Part 13 ( Ancaman Pelakor )

1322 Words
Erik belum memberi tahu masalahnya yang hampir menabrak Qori. Ia menunggu Tasya yang akan datang ke Bogor hari Rabu ini supaya Tasya tidak kaget. Ia ingin menjelaskan langsung saat bertatap muka. Ketika sedang sibuk mengatur para mahasiswa baru tiba-tiba ada pesan dari Tasya. Semua tentang Tasya adalah nomor satu. My Wife Sayang maaf ya aku ga jadi ke Bogor. Mama sakit dan Papa masih di Medan. Aku ga bisa ninggalin Mama. Me Sakit apa? Ya udah ga apa-apa. My Wife Demam Me Ya udah ntar hari jum' at ke sininya. My Wife Ok. Kamu baik-baik ya. Jaga kesehatan jangan lupa makan. Erik Iya. Salam buat Mama semoga lekas sembuh. Erik menghela nafas. Ia jadi bingung bagaimana menjelaskan peristiwa minggu malam itu kepada Tasya. Tasya harus segera tahu. Erik tidak mau Tasya sampai salah paham. Erik ditemani Rian ke rumah sakit. Keduanya baru pulang dari kampus. Mereka sengaja pulang cepat padahal acara masih berlangsung. " Hari ini Bu Qori sudah bisa pulang." Ucap seorang perawat ketika Erik dan Rian besuk ke ruangan Qori. Erik membayar semua tagihan biaya administrasi dan perawatan Qori yang jumlahnya tidak sedikit. " Aku dan Rian akan mengantar kamu pulang" Ucap Erik yang ditemani Rian. " Aku sudah tidak ngontrak lagi. Malam itu aku mau pulang ke Bekasi ke rumah kerabatku. Aku bingung harus kemana." Ucap Qori dengan nada sedih. " Jadi kamu tidak punya tempat tinggal lagi?"  Tanya Rian. Qori mengangguk. " Kita antar kamu ke rumah orang tua kamu " Ucap Rian yang dulu naksir berat. Sayangnya perasaan cintanya sudah pudar tak berbekas apalagi tahu kondisi Qori saat ini. Pynya anak di luar nikah. " Jangan. Aku tidak mau pulang. Mereka pasti bakal ngusir aku." Ucap Qori. " Semua orang tua pasti memaafkan anaknya, asal ia mau bertobat dan berubah. Orang tua kamu pasti mau menerima kamu." Ucap Erik bijak. " Aku belum siap." Tutur Qori. Erik menarik nafas panjang. Ia tidak bisa memaksa. " Sementara ini kamu bisa tinggal dulu di rumahku, Besok Bagas sama Rian cariin kontrakan buat kamu." Ucap Erik. Tidak ada pilihan lain hanya itu satu-satunya jalan keluar. Sebelum Erik dan teman-temannya berhasil menemukan Rizal tersangka yang diduga menjadi ayah anaknya Qori. Pria itu harus bertanggung jawab. " Makasih banyak ya, Maaf aku merepotkan kamu. Aku ga kan melupakan kebaikan kamu." Qori semakin kagum pada sosok Erik. Erik sangat perhatian. Pemuda itu sangat baik. Seandainya semua pria di dunia ini seperti Erik semua wanita pasti bahagia. Qori akhirnya dibawa pulang ke rumah Erik menunggu sampai Bagas dan Rian mendapatlan kontrakan untuk Qori. Walaupun kondisi Qori tampak sehat, Erik yakin belum 100 persen pulih. Erik ingat pengalaman Tasya dulu. Butuh waktu sampai 3 minggu hingga benar-benar pulih bisa beraktifitas dann berjalan normal. Waktu itu Tasya dikelilingi oleh keluarga tercintanya.Sementara Qori hanya sebatangkara. Tak ada yang memberi dukungan pasca persalinan. Pukul 10 pagi Tasya, Ehsan dan juga sopirnya Adit telah tiba di halaman rumah. Lala pengasuhnya tidak ikut karena sedang cuti mudik. Erik akhirnya memberi tahu perihal Qori kepada Tasya tadi malam melalui telepon sekaligus mengabarkan kehadiran Qori. Makanya Tasya segera meluncur ke tempat kediaman Erik. Ada perasaan tidak menentu pada diri Tasya. Erik memang sudah menjelaskan semuanya namun Tasya penasaran dengan sosok gadis yang katanya hampir jadi korban Erik. Tasya percaya Erik hanya ingin menolong gadis malang itu. Walaupun ada sedikit keraguan. Sebenarnya Tasya tidak terima Erik menampung Qori walaupun sementara. Ia wanita biasa yang juga punya rasa cemburu. Di teras rumah tampak Qori sedang duduk santai seorang diri. Ia mulai berpakaian rapi dan berdandan cantik. " Assalamualaikum" Tasya mengucap salam " Waalaikum salam." Jawab Qori. Ia langsung berdiri memastikan siapa yang datang. Erik memang tidak mengabari Qori. " Aya...h" Ehsan berlari hendak mencari ayahnya. " Ayah ga ada sayang, lagi di kampus." Ucap Tasya. " Mas Adit tolong bawa semua barang ke belakang ya. Tas ini taruh di ruang tengah aja. Itu bawa ke dapur." Perintah Tasya kepada Adit. " Siap mbak." Adit sigap mengangkut semuanya diikuti Ehsan yang suka lari kesana kemari. " Kamu pasti Qori kan?" Tanya Tasya saat keduanya berhadapan. " Iya, kamu Tasya kan." Qori tersenyum ramah. Keduanya berjabat tangan. Suasana sedikit canggung. " Iya." Tasya mengangguk. Qori memperhatikan penampilan Tasya dari atas sampai bawah. Tentu saja perasaannya tampak kagum sekaligus iri. Qori tahu barang dan perhiasan yang dikenakan Tasya semuanya bermerek dan harganya pasti mahal. " Ayo silahkan masuk." Qori mempersilahkan Tasya. Tasya sedikit mengerutkan keningnya. Tentu saja tanpa disuruh pun ia pasti masuk. Ini kan rumahnya. Qori tidak perlu repot-repot berbasa basi. Tasya duduk di Sofa ruang tamu tidak segera ke belakang karena ia ingin berbincang dulu dengan Qori. Ia langsung melirik ke arah kamar tamu. " Erik udah cerita semuanya, o iya mana bayi kamu?" Tanya Tasya penasaran. " Lagi tidur." Jawab Qori. " Oh...Aku ingin melihatnya." Seru Tasya. " Non Tasya....apa kabar?" Dari dalam muncul Bi Ai ARTnya. " Alhamdulillah Bi." Jawab Tasya ramah. " Tolong siapin makan siang ya Bi."  Lagi-lagi Qori berucap seenaknya. Tasya jadi heran. Qori kan tamu di rumah ini kenapa gaya-gayanya seperti nyonya rumah. Tasya mulai tidak suka dengan sosok gadis dihadapannya. Tasya dan Qori beranjak menuju kamar dimana bayi Qori tertidur pulas. Semua peralatan dan perlengkapan bayi Erik yang membelikannya walaupun tidak langsung karena Bagas yang memesannya online. Erik yang membayarnya. Tasya mengamati bayi itu. Tidak mirip Erik. Syukurlah. Padahal ia sudah berpikir yang bukan-bukan. Efek keseringan baca cerita n****+. " Siapa namanya?" Tanya Tasya? " Belun diberi nama." Jawab Qori. " Kalau sudah 7 hari segera beri nama." Ucap Tasya. Tasya tidak banyak mengobrol dengan Qori karena ia segera ke dapur untuk menyiapkan makan siang.  " Non Qori itu tamu tapi lagaknya kurang menyenangka" Bi Ai membuka gosip di siang hari saat ia da Tasya memanaskan masakan bawaan Tasya. " Teteh sampai kaget pas Den Erik bawa tuh perempuan ke sini" Ucap Tuti. " Masa sih." Tasya melirik ke arah dua wanita beda usia itu. " Untung Den Bagas sama Den Rian cerita banyak tentang gadis itu. Bibi udah mikir yang bukan-bukan." Seru Bi Ai. " Non Tasya buruan bilang ke Den Erik supaya nyuruh tuh gadis pergi." Tuti berkata dengan nada tidak sukanya. Kedua wanita itu sangat mencemaskan kehadiran Qori yag dinilainya ada niat jahat. " Besok atau lusa juga bakalan pergi kok Bi." Ucap Tasya dengan nada santai. " Hai sayang maaf ya aku pulang telat." Erik menyatakan permohonan maafnya dengan nada penuh penyesalan. " Ga apa apa." Ucap Tasya. " Ehsan...sini sayang ayah kangen banget." Erik segera meraih Ehsan. " Bagas sama Rian kemana?" Tasya menanyakan kedua sahabat Erik. " Biasa nginep di kosan temannya." Jawab Erik. " Gara-gara ada aku ya." Tasya tersenyum. Mereka selalu menghindar jika ada Tasya, alasannya sih takut baper lihat kemesraan pasangan ini. " Dia lagi dapat tugas. Nyari kontrakan buat Qori. Plus menyelidiki ayah bayinya Qori." Ucap Erik sambil meraih sepotong cake. " Laper ya?" Tasya tertawa kecil melihat cara makan Erik. " Iya." Erik mengangguk. " Mandi dulu sana, aku siapin dulu makan malam." Perintah Tasya. " Ya udah aku mandi dulu." Erik beranjak menuju ke lantai atas, sementara Ehsan yang masih ingin bersama ayahnya berada di punggung Erik. " Tunggu di kamar ya, Ayah mandi., Ehsan main game." Ucapnya. Diam- diam Qori mengintip dan mendengarkan percakapan antara suami istri itu. Hatinya merasa iri. Mereka pasangan yang bahagia. Qori jadi berkhayal seandainya ia yang berada di posisi Tasya saat ini mungkin dirinya yang merasa bahagia. Ia menatap anaknya. Seandainya Erik adalah ayah dari anaknya mungkin akan diperlakukan seperti Ehsan. Seandainya...seandainya.... Bisikan jahat mulai meracuni jiwanya. Pukul 6 pagi Erik sudah bersiap pergi ke kampus. Hari ini merupakan hari terakhir ospek. " Maaf ya aku harus ke kampus lagi." Ucap Erik " Sampai ketemu nanti sore ya sayang." Seru Erik lagi. " Ntar aku jemput kamu ya sekalian jalan-jalan sama Ehsan." Ucap Tasya. " Aku tunggu." Erik setuju. Cup Erik mencium pipi kanan dan kiri Tasya. Lagi-lagi Qori menyaksikan adegan romantis Tasya dan Erik di balik jendela kamarnya. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD