Part 10 ( Erik VS Haris)

1586 Words
Tasya dan kelompoknyaa sudah berada di sebuah desa. Jika dibandingkan dengan tempat KKN Erik, lebih maju Desa ini. Sinyal di sini pun lebih kuat, sehingga Tasya lebih mudah berkomunikasi dengan keluarganya. " Alhamdulillah sampai juga." Seru Dini. Salah satu teman sekelompok Tasya. Dia mahasiswi jurusa psikolog. Usai menerima penyambutan dari pihak desa mereka langsung ditempatkan di rumah warga. Rumah yang cukup luas. Pemiliknya seorang janda tua baik hati, ibu kandung Bu Kades. " Cewek-cewek kamarnya di atas, kita di bawah." Ucap Anton yang langsung disetujui semua anggota. Semua langsung membongkar barang bawaan masing-masing di kamarnya. " Aku ga nyangka kalau kamu udah nikah." Ucap Santi mahasiswi berambut ikal sambil menata barang bawaannya. " Emang kenapa?" Tanya Tasya. " Keren banget nikah muda." Ucap Dini kagum. " Yang lain banyak juga kok yang nikah muda." Tasya tersenyum. " Pas awal ketemu kamu, aku kaya ga asing sama kamu ternyata kamu anaknya chef Dany Hadiwijaya. Aku sama Mama paling suka acaranya. Aku follow IG nya juga lho." Tutur Ria mahasiswi bekacamata. Ia tampak terkagum-kagum. Lalu gadis itu memperlihatkan akun IG nya. Tasya dan yang lainnya hanya tersenyum.  Dua minggu sudah Tasya berada di Desa Cijeruk. Berbagai program yang dicanangkan berhasil dilakukan, selalu ada kegiatan setiap harinya. Tasya menikmati kegiatan ini. Berbaur dengan warga dan anak-anak di sekolah. Mereka semuanya menerima kehadiran mahasiswa KKN dengan baik. Satu hal yang membuatnya tidak nyaman hanya satu orang yaitu Haris. Pemuda itu selalu ingin dekat-dekat dengannya. Padahal Tasya sudah menjaga jarak. Ia juga tahu status dirinya Soal makanan, stok selalu terjaga apalagi ada Tasya yang setiap hari masak ini itu dan bikin olahan apa saja. Semua bahan pemberian warga ia oleh menjadi kudapan yang lezat, Sebagai anak Mama Heni ia mewarisi semua bakat memasaknya. " Masak apa nih?" Tanya Haris mendekati teman-teman perempuannya. Mereka sedang berada di dapur menyiapkan makan malam. " Bikin opor ayam. Nih mau bantuin!" Tasya menyodorkan ulekan yang sudah diisi bumbu-bumbu. " Boleh...boleh..." Haris menerimanya dengan senang hati. Padahal sebelumnya mana pernah bergelut dengan benda tersebut. " Giliran Tasya yang nyuruh baru mau. Tumben banget biasanya juga jam segini jalan-jalan tebar pesona keliling kampung cari perhatian gadis desa. " Ucap Dini sinis. Sejak awal Dini tidak suka dengan Haris. Sebagai mahasiswa jurusan psikolog dia sudah bisa membaca kepribadian Haris. " He...he...malu lah tadi ketiduran jadi ga ke masjid." Ucap Haris memberi alasan. Haris boleh dibilang anak orang kaya, ibunya dosen dan ayahnya dokter. Ia sosok yag lumayan menyebalkan. Bahkan Anton sang ketua kelompok sudah malas mengurusinya. Sering membantah dan malas-malasan. Hari ini, di basecamp cuma ada 4 orang. Tasya, Dini, Santi dan Haris. Enam orag lainnya sedang ada di rumah warga. Hari sabtu ini Erik sengaja ingin memberikan kejutan kepada Tasya. Ia berkunjung ke tempat KKN Tasya tanpa mengabarinya. Harusnya minggu kemarin ia menemui Tasya. Namun Tasya melarang katanya Tasya sedang halangan jadi ia tidak ingin membuat Erik kecewa. Erik memarkir motornya tepat di sebuah warung. Ia merasa haus setelah menempuh perjalanan selama 3 jam lebih. Waktu menunjukkan pukul sebelas. Sebuah pemandangan yang tak disangka-sangka terlihat dengan jelas. Saat sang istri duduk berhadapan dengan seorang pemuda berkacamata. Mereka asyik menikmati es kelapa muda sambil tertawa riang. Mereka tidak sadar jika ada yang sedang mengawasi. Berniat memberikan kejutan, malah dirinya yang terkejut. Erik segera meninggalkan tempat itu. Ia tidak jadi memesan es kelapa mudanya. Hatinya  jadi panas. Perasaannya gelisah. Pemuda itu langsung menuju balai desa segera mencari alamat tempat dimana para mahasiswa KKN tinggal. Bukanlah hal yang sulit menemukan basecamp mereka. Di sana kebetulan Ada Anton dan Cindy yang langsung mengantar Erik ke basecamp mereka. " Assalamualaikum." Erik mengucap salam. " Waalaikumsalam." Jawab Ria. " Perkenalkan nama saya Erik. Saya mau ketemu Tasya." Erik langsung memperkenalkan diri. " Tasya sama Haris kayanya masih di sekolah deh." Beritahu Ria. " Mas ini suaminya Tasya kan." Dini memastikan. Dini tahu karena Tasya sering memamerkan foto Erik. " Iya." Jawab Erik ramah. " Silahkan duduk dulu mas. Tunggu aja bentar lagi datang." Ujar Santi lagi. Suami Tasya ganteng banget. Batin Ria. Erik dan teman-teman Tasya mengobrol kesana kemari bahkan mereka juga melaporkan tentang Haris. " Tuh mereka datang." Santi menunjuk ke arah Tasya dan Haris. Dari jauh Tasya sudah mengenali Erik. Betapa bahagianya perasaan Tasya melihat siapa yang datang. " Sayang kamu udah lama? kok ga ngasih kabar?" Tasya langsung memburu suaminya menyalaminya. " Udah satu jam." Jawab Erik dengan nada datar. Ia tersenyum paksa. Tasya bisa membaca jika suaminya sedang kesal. Mungkin lelah atau terlalu lama menunggu. Kedua teman Tasya masuk ke dalam tidak ingin mengganggu momen suami istri itu. Sementara Haris tidak tahu malu masih berdiri memainkan gadgetnya. Seolah hendak menguping. " Maaf ya. Kamu nunggu lama." Ucap Tasya. Sebenarnya mau menunggu selama apapun Erik tidak masalah. " Ga apa-apa kok." Ucap Erik sambil mengalihkan pandangan ke arah Haris yang sok asyik dengan mainannya. " Haris, kenalin ini suami aku." Tasya memanggil Haris, ingin memamerkan sosok suami tampannya yang jauh di atas Haris. Bahkan di depan Haris Tasya bergelayut manja memegang tangan kiri Erik. Menunjukkan statusnya sebagai Istri sah Erik sekaligus memberi sinyal bahwa cintanya hanya buat Erik. " Hai, aku Haris." Haris mengulurkan tangannya. Sok kegantengan. Sambil memandang Erik dari ujung kaki sampai ujung rambut. Memperhatikan pakaian yang dikenakan Erik bermerek atau tidak. Haris merasa tidak nyaman juga melihat sikap Tasya. Erik pun menerima tangan Haris sambil menatapnya tajam. Hatinya dongkol ingin segera melayangkan tinju atau sekedar tamparan keras di pipi pemuda itu, namun Erik masih bisa mengontrol diri. Ia baru datang dan tidak ingin membuat keributan. " Masuk yuk...kamu pasti cape aku bikinin minum." Tasya menuntun Erik masuk ke dalam sekaligus memperkenalkannya kepada Bu Aminah sang pemilik rumah. " Udah minum. Aku laper." Ucap Erik. " Yuk kita makan siang bareng, tenang aja tadi pagi aku udah masak. Terus kiriman dari Mama minggu lalu juga masih banyak." Ucap Tasya. Erik tidak sabar ingin segera menikmati masakan buatan Tasya, 3 minggu ini ia kehilangan selera makan. Sore harinya Erik mengajak Haris berjalan-jalan. Mereka sudah berkenalan. " Ngapain lo deketin istri gua?" Tanya Erik sengit ketika mereka berada di tempat sepi. Lebih tepatnya di pinggiran kebun kopi. Jaraknya cukup jauh dari pemukiman warga. Erik sengaja membawanya ke tempat itu. " Siapa yang deketin, kita kan satu tim wajar lah kalau deket." Ucap Haris santai. Berusaha menyembunyikan perasaannya. Sejujurnya sejak pertama bertemu Tasya ia memang tertarik pada gadis itu. Sayangnya sudah punya anak dan suami. Meskipun demikian ia tetap suka sama Tasya apalagi setelah kenal jauh dengan gadis cantik itu. Ia sudah terlanjur jatuh hati. " O ya, kayanya lo suka sama istri gua." Erik langsung memberikan tuduhannya. Bukan tanpa alasan. Erik mendengar sendiri laporan dari teman-teman Tasya tadi tentang prilaku Haris. Ia pun melihat dengan mata kepa sendiri saat di warung es kelapa muda tadi siang. Haris selalu berusaha mencari perhatian Tasya. " Iya, gua suka sama Tasya." Haris jujur. Omongannya tidak terkendali. " Apa??! Dasar gila." Erik melotot mendengar jawaban Haris. " Bebas lah mau jatuh cinta sama siapapun. Itu urusan perasaan gua" Ucapnya enteng. " Lo b******k ya." Erik terpancing emosinya. " Siapapun pasti bakalan jatuh cinta sama cewek lo yang cantik itu." Ucapnya. Erik tersinggung dengan ucapa Haris berani benar ia memuji istrinya. Tidak tahu malu. Satu tonjokan tiba-tiba melayang begitu saja mengenai rahang Haris hingga membuat sudut bibir calon dokter itu berdarah. " Aw...." Haris berteriak kaget. Ia tidak menyangka Erik melakukan serangan mendadak. " Hadiah buat lo." Bentak Erik. Haris tidak terima dikasari seperti itu. Ia berusaha untuk melakukan perlawanan. Ia berusaha menerjang Erik dengan balas meninju namun terlalu lemah hingga Erik berhasil mengelak. Erik bersiap lagi untuk menyerang pemuda itu. Satu pukulannya mengenai wajah Haris membuat kacamata si calon dokter itu pecah. " Stop....stop...kalian jangan berkelahi, kalau ada warga yang tahu bisa rame." Dari jauh terdengar suara Anton yang membonceng Cindy. " Dia yang mulai nyerang duluan." Tunjuk Haris ke arah Erik penuh amarah. " Salah sendiri lo udah gangguin istri orang." Erik membela diri. bugh... bugh... Pukulan beruntun mengenai perut Haris. Haris pun berhasil menendang Erik. " Stop gua bilang!!" Anton melerai. " Lo ga usah ikut campur, gua ga terima sama penghinaan ini." Meski sudah terluka Haris tetap tidak mau menyerah.  Agi membonceng Tasya dengan motor bebek yang dipinjamnya dari warga tergesa menuju TKP. Ia baru menerima pesan dari Cindy yang menemani Anton kalau Haris dan Erik berkelahi. Dari tadi Tasya mencemaskan Erik. Makanya ia meminta tolong Anton dan Cindy mencari keduanya. Betapa terkejutnya Tasya melihat keadaan Erik dan Haris, keduanya terluka. " Sayang apa yang terjadi?" Tasya memburu Erik. Sementara Haris dipegangi oleh Anton. " Kita pulang yuk." Tasya mengajak Erik meninggalkan tempat itu. Hari mulai gelap. Erik pun menurut. Ia menyalakan motornya segera pergi. Keributan yang terjadi antara Erik dan Haris tidak tercium warga. Karena hari sudah sore dan mereka keburu dipisahkan. Haris dibawa Anton ke klinik dekat kantor kecamatan untuk mendapat perawatan. Sebagian teman Tasya setuju dengan aksi Erik yang menghajar Haris. Pemuda playboy itu memang harus mendapat pelajaran. Sebetulnya bukan Tasya saja yang sering diganggunya, Santi dan Cindy pun sering digoda. Beberapa gadis penduduk setempat pun sering menjadi korban Haris. Sementara itu di basecamp, Tasya langsung merawat luka-luka memar Erik. " Kita balik ke Rumah." Ajak Erik. Ia butuh tempat yang nyaman. " Emang kamu kuat bawa motor?" Tasya khawatir. " Aku ga knapa-napa cuma lecet doang." Jawab Erik meyakinkan. " Ya udah sholat magrib dulu ya." Akhirnya Tasya setuju. Teman-teman Tasya setuju jika keduanya untuk sementara pergi dulu. Untung jarak tempat KKN Tasya dan rumah Erik di Bogor tidak terlalu jauh sehingga mereka bisa pulang segera. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD