Episode 3 Bab 19

1776 Words
Aileen melangkahkan kakinya dengan pelan. Hari ini dia kembali ke rumah lebih awal dari biasanya. Jujur saja, suasana hati Aileen sedang tidak baik, dia ingin segera masuk ke kamar dan tidur sepuasnya. Sayangnya, harapan Aileen kembali pupus. Begitu dia masuk ke dalam kamarnya, ibunya tampak duduk di salah satu sisi ranjang. Aileen menarik napasnya dengan pelan. Ibunya tidak mungkin ada di sini jika bukan karena masalah yang penting. “Mama?” Aileen mendekati ibunya, memilih untuk duduk di samping wanita itu. “Kamu sudah pulang? Bagaimana harimu, Aileen?” Rasanya Aileen ingin menangis. Mereka jarang memiliki waktu untuk berbincang seperti ini. Baik Aileen maupun ibunya memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Selama ini, ibunya akan selalu mengikuti langkah ayahnya, selalu berada di belakang ayahnya untuk memastikan semua kebutuhan pria itu. Sebagai seorang istri, ibunya telah melakukan hal yang begitu luarbiasa, tapi sebagai seorang perempuan.. ibunya tidak memiliki waktu untuk menikmati hidupnya sendiri. “Aku baik-baik saja. Ada apa? Kenapa Mama pulang lebih awal?” Tanya Aileen. Ibunya tersenyum lalu mengusap rambut Aileen dengan pelan. Saat kecil, Aileen selalu merengek dan menangis setiap kali ibunya pergi meninggalkannya. Tapi sekarang, lihatlah dirinya.. dia sendiri sering kali melangkah meninggalkan ibunya. “Karena ingin menemuimu ketika semua orang sedang tidak di rumah. Lalu kamu sendiri kenapa? Kenapa kamu pulang lebih awal?” Tanya Ibunya. Aileen tersenyum lalu mengendikkan bahunya. “Anggap saja ini ikatan batin antara ibu dan anak..” Jawab Aileen sambil tersenyum. Untuk sejenak mereka sama-sama terdiam. Aileen tahu jika ibunya akan mengatakan sesuatu hal yang penting, jadi Aileen memilih untuk menunggu. Ibunya pasti sedang merangkai kata yang tepat untuk dikatakan kepadanya. Sebagai seorang ibu, Adena selalu melakukan hal terbaik yang dia bisa. Apapun yang terjadi, Adena selalu memberikan dukungan kepada anaknya. Sering kali Aileen melihat ibunya mengorbankan diri agar anaknya tidak berada di dalam masalah. Ibunya akan membiarkan semua orang menyalahkan dirinya hanya agar tidak ada yang berusaha menyerang putrinya. “Mama sudah pernah mengajarkan kepadamu tentang batas-batas yang tidak bisa kamu abaikan. Apakah kamu masih mengingatnya, Aileen?” Tanya ibunya. Aileen menganggukkan kepalanya. Tidak ada kehidupan yang selalu berjalan dengan lancar. Apapun status dan kasta yang dimiliki oleh seseorang, mereka tidak akan pernah bisa luput dari masalah. Begitu juga dengan Aileen. Selama ini banyak yang berpikir jika Aileen memiliki kehidupan sempurna yang menyenangkan. Tidak, kehidupannya tidak sebaik itu. Sebagai putri dari seorang Elysium, sebagai anggota kasta pertama, Aileen tentu memiliki banyak sekali beban yang harus dia tanggung. Ada banyak peraturan yang sayangnya hampir semuanya selalu Aileen langgar. “Jadi, batas mana saja yang sudah kamu langgar, Aileen?” Tanya ibunya. Aileen menggelengkan kepalanya. “Tidak ada?” Tanya ibunya. “Aku melanggar semuanya, Mama..” Jawab Aileen dengan pelan. Tidak pernah ada rahasia antara seorang ibu dengan putrinya. Aileen mengangkat kepalanya, menatap ibunya yang tampak menunggu penjelasan lebih lanjut mengenai jawaban yang dia berikan. “Apa dunia ini tidak akan berubah, Ma? Apakah selamanya kita hidup berdasarkan kasta dan status ekonomi?” Tanya Aileen. Ibunya tampak menghela napas. Aileen tahu, sejak muda Adena aktif dalam kegiatan sosial untuk menyalurkan bantuan kepada orang tanpa kasta. Sekarang, Aileen juga melakukan hal yang sama. Setiap kali melihat Aileen berangkat menuju ke yayasan amal, ibunya selalu menatapnya dengan tatapan menyedihkan. Aileen tahu kalau ibunya juga ingin melakukan hal yang sama dengannya. “Bukan Mama yang mengatur semua ini. Mama tidak bisa terus melindungimu dari Papamu, Aileen. Bahkan selama ini Papamu juga sedang berusaha melindungimu dari banyaknya musuh yang ingin menjatuhkan keluarga ini..” Kata ibunya. Aileen tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Musuh? Sampai kapan mereka hidup seperti ini? “Orang asing tidak akan pernah bisa menjatuhkan kita, Mama. Justru kita seharusnya waspada dengan orang terdekat karena merekalah yang mampu menghancurkan kita..” Kata Aileen. “Benar, memang itulah yang selama ini Mama lakukan. Mama mencoba menjagamu, mencoba melindungimu. Papamu juga melakukan hal yang sama Aileen.. jangan sampai keluarga ini hancur karena.... karena—” “Siapa? Siapa yang Mama khawatirkan? Aruna? Apakah Mama khawatir jika Aruna akan menghancurkan aku?” Tanya Aileen dengan pelan. Tidak ada jawaban dari ibunya. Astaga, apa yang dipikir oleh ibunya? Sekalipun Aruna sering kali melakukan hal yang buruk, Kakaknya itu tidak akan melakukan hal diluar batas. Aruna adalah Kakaknya, Aileen masih mempercayai hubungan darah antara mereka berdua. “Dia Kakakku, dia tidak akan menghancurkanku, Ma..” Kata Aileen. “Bukankah kamu mengatakan jika orang terdekatlah yang mampu menghancurkan hati kita?” Aileen terdiam. Dia tidak mengatakan apapun. “Aileen, dengarkan Mama baik-baik.. Mama sangat menyayangi kalian, Mama tidak ingin salah satu dari kalian hancur begitu saja. Jangan melakukan hal diluar batas, jaga dirimu sendiri. Kita tidak tahu siapa saja yang bisa menghancurkan kita..” Kata Ibunya. Aileen mengerjapkan matanya. Dia masih tidak mengerti kenapa ibunya datang untuk membicarakan masalah ini. “Mama tidak bisa berbicara seperti ini dengan Aruna, dia terlalu cepat emosi. Mama juga tidak bisa mengatakan apapun kepada Adeline, adikmu itu masih terlalu muda untuk memahami sekejam apa dunia ini..” Kata ibunya. Aileen menarik napasnya dengan pelan. Ibunya datang untuk mengatakan agar Aileen lebih berhati-hati dengan kakaknya sendiri? “Kenapa Mama terus menyiksa diri Mama sendiri?” Begitu Aileen melihat ibunya melangkahkan kakinya untuk meninggalkan ruangan ini, satu kalimat terucap tanpa bisa Aileen cegah. Ibunya menghentikan langkahnya, menatap Aileen dengan pandangan kosong. “Inilah yang harus dilakukan oleh seorang ibu, Aileen..” Jawab ibunya. Tidak, apakah menjadi seorang ibu berarti harus terus mengorbankan dirinya sendiri? “Berjanjilah padaku untuk tidak membelaku lagi, Mama. Jangan membelaku jika aku mendapatkan masalah, jangan membiarkan dirimu masuk ke dalam masalahku..” Kata Aileen dengan suara bergetar. Kemarin malam, Aileen tahu kalau ibunya menangis semalaman karena bertengkar dengan ayahnya. Ibunya hanya berusaha membela Aileen, tapi ayahnya tentu tidak menyukai hal itu. “Tidak mungkin Mama membiarkan kamu menanggung semuanya sendirian, Aileen. Ini Mama, bukan orang asing..” Kata ibunya. Jika seorang ibu dengan tiga orang anak perempuan terus mengorbankan dirinya sendiri, terus menangis untuk masalah yang dibuat oleh putrinya, kapan dia bisa menikmati hidupnya sendiri? Ibunya selalu melakukan apapun yang dikatakan oleh ayahnya, terus mengikuti ayahnya kemanapun dia pergi, selalu mengurus semua masalah anak-anaknya. Lalu, kapan ibunya mengurus dirinya sendiri? “Papa akan marah jika Mama terus membelaku. Jangan melakukan ini lagi, Ma. Aku harus belajar menghadapi masalahku sendiri..” Kata Aileen. “Tidak akan Mama biarkan kamu menghadapi masalahmu sendiri, Aileen. Tidak akan..” Jadi, inilah arti dari kalimat yang sering Aileen dengar? Bahwa kasih ibu sepanjang masa? Kasih seorang ibu yang tidak mengenal lelah? Yang tidak menuntut balasan? Sebuah kasih yang selalu memberi tanpa pernah menerima? *** “Aku sudah menemui dewan perwakilan yang Papa kenalkan kepadaku saat itu. Dia mengatakan jika aku kemungkinan besar akan segera diterima di badan intelejen” Kata Aruna. Aileen memutar bola matanya dengan jengah. Saat sedang makan malam dan sarapan pagi, Aileen harus duduk dengan tenang sambil mendengarkan drama yang dibuat oleh Kakaknya. “Aku yakin jika dia sedang berkhayal saat ini..” Kata Adeline dengan suara pelan. Aileen menatap Adeline sambil tertawa. Adeline memang sering mengejek Aruna, tapi Aileen tahu jika Adeline sangat peduli dengan saudaranya. “Aku sudah selesai makan, aku akan kembali ke kamarku..” Kata Aileen sambil bangkit berdiri. “Tunggu dulu, Aileen! Kali in tetaplah duduk di sini dan dengarkan cerita Kakakmu tentang pengalamannya hari ini” Kata ayahnya. Aileen mengernyitkan dahinya. Apa-apaan ini? Kenapa Aileen harus mendengarkan drama Aruna? Lagipula, apa pentingnya cerita itu sehingga Aileen harus mendengarkannya? “Adrew, biarkan dia kembali ke kamarnya. Dia sudah lelah seharian ini..” Kata ibunya. Aileen menatap ibunya dengan pandangan protes. “Tidak, Mama. Aku akan duduk di sini dan mendengarkan cerita Kak Aruna tentang kegiatannya hari ini. Sepertinya itu adalah penting yang akan sangat menyenangkan untuk didengar” Kata Aileen sambil kembali duduk di kursinya. “Aileen, kapan kamu akan mengikuti jejak Kakakmu? Ada banyak dewan perwakilan yang menghubungi Papa karena menanyakan tentang dirimu. Mereka ingin kamu bergabung dengan salah satu departemen pemerintahan..” Kata ayahnya. Aileen menarik napasnya dengan pelan. Bukankah tadi mereka sedang membicarakan tentang Aruna? Kenapa ayahnya malah menanyakan tentang dirinya? Ah, Aruna pasti tidak menyukai hal ini. “Aku masih tidak tertarik dengan tawaran itu..” Kata Aileen dengan tenang. “Adena, bukankah aku sudah mengatakan kepadamu untuk berbicara dengan Aileen? Dia membuat semua tawaran baik pergi begitu saja. Tidak banyak orang yang beruntung seperti dirinya..” Aileen menundukkan kepalanya. Ini bukanlah hal yang menyenangkan untuk dibicarakan. “Aku akan berbicara dengannya, jangan khawatir..” Kata ibunya. Aileen bangkit berdiri lalu melangkahkan kakinya begitu saja. Apa lagi yang diinginkan oleh ayahnya? Kenapa dia terus memaksa Aileen untuk masuk ke dalam departemen pemerintahan? Aileen menyukai kehidupannya yang sekarang, dia merasa bahagia karena bisa berbagi dengan orang tanpa kasta. Kenapa ayahnya memaksa dirinya untuk melakukan hal yang tidak dia sukai? *** “Aku sedang bertengkar dengan kekasihku, malam ini izinkan aku menginap di sini..” Kata Adeline sambil membaringkan tubuhnya di atas ranjang milik Aileen. Kadang, Adeline melakukan hal-hal tidak terduga karena dia memiliki ego yang tinggi. Setelah kejadian di maja makan, Aileen tahu kalai Adeline mencemaskan dirinya. Adiknya itu datang ke sini bukan karena dia sedang merasa sedih karena bertengkar dengan kekasihnya, tapi karena dia takut jika Aileen merasa kesepian. “Aku harap kamu bertengkar dengan kekasihmu setiap hari agar kamu sering datang menemaniku..” Kata Aileen dengan santai. “Hei! Jangan bicara sembarangan!” Adeline tampak kesal dengan kalimat yang Aileen katakan. Aileen tertawa pelan. Ya, setidaknya dia memiliki Adeline yang bersedia menghiburnya. “Aku senang karena kamu memiliki kekasih, setidaknya kamu tidak terlihat seperti manusia kesepian..” Kata Aileen. “Apa? Apakah kamu sedang membicarakan tentang dirimu sendiri? Dasar manusia kesepian!” Kata Adeline. Aileen menganggukkan kepalanya. Iya, Aileen memang memiliki segala hal yang dia inginkan, tapi dia selalu merasa kesepian. Seperti ada sesuatu yang kurang di dalam hidupnya. “Adeline, apakah kamu mau mengantarku pergi malam ini?” Tanya Aileen dengan tiba-tiba. Adeline menolehkan kepalanya sambil menyipitkan mata. “Apa lagi? Apa yang kamu inginkan?” Tanya Adeline. Aileen mengendikkan bahunya. Dia juga tidak mengerti kenapa ada satu nama yang tiba-tiba teringat ketika dia sedang merasa kesepian. Satu nama yang seharian ini terus mengganggu pikirannya. “Bisakah kamu mengantarku untuk bertemu Eros?” Tanya Aileen. “Ah, kamu memang sudah gila! Jangan macam-macam, kita bisa dalam masalah jika Papa mendengar pembicaraan ini!” Kata Adeline sambil menggelengkan kepalanya. Benarkah? Apakah Aileen akan mendapatkan masalah? Malam ini, untuk malam ini saja.. Aileen rela mendapatkan masalah hanya karena dia menemui orang tanpa kasta. Sekarang Aileen sedang ingin membuktikan sesuatu, ingin memastikan sebuah perasaan yang terus membuncah di dadanya. “Aku akan menanggung kemarahan Papa. Aku sangat ingin menemuinya saat ini..” Kata Aileen dengan pelan. “Ternyata kamu memang gila..” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD