Satu minggu berlalu. Turnamen basket telah di mulai. Rama dan timnya pun telah sampai di SMA Cipta. Dea turut memberi semangat pada Rama dan kawan-kawannya. Dia datang bersama dengan Rama.
"Aku mau temuin kamu sama seseorang." ujar Rama pada Dea.
"Siapa? Memangnya kamu punya kenalan di sini?" tanya Dea penasaran. Sesaat kemudian, berdirilah seorang gadis manis di samping Rama. Dia adalah Airin. Dea tersenyum tipis melihat gadis yang pernah ia temui beberapa waktu lalu itu.
"Hay Dea, kamu ingat aku nggak?" tanya Airin ramah. Dea tersenyum lebar.
"Airin kan?" tanya Dea. Airin mengangguk.
"Aku sekolah di sini. Jadi kita bisa terus bertemu sampai turnamen basketnya selesai." Airin. Kemudian keduanya duduk bersebelahan untuk melihat pertandingan basket yang akan segera di mulai.
Turnamen basket itu diadakan selama satu minggu. Di hari terakhir, diadakan final antara sekolah Rama dan SMA Cipta, sang juara bertahan. Airin yang tak lain adalah murid SMA Cipta pun turut meramaikan babak final itu. Namun, dukungannya kini bukan untuk sekolahnya, melainkan untuk sahabat barunya, Rama. Dia juga masih setia duduk di kubu pendukung Rama, bersebelahan dengan Dea.
Saat babak awal, tim Rama kalah dari tim SMA Cipta. Tim basket SMA Cipta memang tak di ragukan lagi kemampuannya. Mereka seakan tak punya lelah, terus memasukkan bola ke ring tim Rama. Hingga sepuluh menit terakhirpun tim Rama tak mampu mengejar poin. Rama melihat ke arah penonton. Dia melihat kedua sahabatnya yang terus memberikan semangat untuknya. Mereka tentu saja adalah Dea dan Airin. Rama tersenyum melihat kedua gadis cantik itu. Di sisa waktu pertandingan, Rama bermain semaksimal mungkin. Ia benar-benar bersungguh-sungguh hingga tepuk tangan penonton makin meriah melihat keberhasilan Rama memasukkan bola ke ring lawan. Hingga di akhir pertandingan, Rama berhasil menyamakan poin dengan tim lawan. Pertandingan ulang akan dilaksanakan tiga hari lagi untuk melihat, siapa yang pantas mendapat gelar juara.
Rama berlari kecil ke arah Dea dan Airin. Ia duduk di tengah-tengah kedua gadis cantik itu. Seperti biasa, Dea memberikan air mineral dan handuk untuk Rama.
"Kamu hebat, Ram! Belum pernah loh ada yang bisa menyamai poin SMA Cipta. Ini pertama kalinya." ujar Dea.
"Ini juga berkat dukungan dan doa kalian." jawab Rama membuat kedua gadis itu tersenyum.
Hari berganti. Jam pelajaran telah usai. Namun Dea tidak tau kemana perginya Rama sejak jam istirahat tadi. Handphonenya pun tidak aktif. Dea mencoba mencari Rama ke lapangan basket, namun tidak ada. Kemudian Dea berjalan menuju danau belakang sekolah tempatnya biasa bercanda dengan Rama. Namun, saat sampai di dekat ruang musik, telinganya menangkap suara nyanyian yang sangat indah. Dea menghentikan langkahnya. Sesaat kemudian ia berbelok mendekati ruang musik. Dea mencoba mengintip dari jendela. Dan dilihatnya Rama yang tengah bernyanyi dan bermain gitar disana. Rama terlihat sangat tampan saat bernyanyi. Apalagi, lagu yang ia bawakan sangatlah romantis, yaitu lagu berjudul "Cinta Luar Biasa" yang di populerkan Andmash Kamaleng. Dea sendiri baru sadar akan kepiawaian Rama dalam bermusik. Selama ini, baginya Rama hanya bermain musik asal-asalan karena kejailan yang selalu pria itu perlihatkan. Namun sekarang, pandangan Dea berubah. Ia sangat kagum mendengar nyanyian dan petikan gitar Rama.
Lama-kelamaan, Rama sadar akan kehadiran Dea yang sedang mengintipnya. Namun ia masih enggan memotong lagu yang ia nyanyikan. Ia terus bernyanyi hingga lagu itu selesai.
"Aku ganteng kan kalau lagi nyanyi?" tanya Rama menatap Dea yang masih terpukau karenanya. Dea yang terkejut, menjadi salah tingkah dan gugup hingga ia terjedot jendela.
"Aww..." ringisnya.
"Apaan sih?" kesal Dea. Rama tertawa melihat pipi Dea yang memerah menahan malu sekaligus kesal. Beberapa saat kemudian ia berjalan ke arah Dea dan menarik tangan gadis itu. Rama mendudukan Dea pada sebuah kursi kemudian ia kembali ke tempat duduknya sebelumnya. Kini, keduanya duduk saling berhadapan.
"Mau ngapain lagi?" tanya Dea.
"Mau nyanyi lah. Kamu suka kan lihat aku nyanyi? Dengerin ya!" Rama setengah menggoda. Pipi Dea kembali bersemu merah mendengar godaan Rama.
"Kok kamu jadi bisa nyanyi dan main gitar sih? Biasanya suara kamu aneh kalau nyanyi." ejek Dea.
"Karena biasanya aku nyanyi nggak pakai hati. Kalau tadi, aku nyanyinya pakai hati. Aku berencana nembak seseorang lewat lagu." ujar Rama. Belum sempat Dea bertanya lagi, Rama kembali memulai petikan gitarnya. Kali ini, ia menyanyikan lagu "Dia", yang dipopulerkan oleh Anji.
Di suatu hari tanpa sengaja kita bertemu
Aku yang pernah terluka kembali mengenal cinta
Hati ini kembali temukan senyum yang hilang
Semua itu karena dia
Oh Tuhan, kucinta dia
Kusayang dia, rindu dia, inginkan dia
Utuhkanlah rasa cinta di hatiku
Hanya padanya
Untuk dia
Syu du-du-du-du du-du-du
Jauh waktu berjalan kita lalui bersama
Betapa di setiap hari kujatuh cinta padanya
Dicintai oleh dia 'ku merasa sempurna
Semua itu karena dia
Oh Tuhan, kucinta dia
Kusayang dia, rindu dia, inginkan dia
Utuhkanlah rasa cinta di hatiku
Hanya padanya
Untuk dia
Oh Tuhan, kucinta dia
Kusayang dia, rindu dia, inginkan dia
Utuhkanlah rasa cinta di hatiku
Hanya padanya
Untuk dia
Hanya padanya
Untuk dia
Dea bertepuk tangan setelah Rama menyelesaikan lagunya. Kini ia benar-benar terpukau dengan bakat terpendam Rama itu.
"Keren kan?" tanya Rama penuh percaya diri.
"Banget. Aku nggak nyangka kamu bisa nyanyi sebagus itu, Ram." jawab Dea.
"Menurut kamu, bagus pas aku nyanyi Cinta Luar Biasa atau Dia? Maknanya lebih mendalam yang mana?”
“Hmmm... bingung sih, tapi dua-duanya bagus.” Dea.
“Kira-kira, Airin bakal suka yang mana ya?" Rama.
"Airin?" kaget Dea. Rama mengangguk. Sedetik kemudian ia tersenyum dan mengacak-acak rambut Dea.
"Yah Rama. Berantakan kan?" kesal gadis itu. Rama tertawa geli mendengar kekesalan sahabatnya itu.
"Aku suka sama Airin, De. Aku sudah beberapa hari ini mikirin arti perasaanku ini, dan sepertinya benar, aku cinta dia." ujar Rama. Dea terdiam. Kini ia menatap intens ke arah Rama.
"Kamu, jatuh cinta sama Airin Ram? Serius?" tanya Dea. Rama mengangguk tanpa ragu.
“Kenapa sih? Kok kayak kaget gitu? Kamu tau sendiri kan, sejak awal bertemu Airin memang aku udah merasa ada yang beda.” Rama.
"Menurut kamu, dia bakal terima aku nggak kalau aku nyanyiin salah satu lagu tadi buat nembak dia?" lanjut Rama.
"Ya nggak tau, aku kan bukan Airin." jawab Dea.
Entah mengapa, hati Dea terasa nyeri saat mendengar jika Rama mencintai Airin. Ia kecewa. Ia pikir, Rama menyanyi untuknya. Tapi ternyata ia salah. Ia hanyalah orang untuk uji coba kemampuan menyanyi Rama. Agar pria itu berhasil memenangkan hati Airin, gadis lain. Apakah artinya Dea menganggap Rama lebih dari sahabat? Apakah Dea mengharapkan lebih dari seorang Rama yang sudah bersahabat dengannya selama belasan taun?
Hari mulai gelap. Sudah lebih dari sepuluh kali Rama menelfon Dea, namun tak juga di angkat. Sejak sore tadi Rama berada di rumah Dea. Ia ingin mengajak sahabatnya itu bermain basket seperti biasanya. Tapi gadis itu tak ada. Di di hubungipun tak Rama. Ketika menjelang maghrib, Dea pulang. Rama segera mencegat jalan gadis itu.
"Kamu dari mana sih? Kenapa nggak angkat teleponku?" Rama.
"Habis jalan-jalan. Aku lupa nggak bawa handphone." Dea. Rama mengangguk mengerti.
"Ngapain kamu di sini?" tanya Dea.
"Kemarin katanya mau main basket?" Rama.
"Tapi sebentar lagi malam. Besok saja ya? Aku pulang saja." lanjut Rama. Dea mengguk. Beberapa saat kemudian, Rama pulang.
"Maafkan aku Ram, tapi sepertinya ada yang aneh di hatiku saat kamu bilang kamu cinta Airin. Sayangnya aku nggak bisa cerita sama kamu sekarang." lirih Dea setelah kepergian Rama.
***