When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Maksud kamu apa, Arlan?" tanya Mama Desti penasaran. Bukan hanya dia, Dila pun turut menggandeng mama mertuaku karena rasa penasarannya, bahkan ia sampai berbisik pada sang mama yang kedengaran jelas di telingaku. "Kok tiba-tiba Arlan jadi beringas?" bisik Mbak Dila, ia penasaran dengan sikap Mas Arlan yang berubah. "Ayo, Nilam, kita masuk ke kamar, kita kemasi barang-barang!" ajak Mas Arlan tanpa menghiraukan pertanyaan dari mamanya. Sepertinya ia sudah mulai membuka hatinya, karena sejak kecil memang sudah ditindas oleh Mama Desti. "Tunggu Arlan. Kalian itu mau ke mana?" tanya Mama Desti. "Kalau Mama salah, maaf ya," ucap mertuaku penuh iba. Rasanya sedikit aneh tiba-tiba ia tidak meninggi malah minta maaf. Mama menarik pergelangan tangan Mas Arlan, kulihat di sudut matanya ada air