis memberi usulan. “ Betul...betul” Semua yang hadir setuju. Warga tampak riuh. Mereka tidak sabar ingin menghukum Tasya dan Erik. “ Sabar..sabar, tenang...tenang... bapak-bapak kita dengarkan dulu penjelasan mereka.”  Pak Sekdes menenangkan situasi. Ia tidak mau jika warga berbuat anarkis dan main hakim sendiri. “ Iya kita jangan main hakim sendiri, beri kesempatan mereka berbicara.” Pak Ustad kampung itu bicara bijak. “ Silahkan jika kalian mau bicara.” Pak Sekdes menatap Erik dan Tasya. Tidak sabar menunggu penjelasan keduanya. “ Sebelumnya saya minta maaf, Saya belum sempat memberi laporan akan kedatangan tamu. Saya perkenalkan gadis di samping saya ini istri saya yang sedang menjenguk saya di kampung ini.” Beritahu Erik dengan gayanya yang santai. Tasya mengangguk. Sebenarnya Tasya kesal dengan tuduhan warga. “ Istri?!!” Semua yang hadir tercengang. Mereka tidak percaya masa iya mahasiswa menikah. “ Jangan bohong pasti modus” Seru salah satu warga. Kebanyakan mereka yang tidak kenal anak-anak KKN, menyangka jika Tasya juga mahasiswi KKN di desa Waluya. “ Benar Pak Sekdes wanita itu Istrinya Erik.” Bayu memberikan kesaksian. “ Iya Pak, Neng Tasya datang dari kota sengaja menemui Cep Erik, Tadi siang saya bertemu di pangkalan ojeg. Mereka suami istri.” Giliran Mak Isah bersuara. “ Kenapa Ema ga bilang dari tadi dan buat laporan.” Pak RT dimana Ma Isah tinggal menatap wanita tua itu. “ Maaf Jang Atang, Ma teh tidak sempat.” Jawab Mak Isah dengan nada gugup. Lagipula belum 24 jam. “ Ini KTP kami.” Erik mengeluarkan KTP dirinya dan juga Tasya sebagai pembuktian kalau mereka pasangan suami istri sah. Alamat rumah mereka sama. Di sana juga tertera status mereka. “ Ini juga bukti surat nikah kita.” Erik juga memberikan fotocopy buku nikah mereka. “ kalau Bapak-bapak tidak percaya boleh Anda sekalaian menghubungi orangtua kami atau pihak kampus.” Tasya mulai berani bicara setelah bungkam cukup lama. Semua warga yang hadir pun tercengang mereka sudah salah menangkap orang. Pak RT, Ketua Kampung dan Pak Sekdes serta aparat keamanan lainnya pun merasa malu. Setelah mengecek identitas keduanya mereka yakin kalau keduanya pasangan suami istri. “ Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Maaf warga sudah bertindak gegabah.” Pak Sekdes menyesal. “ 5 Tahun yang lalu pernah terjadi kasus, Ada mahasiswa KKN yang menjalin hubungan dengan gadis desa sini sampai gadis itu hamil.” Ucap Pak Sekdes. “ Maka dari itu selama lima tahun ini baru kali ini pihak desa menerima kembali mahasiswa KKN, kami terlalu takut akan kejadian itu.” Pak Ustadz memberi penjelasan . Erik dan Tasya serta mahasiswa KKN yang hadir akhirnya paham dengan sikap warga yang demikian.  Masalah di desa itu pun sudah selesai. Para warga menyalami Erik dan Tasya serta Mak Isah pertanda minta maf. Erik dan Tasya kembali lagi ke rumah Mak Isah diantar hansip menggunakan motor. Ma Isah juga diantar pemuda sana.  Tasya dan Erik sudah berada kembali di dalam kamar. “ Sayang aku jadi ingat kejadian 3 tahun lalu waktu Om Diki nuduh kita.” Erik mengenang masa lalu mereka. “ Lucu dan konyol plus nyebelin.” Tasya mengerucutkan bibirnya. Tapi ia tidak pernah menyesal dinikahkan dengan sepupunya itu. Walau pada awalnya menolak. Erik pemuda yang baik dan bertanggung jawab. Ia juga sangat mencintai Tasya. “ Kita dipermalukan warga kampung, coba kalau ada wartawan pasti beritanya diliput di media. Mau ditaruh dimana muka kita.” Ujar Tasya sambil membenahi posisi tidurnya. “ Iya, coba kalau warga anarkis dan main hakim sendiri mungkin kita sudah dianiaya.” Erik bergidik ngeri. “ Tapi gak bener kan tuduhannya.” “ Ayo ah tidur lagi. Udah jam 2” Erik memeluk istrinya. Udara pedesaan cukup dingin. Erik senang akhirnya ia mendapatkan kehangatan dari istrinya setelah beberapa malam kedinginan karena udara desa yang dingin plus selimut tipis.  Pagi-pagi sekali Tasya dan Erik sudah pamit kepada mak isah. “ Ma, kami pamit dulu ya. Tapi nanti Tasya balik lagi ke sini karena pulangnya besok. Pastinya menginap di sini lagi kalau di posko kita kan kurang nyama. O iya ini ada uang hitung-hitung buat uang makan Tasya selama di sini dan juga uang sewa tempat.” Erik berkata sambil tersenyum tulus seraya menyerahkan amplop berisi lembaran uang seratus ribuan yang jumlahnya tidak kurang dari dua juta rupiah. “ Aduh Cep, ga usah Ma mah ridho. Simpan saja buat keperluan kalian.” Ma Isah menolak. “ Ga baik Ma nolak rezeki.” Tasya memaksa wanita itu. “ Skaligus sebagai permintamaafan kami juga karena semalam telah membuat geger kampung ini dan melibatkan ma.” Ucap Erik. “ Ema terima ya, semoga rezeki kalian bertambah dan kuliahnya cepat selesai.” Wanita itu pun akhirnya menerima uang pemberian Erik.  Tasya dan Erik menuju basecamp mereka di rumah Pak Sekdes. Mereka menggunakan motor.  “ Kok ga bilang-bilang sih Rik kalau kamu udah nikah.” Ujar Ina, anak Peternakan yang dari awal naksir berat Erik. “ Emang harus ya bikin pengumuman statusnya Erik.” Bayu yang sudah tahu banyak tentang Erik sewot. “ Keren banget ih nikah muda.” Ucap Adelia. “ Udah ah kalian jangan ngerumpi aja. Hari ini kita ke balai Desa terus kerja bakti.” Joni mengingatkan teman-temannya. “ Konsumsi jangan lupa.” Ucap Erik. “ Siap, roti dan kue serta air mineral udah dipak tinggal diangkut.” Ucap Desi salah satu anak KKN perempuan.  “ Sini bagi rotinya, aku belum sarapan.” Ujar Erik. “ Gara-gara semalam kita jadi kesiangan.” Vito mendumel. “ Warga sini mah orangnya curigaan. Lo juga sih ga bilang-bilang mau diapelin bini." Joni meninju bahu Erik pelan. " Yuk ah, kita siap-siap." Ucap Bayu. Kedua belas mahasiswa plus Tasya pun langsung terjum ke jalanan bersama warga. Mencabuti rumput dan sampah disekitarnya. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD