Episode 4 Bab 22

1638 Words
Eros menatap Aileen yang sedang duduk di sampingnya. Perempuan itu begitu baik, dia bahkan tampak tidak keberatan ketika harus duduk di dalam tempat kumuh di pemukiman ini. Eros pernah datang ke rumah Aileen, Eros tahu kalau perempuan itu hidup dalam kemewahan. Aileen putri dari seorang Elysium, dia berada di kasta Aporipse, sudah jelas jika dia adalah anak orang kaya. Tapi lihatlah apa yang Aileen lakukan saat ini. Perempuan itu tampak duduk dengan santai di atas kardus usang yang ada di halaman rumah Alika, seorang perawat yang tadi sempat Eros ceritakan. “Kenapa kamu ingin menemui Alika?” Tanya Eros dengan pelan. “Alika? Jadi namanya adalah Alika?” Tanya Aileen sambil tersenyum. Eros menganggukkan kepalanya. “Aku sangat ingin berbicara dengannya. Kurasa dia memiliki keluarga di kota, mungkin bisa membantunya untuk—” Kalimat Aileen terputus begitu pintu rumah Alika terbuka. Eros menolehkan kepalanya, dia menatap Alika yang sepertinya terkejut dengan kedatangan mereka berdua. “Eros? Ada apa?” Tanya Alika sambil mendekati Aileen dan Eros. “Alika, perkenalkan.. dia adalah Aileen. Dia.. dia ingin menemuimu..” Kata Eros sambil menatap Aileen yang tampak mengulurkan tangannya sambil tersenyum kepada Alika. Aileen selalu tersenyum. Di dalam segala keadaan, Eros tidak pernah melihat senyuman Aileen hilang dari wajahnya. Sepertinya Tuhan memang sedang bahagia ketika dia menciptakan Aileen. “Aileen? Siapa dia?” Tanya Alika sambil mengernyitkan dahinya. “Perkenalkan, aku Aileen. Aku adalah temannya Eros..” Kata Aileen sambil menjabat tangan Aileen. Biasanya, sekalipun relawan sering datang ke tempat ini, tidak ada satupun dari mereka yang mau bersentuhan langsung dengan orang tanpa kasta. Banyak yang sering datang dan memberikan bantuan, tapi mereka tidak akan mau berinteraksi dengan orang tanpa kasta. Mereka semua sangat berbeda dengan Aileen yang tidak segan berbicara dan bergurau dengan orang tanpa kasta. Ah, Aileen bahkan menjabat tangan mereka sambil tersenyum seakan tidak ada perbedaan yang membatasi mereka semua. Aileen bagaikan malaikat baik hati yang dikirim untuk memberikan bantuan di tempat ini. “Kamu tampak berbeda. Kamu bukan salah satu dari kami?” Tanya Alika sambil menatap Aileen dengan pandangan menyelidik. “Dia berasal dari kasta pertama. Dia—” “Tidak ada yang berbeda di antara kita. Memangnya kenapa jika aku tinggal di kota dan kalian tinggal di sini? Dimanapun kita berada, kita tetaplah manusia biasa..” Kata Aileen sambil tersenyum. Eros menolehkan kepalanya ke arah Aileen. Perempuan itu benar-benar sempurna. Aileen memperlakukan semua orang dengan sangat baik. Bagi Aileen, orang tanpa kasta tetaplah manusia yang memiliki hak untuk hidup di dunia ini. Aileen tidak pernah memandang rendah seseorang hanya karena status kasta mereka yang berbeda. “Tidak, Nona. Tetap ada perbedaan di antara kita semua” Kata Alika. Eros menatap Alika sejenak, tampaknya Alika terlihat tidak suka dengan kata-kata Aileen. Kenapa? Kenapa Alika merasa tidak suka? Bukankah Aileen adalah orang pertama yang berbicara dengan sopan tanpa merendahkan status mereka? Lalu kenapa Alika terlihat tidak suka? “Bisakah kamu mengatakan kepadaku perbedaan apa yang ada di antara kita? Tunjukkan satu saja perbedaan dan aku akan menunjukkan kepadamu seribu persamaan diantara kita semua” Kata Aileen sambil tersenyum. “Eros, kenapa kamu membawa dia ke sini? Apakah kamu ingin mengejekku karena sekarang aku hidup tanpa kasta?” Tanya Alika. Eros mengernyitkan dahinya. Kenapa Alika berkata seperti itu? Selama ini Eros memang cukup dekat dengan Alika karena perempuan itu tinggal di dekat rumahnya. Eros tahu jika hingga saat ini, Alika masih belum bisa menerima keadaannya. Perempuan itu masih sering marah karena dia harus hidup sengsara di pemukiman ini. Tapi Eros tentu tidak pernah mengira jika Alika akan berbicara seperti ini kepadanya. “Aku mohon jangan salah paham, Alika. Aku datang ke sini dengan niat baik” Kata Aileen dengan tenang. Alika menolehkan kepalanya lalu tersenyum dengan sinis. Dari tatapannya saja Eros tahu kalau Alika tidak menyukai Aileen. Astaga, kenapa masih ada orang yang tidak menyukai Aileen? Aileen sangat baik, perempuan itu selalu menolong orang lain dengan hati yang tulus. “Niat baik? Apakah kamu harus mengatakan jika kamu memiliki niat baik?” Tanya Alika. “Alika, ada apa denganmu?” Tanya Eros sambil menatap Alika. “Seharusnya aku yang menanyakan hal ini kepadamu, Eros. Aku pikir selama ini kita dekat, tapi ternyata aku salah. Tentu saja kamu lebih memilih perempuan ini, dia jauh lebih terpandang dibandingkan aku” Kata Alika. Eros mengernyitkan dahinya. Apa yang sedang Alika katakan? “Alika, jangan berpikir seperti itu. Aku datang ke sini untuk menawarkan bantuan kepadamu. Beberapa warga di sini pasti membutuhkan obat-obatan ketika mereka sedang sakit. Selama ini tidak ada layanan kesehatan di sini, aku pikir akan lebih baik jika lain kali aku juga membawakan obat-obatan untuk mereka. Tapi tentu saja aku membutuhkan bantuanmu” Kata Aileen. Eros menatap Alika dengan pandangan tidak percaya. Satu pemikiran muncul di dalam otak Eros. Tunggu dulu, apakah Alika menyukai dirinya? “Jangan berbicara kepadaku, aku tidak butuh bantuanmu” Kata Alika sambil melangkahkan kakinya begitu saja. Eros masih belum bisa mempercayai pikirannya sendiri. Selama ini, selain dengan Ethan, Eros juga berteman baik dengan Alika. Perempuan itu sering datang ke rumahnya karena tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh. Namun, Eros tidak pernah menganggap Alika lebih dari teman. “Alika, tunggu! Maaf karena aku berkata seperti ini, tapi aku tidak menawarkan bantuan kepadamu. Aku ingin memberikan bantuan kepada orang-orang di sekitar sini, tapi untuk itu aku membutuhkan bantuanmu juga..” Kata Aileen sambil mengejar Alika yang berjalan dengan cepat. Eros menarik napasnya. Astaga, bahkan Aileen rela memohon kepada Alika? “Aku tidak mau membantumu, tolong jangan ganggu aku!” Kata Alika. *** “Aku rasa dia menyukaimu..” Eros menolehkan kepalanya dan menatap Aileen sambil mengernyitkan dahi. “Siapa? Alika?” Tanya Eros. Aileen tidak berhasil menghentikan Alika, perempuan itu pergi begitu saja. Jadi, sekarang mereka memilih untuk kembali duduk di tangga jembatan. “Iya, aku rasa dia cemburu karena aku berteman denganmu. Apakah kamu juga menyukainya? Jika iya, aku akan mencoba membuat Alika mengerti kalau kita hanya berteman saja” Kata Aileen. Eros tersenyum dengan masam. Mereka—dirinya dan Aileen— memang hanya teman, tidak lebih dari itu. Eros juga sadar akan posisinya, dia hanya orang tanpa kasta yang tidak sengaja bertemu dengan orang baik seperti Aileen. Sayangnya, Eros tidak bisa memungkiri jika dadanya terasa sesak ketika dia kembali menyadari fakta menyakitkan tersebut. Eros tahu kalau sampai kapanpun, dia tidak akan pernah layak untuk menyukai Aileen. Bahkan, Eros juga sadar kalau dia sangat tidak tahu diri karena berani menyimpan perasaan untuk Aileen. Tapi, siapa yang bisa mengatur isi hatinya? Jika bisa, Eros juga tidak akan membiarkan hatinya jatuh kepada perempuan itu. “Kami juga hanya berteman saja, Aileen. Jangan khawatir..” Kata Eros dengan tenang. “Aku akan merasa bersalah jika nanti hubungan kalian jadi buruk. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk membuat kalian jadi—” “Sudahlah, jangan membahas masalah itu. Katakan kepadaku, kenapa kamu ingin menemui Alika? Apa yang ingin kamu lakukan?” Tanya Eros. Aileen tersenyum lalu mengendikkan bahunya. Perempuan tampak murung. “Aku pikir aku bisa memberikan bantuan untuk membangun layanan kesehatan di tempat ini. Aku rasa, banyak orang yang membutuhkan layanan kesehatan di sini..” Kata Aileen. Eros menganggukkan kepalanya. Niat Aileen benar-benar sangat baik. Bagaimana mungkin Alika tidak melihat ketulusan di dalam tatapan Aileen? “Aku akan mencoba untuk bicara dengan Alika..” Kata Eros dengan pelan. “Kamu akan melakannya? Ah, katakan kepadanya jika aku meminta maaf karena telah mengganggu paginya” Kata Aileen. Eros menolehkan kepalanya, menatap Aileen yang sedang duduk di sampingnya. Benar, sejak awal seharusnya Eros telah tahu jika mereka memang sangat berbeda. Ah, jika melihat Aileen dari arah samping seperti ini, Eros semakin merasakan perbedaan diantara mereka berdua. Mata Aileen terlihat memancarkan mimpi dan harapan yang besar sementara Eros hanya bisa menatap kosong tanpa satupun harapan. Mereka sangat berbeda, bagaimana bisa Eros jatuh cinta kepada perempuan ini? Eros memang sangat tidak tahu diri. “Kenapa kamu harus minta maaf jika kamu tidak melakuan kesalahan apapun?” Tanya Eros. Aileen menolehkan kepalanya sambil tersenyum. Saat itu, Eros merasa jika dunia berhenti sesaat. Seluruh pandangannya hanya tertuju kepada senyuman Aileen yang begitu tulus. “Aku tidak perlu memperpanjang masalah. Jika aku bisa menyelesaikan masalah ini dengan meminta maaf, aku akan melakukannya dengan senang hati” Kata Aileen dengan tenang. Perempuan ini memang memiliki hati selembut malaikat. “Tapi, bukankah ada beberapa hal yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan meminta maaf saja?” Tanya Eros. “Benar, memang ada beberapa hal yang tidak bisa dimaafkan. Aku mengalaminya sendiri” Kata Aileen. Eros mengernyitkan dahinya. Apakah perempuan sebaik Aileen bisa menyimpan dendam? “Ada seseorang yang tidak bisa kamu maafkan?” Tanya Eros dengan pelan. “Bukan tidak bisa, mungkin hanya sedikit sulit untuk dicoba. Tapi, jika orang itu mau meminta maaf, aku pasti akan berusaha untuk memaafkannya” Kata Aileen sambil tersenyum. Beberapa kali Aileen tampak menarik napas lalu menghembuskannya dengan pelan. Perempuan itu terlihat sedang berusaha untuk menyembunyikan beban di dalam senyumannya yang tulus. “Apakah kesalahan orang itu begitu fatal?” Tanya Eros. Eros sadar jika pertanyaannya terlalu tidak masuk akal. Astaga, sejak kapan Eros memiliki hak untuk bertanya kepada Aileen? Bukankah ini adalah masalah pribadi perempuan itu? “Ah, tidak.. maafkan aku. Seharusnya aku tidak bertanya kepadamu..” Kata Eros beberapa saat kemudian. Aileen tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. “Namanya Aruna, dia adalah Kakakku” Tanpa Eros sangka, Aileen justru berbicara. Perempuan itu memilih untuk bercerita padahal sebelumnya Eros telah meminta maaf karena dia sangat lancang. “Aileen, jika tidak—” “Aku tidak keberatan untuk berbagi cerita. Lagipula, aku memang membutuhkan seseorang yang mau mendengarkan ceritaku.  Temanku tidak terlalu banyak, keluargaku cukup terpandang jadi aku takut salah dalam memilih teman. Sahabatku sedang sibuk hari ini, aku tidak ingin mengganggunya.. bisakah aku bercerita kepadamu?” Tanya Aileen. Eros terisap, dia tidak masih tidak percaya dengan kalimat yang dikatakan oleh Aileen. “Tentu, tentu saja kamu bisa bercerita kepadaku” Kata Eros.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD