Part 16 (di Kampus Erik)

1464 Words
Tasya bernafas lega akhirnya masalah Qori sudah selesai. Walaupun belum terungkap siapa ayah bayinya. Qori sudah dibawa orang tuanya. Begitupun dengan Erik yang hampir dibuat gila oleh gadis itu, kini ia bisa menjalani hidupnya dengan tenang. Tasya datang ke Bogor tanpa Ehsan, ia diantar Pak Ading yang langsung kembali lagi ke Jakarta. " Maafin aku ya, kemarin aku udah marah-marah ga jelas." Tasya menyesal berkata kasar dan ngamuk di telpon kepada Erik. Ia terhasut oleh pesan WA Qori. " Harusnya aku yang minta maaf, aku emang udah berlebihan nolongin Qori, Qori jadi baper." Tutur Erik penuh penyesalan. Ia sudah membuat istrinya cemburu. Untung Tasya bukan tipe wanita yang suka ngelabrak sembarangan. Keduanya selepas makan malam langsung berada di ruang tengah. Sementara Bagas seperti biasa menghilang begitu saja.Pamit menginap di rumah temannya. Rian sedang ke Cianjur menjemput sapi-sapi pesanan Erik, kemungkinan pulang tengah malam. " Kok Ehsan ga dibawa. Aku kangen banget." Ujar Erik. Biasanya Ehsan selalu dibawa. " Sengaja aku tinggalin. Kalau bukan karena Qori aku ga akan ke sini, akhir-akhir ini Ehsan deket sama Papa, malah sering ikut ke kantor." Jawab Tasya. " Hah?" Erik tak percaya. " Iya, apalagi Om Diki juga bawa Vidi dan pengasuhnya. Tante Vina kan kuliah. Jadi Ehsan main sama om kecilnya." Jelas Tasya. Erik menggelengkan kepalanya. Geli juga membayangkan kedua omnya itu sampai bawa balita ke kantor. Mereka emang papable. " Kantor Papa tuh jadi punya ruangan khusus buat anak. Ada playground segala." Tasya menceritakan situasi kantor ayahnya. " Berisik dong." Erik sudah bisa membayangkan bagaimana keributan yang dibuat Ehsan. " Pake peredam suara." Ucap Tasya. " Bisa-bisa nanti ada Tempat Penitipan Anak ." Erik terbahak. " Papa emang lebay. Dulu aja waktu Dhifa kecil sering diajak ke kantor. Di ruangannya itu banyak banget mainan anak. Ruangan sekarang juga ga jauh beda." Beritahu Tasya. " Mama dan Papa ga tahu kan masalah Qori?" Erik bertanya. " Ga, kalau tahu Papa pasti ke sini aku sengaja ga bilang." Ucap Tasya. Setiap ada persoalan Tasya dan Erik berusaha tidak melibatkan orang tuanya, mereka berusaha bersikap dewasa. " Udah malam ke kamar yuk." Ajak Erik sambil meraih lengan istri cantiknya. Habis bertengkar bawaannya jadi kangen... " Besok agak siangan ya balik ke Jakartanya, aku ke kampus dulu sebentar ada kelas pagi." Ucap Erik. " Oke. Aku boleh ikut?" Tanya Tasya manja. " Boleh." Erik mengangguk. Tentu saja Erik mengizinkan. Tasya sering ke kampusnya namun hanya sampai parkiran. Keduanya kini berbaring di ranjang bersiap untuk tidur. Udara kota Bogor cukup dingin. Erik butuh kehangatan dari istrinya. " Jangan sayang, cuti dulu ya." Ucap Tasya ketika Erik mulai melancarkan aksinya yang tak terduga. " Apa??!!" Erik tampak kecewa. Pantas saja dari tadi Tasya kelihatan dingin ga seperti biasa suka menggodanya. Setelah pertengkaran dan ketegangan belakangan ini, Erik ingin ketenangan dengan melepas rindu bersama orang yang dicintainya. Namun keinginannya tidak terwujud. Harus tertunda. Pagi-pagi Tasya sudah bangun dan menyiapkan semua keperluan Erik. Terutama baju yang akan dikenakan Erik hari ini ke kampus. Duh, Tasya jadi membayangkan nanti jika Erik sudah kerja mungkin tiap hari hal ini akan  jadi kegiatan rutinnya. " Sayang kok kamu mandinya cepet amat sih. Bersih nggak sih." Tasya menatap Erik. Rasanya belym sepuluh menit suaminya berada di kamar mandi. " Ya bersih lah. Emangnya kamu setengah jam baru kelar." Erik terkekeh. " Ya udah aku tunggu di bawahh ya buat sarapan." Ucap Tasya seraya meninggalkan Erik yang hanya mengenakan handuk. " Ok." Jawabnya. Usai sarapan Erik dan Tasya bersiap pergi ke kampus Erik. " Bi, Pulang dari kampus kami langsung ke Jakarta ya." Pamit Erik kepada ARTnya. " Hati-hati yan Den, Non" Ucap wanita bertubuh subur itu. " Iya, bibi juga." Ucap Erik. Keduanya lalu berangkat menuju kampus Erik. Tiba di kampus semua mata langsung tertuju pada pasangan ini. Erik tergolong salah satu seleb kampus makanya saat ia menggandeng seorang gadis semua tampak tertegun, banyak gadis yang patah hati dan berbisik-bisik penuh rasa ingin tahu. Selama ini Erik terkenal dingin dan cuek sama gadis. Makanya jalan bareng Tasya menjadi pemandangan luar biasa. " Kak Eriikkk...siapa tuh?" Tanya salah seorang mahasiswi adik kelasnya.  Mungkin salah satu fansnya. " Ini, istri aku." Jawab Erik tanpa sungkan langsung memperkenalkan Tasya sebagai istrinya. " Pantesan kalau digodain tuh dingin dingin gimana, ternyata udah punya bidadari." Ucap salah seorang dari mereka. Para mahasiswa baru memang belum banyak yang tahu status Erik. Erik langsung pamit meninggalkan mereka. Tidak ingin terjebak dalam kehebohan para mahasiswa baru yang kecentilan mencari perhatian darinya. Tasya sendiri merasa geli lihat adik-adik kelas Erik yang norak. Ia jadi ingat teman-temannya. " Udah deh sayang jangan dengerin mereka." Erik segera membawa Tasya. Khawatir Tasya cemburu. " Kamu di kelas sampai jam berapa?" Tanya Tasya. " Cuma 2 SKS bentar kok ga nyampe 2 jam." Jawab Erik. " Aku nunggu di taman aja." Seru Tasya. " Ok. hati-hati ada yang godain. terus jangan ngeceng-ngeceng ya." Erik tersenyum. Keduanya berjalan menuju taman. Tasya duduk di bangku taman. " Ih sayang kamu cembuaruan amat." Tasya mencolek pipi Erik. " Ini kunci mobil. Ntar aku hubungi Rian biar dia temenin kamu." Ucap Erik. " Emang dia ga ada kelas?"Tanya Tasya. " Nanti siang." Ucap Erik. " Kalau ada apa-apa hubungi aku ya." Pesan Erik. Erik berjalan meninggalkan Tasya seorang diri. Setengah jam kemudian. " Ehm..." Terdengar suara deheman membuat Tasya memalingkan perhatian dari ponselnya. Sedari tadi Tasya asyik ber w*****d ria. " Rian, kirain siapa." Tasya tersenyum ke arah Rian. Akhirnya ia punya teman ngobrol. " Tumben ikut ke kampus." Ucap mahasiswa kedokteran hewan itu. " Bete di rumah sendirian, lagian habis ini kita langsung ke Jakarta." Jawab Tasya. " Oh...barusan Erik nelpon nyuruh temenin kamu, katanya kamu butuh bodyguard." Rian terkekeh. Menemani gadis cantik seperti Tasya merupakan sebuah kehormatan besar baginya. " Haus banget tadi lupa bawa minum. Anter ke kantin yuk." Tasya berkata sambil mengusap bagian lehernya. " Boleh" Rian sigap menanggapi keinginan Tasya. Keduanya berjalan menuju salah satu kantin. " Cie...cie...Rian udah punya gebetan. " Seorang mahasiswi menggoda Rian. " He..he..." Rian jadi geer sendiri. Ini kali pertama jalan berduaan dengan gadis cantik. Selama ini ga ada yang mahasiswi canti yang mau jalan bareng dia. Mereka ga tahu kalau gadis disampingnya itu istri orang alias nyonya majikannya. Keduanya kini sudah berada di kantin. " Mau minum apa?" Tanya Rian kepada Tasya. " Jus jambu aja, sama air mineral satu botol buat nanti." Jawab Tasya. " Ok. Tungguin disini. Aku pesanin." Ucap Rian sambil menarik sebuah kursi untuk Tasya. Kemudian ia memesan minuman. Suasana kantin masih sepi. " Ga salah lihat nih Rian bareng cewek cakep, biasanya tiap hari gandengannya domba atau sapi." Ucap salah satu anak peternakan yang baru saja tiba bersama kedua temannya. " Kayanya itu jelmaan sapi ya." Bisik salah satu yang berkumis tipis. " Eh jangan ngomong sembarangan." Rian tersinggung. Itu penghinaan untuk Tasya. " Kali aja ada bidadari dari kahyangan yang dikutuk jadi sapi terus dibebaskan kutukannya oleh si Rian. Kalau gadis biasa mana mau bareng nih cowok." Ucapnya lagi " Kebanyakan baca dongeng lo." Ucap Rian sambil menoyor jidat mahasiswa tadi " Boleh dong kenalan." Mereka bergabung di meja Rian dan Tasya. Tasya mulai tidak nyaman. Teman-teman Rian rese banget. " Sekarang dokter hewan kita udah ga jomblo lagi, ga lagi kencan sama sapi. betewe anak mana sih neng kayanya baru lihat." Ucap yang bertopi merah. " Jangan coba-coba godain dia." Rian melotot. " Cuman ngajak kenalan." Ucap yang berkumis tipis. " Eh ntar yang punyanya ngamuk. Ini bukan cewek gua. Ceweknya Erik." Akhirnya Rian memberitahu identitas Tasya. " Erik bule anak agronomi." Ucap si Topi merah. " Yup" Rian mengangguk. Tasya tersenyum. Mendengar nama Erik nyali mereka jadi ciut. " Pantesan cantik. Sorry ya gua ga tahu." Si kumis tipis minta maaf " Udah ya Tasya kita jalan-jalan dulu. Cape ngeladenin cowok-cowok somplak kaya gitu." Rian segera mengajak Tasya meninggalkan kantin. Keduanya segera menghabiskan minumannya. " Permisi." Tasya pamit kepada mereka. " Pantes aja cantik kirain cewek si Rian." Mahasiswa tadi masih bergunjing. Erik baru keluar dari kelasnya. Ia langsung ingat Tasya yang tadi dititipkan kepada Rian. Saat Erik akan melakukan panggilan tiba-tiba terdengar suara Tasya. " Sayang aku di sini." Tasya memanggil Erik. " Eh, mana si Rian kok sendirian." Erik segera memburu Tasya. " Barusan pamit katanya ada perlu." Jawab Tasya. " Dia ga macam-macam kan?" Tanya Erik. " Ga lah, dia ngajak jalan-jalan keliling  kampus sini. Dia jadi bodyguard yang baik kok" Ucap Tasya sambil tersenyum. Sebenarnya ada hal yang menggelikan saat dirinya disangka pacar Rian namun demi ketentraman dan keharmonisan Tasya tidak mau menceritakan kejadian tadi. " Udah jam setengah sepuluh yuk ah kita cabut." Erik menggandeng Tasya " Yuk.." " Cie...cie...jadi ini ya Nyonya Erik." Ucap salah seorang teman Erik. " Akhirnya ketemu juga" Seorang yang lain tersenyum jahil. " Kenalin nih istri gua." Erik memperkenalkan Tasya sebelum keduanya langsung pamit. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD