Episode 2 (Awal)

1780 Words
Remember You Episode 2 (Masa Sekarang) ~Hariku Tanpamu~ “Perjalanan hidup yang kulalui dengan kehampaan” “Ibuku terus menanyakan tentang dirimu, Aileen. Dia ingin kamu ikut menyiapkan segala hal yang berhubungan dengan pernikahan kita” Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Hari ini dia sedang banyak pekerjaan, kedatangan Keizaro ke kantor yayasan semakin menambah beban pikirannya. Apalagi permintaan yang diajukan oleh pria itu. Astaga, apa yang harus Aileen lakukan? Sejujurnya, dia juga ingin ikut membantu persiapan pernikahannya sendiri. Namun, apa yang bisa dia lakukan? Satu bulan lagi, yayasan ini akan melakukan kegiatan sosial besar-besaran yang Aileen harapkan mampu mengubah pemikiran para petinggi dunia yang selama ini sama sekali tidak pernah memikirkan orang tanpa kasta. Pernikahan Aileen diadakan kurang dari dua bulan lagi sehingga mulai dari beberapa minggu yang lalu, orang tua Keizaro sudah mulai membuat banyak persiapan. “Keizaro, kamu mengerti jika saat ini aku sedang sangat sibuk. Aku tentu akan menemui ibumu ketika aku memiliki waktu. Satu minggu yang lalu aku sibuk bekerja sambil mengurus dirimu, sekarang biarkan aku fokus untuk mencari donatur. Yayasan ini memerlukan donatur karena bulan—” “Aku tahu kalau bulan depan kamu akan membuat acara amal untuk orang tanpa kasta. Aileen, sepanjang hidupmu, kamu terus memikirkan kehidupan orang tanpa kasta, kali ini tidak bisakah kamu memikirkan pernikahanmu sendiri? Jika kamu memang masih sulit menerima status kita, tidak bisakah kamu memikirkan sahabatmu ini?” Aileen mengusap wajahnya dengan pelan. Kenapa Keizaro jadi seperti ini? Biasanya pria itu selalu mendukung setiap kegiatan amal yang Aileen selenggarakan. Kenapa sekarang dia meletakkan Aileen di dalam posisi yang sangat sulit? Tentu saja Aileen tidak bisa memilih antara tunangannya atau kegiatan amalnya. Tidak, Aileen tidak akan pernah bisa memilih. “Ada apa, Keizaro? Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya..” Kata Aileen sambil melepaskan pandangannya dari laptop berlayar transparan yang ada di depannya. “Aileen.. jangan membuatku jadi meragukan dirimu..” Aileen mengernyitkan dirinya, merasa tidak mengerti dengan kalimat yang dikatakan oleh Keizaro. “Apa yang kamu katakan?” Tanya Aileen. “Ini pernikahan kita, kenapa kamu seakan tidak peduli dengan semua persiapannya, Aileen?” Aileen menarik napasnya dengan pelan. Sepanjang tiga bulan sejak mereka bertunangan, ini adalah perdebatan pertama mereka. Aileen dan Keizaro memang sering berdebat, bahkan mereka sering bertengkar, tapi itu dulu sebelum mereka bertunangan. Perdebatan kali ini terasa sangat berbeda karena mereka berdebat sebagai pasangan yang akan segera menikah. “Siapa yang mengatakan aku tidak peduli dengan pernikahan kita? Keizaro, aku memutuskan untuk menikah denganmu, itu bukan keputusan main-main. Aku hanya akan menikah satu kali seumur hidupku, aku tidak mungkin tidak peduli dengan pernikahan ini. Hanya karena aku tidak mencintaimu, bukan berarti aku tidak peduli dengan persiapan pernikahan kita” Tanpa sadar Aileen meninggikan nada bicaranya. Keheningan menguasai mereka berdua sesaat setelah Aileen berbicara. Aileen memejamkan matanya sejenak. Astaga, kenapa dia sampai lepas kendali? Ini bukanlah masalah yang perlu diselesaikan dengan emosi. “Maaf” “Maaf” Aileen langsung tersenyum ketika mendengar kalimat permintaan maaf mereka yang terucap secara bersamaan. “Aku minta maaf” “Aku minta maaf” Aileen tertawa pelan. “Aileen, maafkan aku.. aku terlalu terbawa emosi” Kata Keizaro. Aileen menganggukkan kepalanya. Bukan hanya Keizaro saja yang terbawa emosi, Aileen juga merasakan hal yang sama. “Aku juga melakukan hal yang sama, maafkan aku..” Kata Aileen dengan pelan. “Kurasa kita memang cocok bersama. Kita tidak pernah bertengkar lebih dari satu hari..” Kata Keizaro. Aileen menganggukkan kepalanya dengan pelan. Benar, Aileen rasa mereka memang cocok bersama. Aileen tidak akan bisa menemukan seseorang yang mampu memahaminya seperti yang selalu Keizaro lakukan. “Aku akan berusaha mengatur waktuku. Mungkin besok malam aku akan menemui ibumu setelah aku pulang bekerja. Maafkan aku, selama ini aku terkesan tidak peduli dengan—” “Sudahlah, Aileen.. aku hanya terbawa perasaan saja. Jangan merasa terbeban, lakukan yang terbaik untuk kegiatan amal bulan depan. Jika kegiatan amal itu berjalan dengan lancar, maka pernikahan kita juga akan berjalan dengan lancar” *** “Nona Aileen, Tuan Eros mengatakan jika beliau ingin bertemu langsung dengan Nona. Katanya dia ingin membahas masalah dana bantuan yang ingin dia berikan” Aileen menarik napasnya dengan pelan ketika layar transparan di depannya menampilkan sederet informasi yang diberikan oleh salah satu orang kepercayaannya. Teknologi hologram tiga dimensi. Teknologi tersebut telah ditemukan sejak ratusan tahun yang lalu, tapi perkembangannya baru dirasakan sekitar sepuluh tahun lalu. Ketika dunia dibagi menjadi tiga kasta berdasarkan kekayaan, manusia semakin mengembangkan teknologi canggih yang mampu mempermudah kehidupan. Kasta Aporipse adalah orang pertama yang bisa menikmati teknologi hologram tiga dimensi. Tapi, sejak tujuh tahun yang lalu, orang dari kasta Syntorium dan Platon sudah diizinkan menggunakan teknologi ini asalkan mereka berusia 20 tahun. “Katakan padanya jika aku bersedia menemuinya di ruanganku.” Kata Aileen dengan pelan. Ada sesuatu yang terus mengganggu pikiran Aileen sejak dia pertama kali bertemu dan menjabat tangan pria bernama Eros Kalandra. Entahlah, seperti sebuah perasaan asing yang terasa begitu dia kenal. Terasa asing, tapi juga terasa seakan perasaan itu telah lama dia kenal. Semalaman penuh Aileen tidak bisa melepaskan pikirannya dari pria itu. Seorang pria asing yang mampu membuat detak jatung Aileen berhenti sejenak. “Maaf, Nona.. Tuan Eros meminta Nona yang datang ke perusahaannya karena hari ini dia sedang sangat sibuk” Aileen kembali menghembuskan napasnya dengan pelan. “Katakan padanya jika aku datang pada pukul 11 siang ini” Astaga, jika Eros bukanlah salah satu donatur yang rela memberikan dana bernilai 10 juta Dollar, maka Aileen tidak akan repot-repot menemui seorang pria asing yang menyebalkan. Benar, hingga hari ini Aileen masih merasa kesal dengan perbuatan Eros. Namun, rasa kesalnya bukanlah alasan untuk berlaku egois. Aileen membutuhkan bantuan dana dari Eros dan perusahaan pria itu. Ah bukan, bukan Aileen yang membutuhkan dana itu. Orang tanpa kasta, merekalah yang membutuhkan dana itu. *** “Menurut informasi dari orang kepercayaan saya, anda ingin bertemu dengan saya untuk membahas masalah—” “Benar, saya memang ingin bertemu karena saya ingin memastikan apakah dana yang akan saya berikan bisa disalurkan dengan baik tanpa ada kecurangan sedikitpun” Aileen kehilangan kata-katanya. Pria ini memang tidak suka basa-basi. Tapi, tidak bisakah dia membiarkan Aileen menyelesaikan kalimatnya? Kenapa Eros selalu menyela kalimat Aileen? “Jangan khawatir, saya sendiri yang akan memastikan jika dana ini akan tersalurkan dengan baik. Semua orang yang bekerja di yayasan bukanlah orang sembarangan. Saya sendiri yang mengurus perekrutan mereka, mereka adalah orang-orang berhati baik yang tidak akan tega menyelewengkan dana yang seharusnya disalurkan kepada orang tanpa kasta” Jelas Aileen dengan pelan. Aileen mencoba untuk tersenyum sekalipun saat ini dia kembali merasa tidak nyaman. Seakan ada perasaan yang membuncah di dalam hatinya. Entahlah, bahkan ketika tidak sengaja menatap mata Eros, Aileen merasa ingin menangis seakan ada hal menyedihkan yang coba dijelaskan lewat tatapan mata pria itu. Aileen menarik napasnya dengan pelan. Baiklah, mungkin Aileen sebaiknya tidak menatap mata Eros saat ini. “Anda sendiri yang mengurus perekrutan mereka?” Aileen menganggukkan kepalanya. Apa yang Eros lakukan adalah hal yang masih bisa Aileen maklumi. Semua orang yang ingin menjadi donatur pasti merasa perlu untuk menyelidiki bagaimana seluk beluk yayasan Aileen. Mereka ingin memastikan jika dana yang mereka berikan akan disalurkan dengan tepat kepada orang-orang tanpa kasta. “Benar, saya sendiri. Anda bisa percayakan semuanya kepada saya. Saya sendiri yang akan memastikan jika dana itu akan tersalurkan dengan tepat” Kata Aileen. “Justru anda adalah orang yang membuat saya merasa ragu..” Aileen mengerjapkan matanya. Tunggu dulu, apa yang dikatakan oleh pria itu? Aileen? Dia sedang menuduh Aileen? “Maaf, apa yang anda katakan? Kenapa anda merasa ragu dengan saya?” Tanya Aileen dengan pelan. Saat ini Aileen sedang berusaha untuk menguasai emosinya sendiri. Ya, dia harus tetap tenang. Orang seperti Eros adalah tipe manusia yang tidak bisa diajak bicara dengan emosi. “Saya melihat sendiri bagaimana perlakuan anda kepada saya kemarin. Anda memaki saya dan mengatakan jika saya adalah orang yang menyebabkan anda terjatuh padahal sebenarnya bukan seperti itu kenyataannya. Saya takut jika saya menyerahkan uang kepada orang yang tidak tepat. Anda terlihat tidak bisa mengendalikan emosi, bagaimana jika anda juga tidak bisa mengendalikan diri ketika menerima dana sumbangan dari saya, Nona?” Aileen kehilangan kata-katanya. Astaga, Eros bukan orang pertama yang menyerahkan dana dalam jumlah besar kepada Aileen. Sebelum bertemu dengan Eros, sudah ada ratusan orang yang menjadi donatur Aileen. Aileen kembali menarik napasnya dengan pelan. Benar, Aileen memang akan melakukan apa saja demi bisa mendapatkan dana untuk memberikan bantuan kepada orang tanpa kasta, tapi Aileen tidak akan pernah membiarkan harga dirinya diinjak-injak hanya karena masalah sepele. “Baiklah jika anda merasa tidak percaya dengan saya. Kalaupun anda ingin mengundurkan diri dari acara amal yang akan diselenggarakan oleh yayasan kami, maka anda bisa menghubungi saya atau orang kepercayaan saya. Terima kasih” Kata Aileen sambil bangkit berdiri. Aileen terlalu kesal dengan Eros hingga dia tidak menyadari jika kakinya tersangkut pada kursi yang awalnya dia duduki. Aileen tidak siap dengan keadaan tersebut sehingga dia oleng dan langsung terjatuh di lantai. “Aileen!” Aileen masih terkejut dengan keadaannya, ketika dia mendengar Eros menyebutkan namanya dengan tiba-tiba. Pria itu berjalan dengan cepat untuk menghampiri Aileen lalu berusaha meluruskan kaki Aileen. Eros bahkan bersimpuh di depan Aileen, melepaskan sepatu Aileen dan memijit pergelangan kaki Aileen yang terasa sangat nyeri. Ailen rasa dia terkilir. “Kenapa kamu selalu bertindak ceroboh? Ada apa denganmu, Aileen?” Aileen kembali kehilangan kata-katanya. Aileen ingat dengan jelas jika sejak kemarin, Eros selalu memanggilnya dengan kata ‘nona’, lalu sekarang, kenapa dia memanggil nama Aileen secara langsung? Perlakuan pria itu juga benar-benar berbeda. “Apakah kakimu bisa digerakkan? Apakah masih terasa sakit? Katakan padaku, dimana yang sakit? Astaga, aku akan menghubungi dokter!” Aileen menatap Eros dengan pandangan tidak percaya. Apa yang dilakukan oleh pria itu? “Tolong panggil dokter!” Kata Eros pada alat canggih yang berfungsi untuk menjalankan perintah manusia hanya dengan mendengar suara mereka. “Maaf, perintah tidak dikenali” Alat berbentuk lingkaran yang diletakkan oleh Eros di atas meja menjawab beberapa detik setelah mendengar perintah dari Eros. “Tolong panggil dokter sekarang juga!” Kata Eros sekali lagi. “Memanggil dokter di wilayah terdekat. Dokter akan tiba dalam waktu tiga menit” Alat itu kembali menjawab. “Itu terlalu lama! Panggil dokter terdekat, sialan!” Aileen menatap Eros yang tampak emosi. Kenapa pria itu tampak marah? Tiga menit bukanlah waktu yang lama. “Tuan Eros, saya baik-baik saja. Saya akan baik-baik saja..” Kata Aileen setelah dia berhasil menguasai dirinya dari rasa terkejut. “Tidak, Aileen, kamu selalu mengatakan itu. Kamu selalu mengatakan jika semuanya baik-baik saja padahal tidak seperti itu!” Aileen kembali menatap Eros dengan kebingungan. Apa yang dikatakan oleh pria itu? “Hal-hal yang kukira telah hilang, ternyata kembali dengan cara yang begitu mengejutkan”  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD