Rahasia

1360 Words
Mungkin tidak seharusnya ya… aku sampai mengatakan sesuatu yang seperti itu pada Baek. Baek sendiri adalah sahabat pertama yang aku punya di alam semesta ini sejak aku terlahir ke dunia. Jika dilihat dari luar bisa jadi orang lain akan berpikir bahwa hubungan kami tidak berjalan dengan baik. Tapi, memang seperti itulah tipe “persahabatan” yang tanpa sadar sudah kami jalani selama ini. Yah, namanya juga anak laki-laki. Kalau boleh berkata jujur ya... sebenarnya aku ini sama sekali tidak seperti anak remaja lelaki yang normal di muka dunia ini. Remaja normal tidak akan mendapat ranking satu seumur hidupnya. Remaja normal mungkin takkan menggunakan HP Esia Hidayah yang pabriknya saja sudah tidak ada. Remaja normal pada umumnya rasanya sudah pasti (atau paling tidak) memiliki sesuatu yang bernama akun f*******: lah, akun Twitter lah, akun Path lah, akun Youtube lah, akun i********:, akun Telegram, akun Snapchat, akun Tik Tok lah, akun w******p lah, akun Line lah, dan sebagainya lah yang mana semua itu juga sama sekali tidak aku miliki. Remaja normal menghabiskan waktunya ber-gadget ria yang tak pernah kulakukan. Hidupku sangatlah monoton dan terprogram. Sebelum mengenal mereka. Aku tidak pernah menonton film atau pergi ke pusat berbelanjaan. Mereka seperti messiah yang menarikku keluar dari “zona penyesalan”. Karena tak mengambil kesempatan yang hanya sekali dalam seumur hidup ini untuk menikmati yang Namanya masa muda. Sebenarnya mereka sangat penting untukku. Tak banyak anak bersedia menjadikan orang sepertiku sahabat. Seorang idealis. Sahabat bukanlah orang yang sama dengan kita. Tapi, seseorang yang membuat perbedaan terasa indah. Tidak diragukan lagi. Rasanya aku memang harus melakukan permintaan maaf. Jangan gengsi kalau memang salah! ……. Hari Senin di kelas. Kami seperti terpisah di barisan dunia yang berbeda. Pagi hari biasanya kami akan mojok di tempat duduk Baek Nam Dong sambil membicarakan banyak hal. Tapi, hari ini tidak. Akio sibuk dengan buku barunya. Baek bergabung dengan anak-anak lain. Sementara aku terduduk di bangku ini menatap kejauhan ala bintang video klip lagu cinta. Pelajaran dimulai dan istirahat pertama datang begitu saja. Kuhampiri bangku Akio. Yang marah kan hanya Baek. Akio kan tidak pernah marah dan selalu bijaksana. Dia pasti bisa jadi mediator antara diriku dan Baek. “Akio,” panggilku lemah lembut. Akio mengacungkan jari tengahnya. “Ada apa gerangan denganmu…?!” Ia meninggalkanku. Aku sangat terkejut sampai Akio yang selalu tenang juga marah. Apakah membela prinsip segitu buruknya di mata mereka. Di mata kalian. “Cepet lo ikut gue!” ajak Baek sambil menepuk pundakku. Melangkah keluar kelas. Ini sangat aneh. Baek yang kupikir marah padaku terlihat biasa saja. Sementara Akio yang kukira tidak marah malah bereaksi sebaliknya. Sepertinya Baek ingin menjelaskan mengapa Akio bersikap seperti itu. Karena tidak ada Akio. Aku akan menggunakan SMS saja untuk bicara. “Selain gue sama Kio. Di bawah kolong langit yang berwarna biru ini kira-kira siapa lagi temen lo?” tanya Baek dengan intonasi suara dan tatapan serius. Ctik ctik ctik. Kirim. “Lu tau gak sih apa salah lu?” tanya Baek. Ctik ctik ctik. Kirim. “Lo nggak mau punya temen apa? Masa muda lo masih Panjang, men,” tanya Baek semakin ngegas seperti knalpot motor rusak. Ctik ctik ctik. Kirim. “Lo terlalu idealis. Pengetahuan penting. Belajar juga penting. Tapi, semakin belajar dan menarik diri dari sosial membuktikan kalo lo…” kata Ba… Sebentar! Aku bertanya, “Tunggu sebentar! Apa gerangan yang hendak engkau bicarakan sesungguhnya wahai Baek Nam Dong? Apa penyebab kawan kita si Akio itu jadi marah?” “Akio marah kenapa? Gue lagi ngelanjutin khotbah gue,” jawab Baek malah melantur semakin tidak jelas. Singkat cerita kami mengitari sekolah mencari Akio. Kantin tidak ada. Perpustakaan tidak ada. Labolatorium tidak ada. Ke mana ia sesungguhnya??!! “Aki gue liat barusan kayaknya masuk kamar mandi, deh,” beritahu seorang siswa baik hati. Aku akan mengingat jasamu, brow. Eiiiyaa! Dor dor dor. “Kio! Kio! Kiooo! Kenapa lo nggak keluar? Jangan bertindak gegabah, men! Ingat semua amal ibadah lo. Nggak ada artinya kalo lo bunuh diri. Keluar, meeen!!!” pekik Baek sambil menggedor-gedor pintu stall. Aduh, aku sedikit malu dilihati pengguna kamar mandi yang lain seperti ini. Pura-pura tidak kenal saja, deh. Seorang adik kelas menghampiri Baek. “Kenapa, Kak?” tanyanya. “Pergi lo! Pake toilet lantai kelas lo sendiri, k*****t!” jawab Baek super ngegas. Adik kelas malang itu berusaha bicara, “Aduh, sebelumnya saya mau kasih tau dulu kalau…” “Nggak ada yang perlu dibahas atau lu kasih tau ke gueee! Kalau lo nggak balik ke habitat lo, gue ga bakal segan-segan buat…” “Saya lagi dihukum bersihin toilet lantai tiga dan empat selama jam istirahat, Kak. Itu aja,” katanya dengan intonasi suara serta tatapan datar sambil berjalan keluar. Kasihan sekali adik kelas itu. Dia pasti tidak bisa mengerjakan hukumannya gara-gara Baek dan Akio. Dasar dua kakak kelas tidak berguna. “Barusan gue ngecek status social media Karen. Dia udah putus dari Kio,” beritahu Baek lengkap dengan intonasi dramatisasi tingkat tinggi sambil berderai air mata (bohong). “Akio sangat menyayangi Karen. Karen juga terlihat begitu. Lantas atas alasan apakah gerangan mereka sampai berpisah?” tanya-ku. “Pasti main belakang! Cewek cantik yang baik emang nggak ada selain Sabrina,” cerocos Baek percaya diri. “Masa Akio sampai memutuskan untuk mengakhiri hidup sendiri hanya karena hal sederhana seperti itu?” tanya-ku. Baek menjawab dengan semangat empat lima, “Nggak usah banyak ba…” Tepat saat Baek ingin mendaratkan bogem mentahnya lagi di permukaan pintu untuk menggedor. Daun pintunya malah terbuka. Sosok Akio yang habis dua sahabatnya cemaskan nyaris seharian muncul dengan sekujur wajah nyaris pucat pasi. Baek langsung berusaha memapah keluar dengan berbagai asumsi berkecamuk dalam hati. Overdosis, kah? Racun serangga, kah? Atau jangan-jangan malah mencekik diri sendiri, kah? Akio dengan wajah yang masih datar auto menepis semua pendapat ngaco Baek mentah-mentah, “Gue habis diare, ajg.” “Jangan sembunyiin penderitaan lo, Akio Morita bla bla bla! Gue tau Karen udah sama cowok lain. Apa pun yang terjadi lo masih punya kita berdua, kok. Cup cup cup,” ucap Baek berusaha menenangkan. Walau sepertinya malah hanya membuat Akio merasa semakin tidak tenang. “Maksud lo apa dah?” tanya Akio. Baek menjawab, “Status dia barusan…” “Akun sosial medianya dibajak anjir,” sanggah Akio ketus. “Lalu, mengapa engkau marah padaku, Akio?” tanya orang itu. Akio menggeleng kalem. Wajahnya memang terlihat selalu sabar dan tabah. Itu kenapa aku sangat terkejut saat ia marah. ……. And the truth is…. Nama gue Morita Akio. Akio Morita. Atau siapa ajalah terserah yang mau manggil. Gue bukan tipe orang yang gampang marah atau emosian. Gue juga nggak membenci apa pun dan siapa pun di dunia ini. Pokoknya hidup gue paling enak diantara sohib-sohib gue. Satu hal aja. Gue sangat sangat tidak suka sama yang namanya pedes. Dan kesalahan terbesar gue adalah mencicipi pesanan-“nya”. Lanjutannya kalian bisa tebak sendiri. And the truth end. ……. Beberapa saat kemudian tepatnya waktu sepulang sekolah. “Gue nggak bisa bayangin sampai Kio beneran modar,” aku Baek tiba-tiba. Hmp. “Gue tau, Baek. Di balik sifat keras lo. Lo emang menyimpan hati yang tulus dan luhur. Gue juga seneng punya sohib kayak elo,” balas Akio tersentuh. “Lo inget nggak. Dua tahun lalu ada kenangan yang nggak bisa gue lupain sama sekali,” tanya Baek. Kenangan apa? Kenapa aku tidak tahu, ya? “Sejujurnya enggak,” jawab Akio santai. “Lo punya utang tiga belas juta ama gue buat beli figur Gundam, BGST!” jawab Baek nyaris mencekik leher Akio. “Weekkh!!!” Aaahh, mereka berdua memang dua sahabat tidak berguna, ha ha ha, bercanda. * Main Character’s Provaille 2# Raki Nama lengkap : Arraki Casterope TTL : Jakarta, Indonesia, dua puluh satu Agustus Hobi : Jalan-jalan sendirian Favorit : Anime, J Pop Yang dibenci : Sinetron Indonesia Cita-cita : Merubah namanya jadi Arrashi Ninomiya Catatan pribadi : Hafal nama seluruh tokoh lebih dari seribu judul anime T. T. C. : Perwujudan daun yang jatuh ke sungai. Mengikuti alirannya sampai ke mana pun. Bahkan ketika harus berhenti di tepian. Tak memiliki mimpi yang spesifik, tapi selalu menggunakan keingintahuannya untuk menumpuk semakin banyak pengetahuan. Kemisteriusannya terkadang menggilakan #Kasihan Maz Rian
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD