Gilaaaa, dah miring otak ni orang!
Dalam hati Rangga mengumpat mendengar usul yang ditawarkan oleh Niko, usul gila yang dengan cepat disetujui oleh atasannya Pak Wisnu, dan kedua teman yang juga memegang jabatan manager seperti dirinya.
Hari itu, Kantor Rangga menerima kunjungan pimpinan pusat yang menetapkan kantornya sebagai cabang perusahaan dengan kinerja terbaik, memberikan bonus liburan dan berhak untuk menggunakan cottage milik perusahaan yang ada disalah satu pesisir pulau jawa.
Tentunya ditambah bonus sejumlah uang. Namun di antara berbagai kegembiraan itu mungkin Rangga lah orang yang paling berbahagia. Ya, atas bantuan Pak Wisnu, Rangga disetujui oleh pimpinan pusat untuk menempati bangku pimpinan yang sebelumnya ditempati oleh Pak Wisnu. Wisnu sendiri, atas prestasinya diminta untuk membantu pusat.
Setelah rombongan pusat meninggalkan ruangan, Pak Wisnu langsung mengangkat gelas yang hanya diisi air mineral mengajak bawahannya untuk bersulang ria. Walau bagaimanapun ada kebanggaan atas penghargaan yang diberikan.
Namun Pak Wisnu dengan berat hati menyampaikan bahwa dirinya tidak dapat ikut serta dalam liburan itu, karena telah memiliki janji tersendiri dengan istrinya untuk sebuah liburan di pulau Dewata.
Rangga sendiri tidak begitu peduli dengan keabsenan Pak Wisnu, toh dirinya tetap dapat mengikuti liburan rombongan kantor bersama istrinya. Dan ini dapat menjadi kado bulan madu bagi istrinya yang baru dinikahi 3 bulan lalu.
“Tapi apakah Pak Wisnu tetap tidak mau ikut rombongan walaupun nantinya kami mengadakan sebuah game dengan perjanjian yang menarik,” celetuk Niko.
“Perjanjian, emang kalian udah bikin perjanjian apa?” Pak Wisnu bertanya sambil menatap Niko dan Rangga bergantian. Seperti halnya Pak Wisnu, Rangga yang tidak pernah membuat perjanjian apapun tentang liburan pada Niko, pun dibuat bingung.
“Ya, sebagai ucapan terimaksih, Saya dan Rangga ingin mengusulkan sebuah permainan, untuk membuang kejenuhan atas rutinitas kita, bagaimana jika nanti selama liburan disana kita membebaskan pasangan kita untuk dirayu oleh sesama kita,” papar Niko
“Maksudmu?” Pak Wisnu bertanya meminta penjelasan yang lebih mendetail.
“Ya, bagi mereka yang beruntung, mungkin dapat dilanjutkan dengan rayuan di atas ranjang, dan atas dasar perjanjian awal tentunya kita tidak boleh melarang untuk ‘penuntasan akhir’ atas usaha kawan kita,”
“Saya pikir permainan ini bisa menjadi referensi kepuasan bagi kita, yang setau saya selalu setia dengan istri masing-masing, tentang ‘cita rasa’ dan ‘varian kenikmatan’ dari wanita selain istri kita,” tambahnya.
“Gilaaa, bagaimana mungkin usul itu meluncur dengan lancar dari mulut Niko, apalagi dengan membawa-bawa namaku,” Hati Rangga mengumpat. Namun ketika dirinya ingin menampik usul Niko, Rangga melihat wajah Pak Wisnu yang berbinar sambil menganggukkan kepalanya tanda setuju.
“Lagian, Kenapa perjanjian ini harus mengatasnamakan balas budi, sialan,” hati Rangga kembali mengumpat ketika menyadari sulit baginya untuk mengelak dari permainan ini.
“Yang bener Meennn, pastinya loe juga ngajak istri loe yang alim itukan,” seru Ivan memastikan Niko mengajak istrinya yang biasa menggunakan busana tertutup lengkap dengan penutup kepalanya. Niko mengangguk pasti.
Sesaat Rangga terdiam, Cut Zahra istri sahabat karibnya itu memang memiliki daya tarik tersendiri dari tubuhnya yang selalu tertutup, wajah putih bersih, berdagu lancip dan hidung yang mancung. “Uuuugghhh,benar-benar tawaran yang menggiurkan, terlalu sayang untuk dilewatkan, tapiii,” Kini justru Rangga yang bingung.
Mungkinkah, dalam liburan ini dirinya dapat mencumbu tubuh Zahra, atau bahkan kalau memungkinkan dapat sedikit berkenalan dengan selangkanngan wanita yang menjadi fantasi seksnya sebelum menikah dengan Rianti, istrinya.
**