Gerimis kecil masih berlangsung di malam yang pekat itu, seolah mengerti bagaimana perasaan seorang gadis yang berdiri dengan pandangan kosong di balkon kamarnya, ia tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, kenapa seolah-olah semua fakta yang terjadi selalu mencekiknya hingga ia merasa ingin mati.
“Eve, sahabat sekaligus calon suamimu telah datang.” Ujar Anne, ibu gadis itu, membuat Eve tersenyum kecut. Sahabat sekaligus calon suami? Lucu sekali hidupnya.
Ia menekan dadanya, berusaha menghilangkan sesak di hatinya. Ia bahagia, sangat bahagia bisa menikah dengan sahabatnya, namun kebahagiaan itu datang disertai rasa sakit, jika ia tahu calon suaminya itu juga mencintai sahabatnya yang lain sejak lama. Bahkan kenyataan itu seolah menghantamnya berkali-kali saat tatapan hangat yang selalu pria itu berikan untuk Eve, berubah menjadi tatapan yang tajam dan mengintimidasi, bahkan orang bodoh pun tau jika pria itu tidak setuju dan sangat menentang pernikahan itu.
“Ayo kita batalkan pernikahan konyol ini Eve, aku tidak bisa seperti ini, kau tahu’kan aku mencintai Allisya, kita sudah menjalin hubungan sejak tiga tahun yang lalu, kau juga akan menyakiti hati Allisya jika melanjutkan pernikahan ini.”
“Aku. Aku tidak akan membatalkan semua ini Liam , aku....aku juga mencintaimu...bahkan jauh sebelum Allisya mencintaimu.”
“Evelyne!!! Kau gila, kau akan melukai perasaanku dan Allisya, kau akan merusak persahabatan kita karena keegoisanmu.” Liam berteriak marah, menatap nyalang gadis itu.
“Aku bahkan terluka lebih dalam dibandingkan dirimu dan Allisya, dan kini aku hanya ingin sesuatu yang sudah aku inginkan sejak lama menjadi milikku setelah aku bersabar, bukankah itu cukup adil Liam Hwang?”