When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Ajak istrimu masuk, Arlan," suruh mama pelan. Namun, matanya terus menatapku tak berkedip. Jadi sebelum aku balik badan bersama Mas Arlan, telapak tangan ini sengaja aku perlihatkan pada Mama Desti, tulisan nama Rifat yang sebesar telapak tangan tentu terbaca olehnya. Mama merasa terancam akan hal ini, nama orang itu ancaman untuknya. Kali ini aku menggenggam rahasia, jadi mama takkan seenaknya lagi. "Ayo, Mas, kita ke kamar," ajakku sambil menarik tangannya. Mas Arlan tentu penasaran dengan sikap mamanya yang berubah. Namun, aku takkan memberitahu padanya dulu, ini demi semuanya, setelah memegang bukti, barulah aku akan bongkar semua, di hari yang sama saat aku hendak mengatakan bahwa aku ini anak dari pengusaha yang besar dan keponakan dari pemilik perusahaan sang anak kesayangan Ma