KEPUTUSAN YANG MENDADAK ITU

2093 Words
BAB 2| KEPUTUSAN YANG MENDADAK ITU. Sesampai dirumah, aku bergegas masuk kedalam kamarku. Sebelumnya, aku sudah menelisik setiap inci ruangan itu dan tak ada siapapun disana selain diriku sendiri. Ya, seperti yang telah dikatakan oleh Bunda jika wanita itu akan lama pulang dikarenakan sedang melakukan konser. Ayah? Ohh...aku bahkan tak tahu kabar lelaki itu dalam tiga hari ini. Bekerja? Syuting film? Jika itu benar, setidaknya ayah harus memberikan kabar, bukan? Aku sebal melihat ayah. Namun, sebagai seorang anak aku juga harus tetap menghargainya sebagai orang yang lebih tua dariku. Ayah si orang blasteran Paris-Indonesia, memang memiliki kebiasaan yang buruk. Sementara itu, Bunda asli orang Paris menjadi kesal olehnya. "Hufttt....." Aku menghela nafas panjang seraya merebahkan tubuh diatas ranjang yang empuk. Kupejamkan sejenak kedua mataku dan mulai menenangkan kondisi hati. "Hari ini sungguh melelahkan!" Gumamku pelan. Ketika aku sudah mulai tertidur, tiba-tiba saja ada bunyi deringan dari arah nakas. Aku mendongak, ternyata itu bunyi dari ponselku! Kuraih benda pipih itu, memperhatikan sejenak nama sipemanggil. Ternyata itu dari Tessa! Aku menggeser tombol hijau tanda menerima panggilan. "Hmm?" Jawabku sedikit melow dan tak bersemangat. ".........." "Aishhh...sorry..sorryy gais! Really, I forget about we're promise!" Sontak aku membelalakkan mata. Aku baru ingat jika kami ada janji. Dengan tergesa-gesa, aku segera bangkit dari per- baringan dan menuju kamar mandi. Secepat kilat, aku membersihkan tubuh. Tak lupa, sebelumnya aku sudah mengambil pakaianku dari walk in closet . Ya, meski tak terlalu besar, namun semua keperluanku muat disana. Aku keluar dari kamar mandi, mengenakan sebuah pakaian hoddie polos. Sweater ala Korea berwarna putih dengan corak yang polos tapi unik, meski agak kependekan. Dan aku mengenakan celana berwarna hitam, tas selempang berwarna silver, dan sepatu sport. Yah, penampilan ku juga bisa dikatakan penampilan ala kasual. Begitu keluar dari rumah, nampak dua sosok manusiawi yang tengah duduk dikursi taman. Aku melihat sekilas mobil Melaren berwarna kuning, tengah terparkir dengan mewah didekat pagar. Ya, tak mungkin mobil itu melintasi dengan sembarangan rumput-rumput manis yang menghiasai pekarangan rumah yang bernuansa megah itu. Ya, begitulah rata-rata bangunan dieropa. Berwarna putih campur silver, membuatnya semakin megah karena tampangan klasiknya. Aku menghampiri kedua sahabatku. Nampak David mengenakan sweater hitam, lengan panjang, serta berkerah. Celana jeans yang senada dengan warna bajunya, kacamata gaya berwarna hitam, serta rambut pirang ala kehitaman itu ditata dengan rapi. Sungguh! Aku semakin terpesona melihat penampilan David. Sementara itu, nampak Tessa mengenakan pakaian kasual ala Korea. Ya begitulah, dia semakin tergila-gila juga untuk mencoba setiap branded yang sedang trend dan sering dikenakan oleh para actor pemain film drakor ataupun drachin. Bagus juga, sih! Karena aku juga sering mengenakan pakaian kasual ala Korea. "Wihhhh...hmmm...hmmm...!! Keknya gue salah milih tempat, ya? Gue mah jadi nyamuk pengganggu disini, ganggu kemesraan dua insan aja!" Ledek Tessa berpura-pura untuk batuk yang sengaja dikeraskan. "Diam aja lu?! Lebih baik kita, berangkat. Ntar baliknya lebih cepat!" Ucapku menyela, sebelum topik yang dibahas oleh manusia bar-bar itu semakin melayang kepermukaan planet luar. David hanya mengangguk dan berdeham pelan, mengusir kecanggungan yang tiba-tiba datang mendera. Ia menarik lembut tangan ku dan menuntunku dengan perlahan. Sementara itu, Tessa sengaja mencepatkan langkahnya dan segera duduk dikursi belakang. "Princess bule bakal lewat, nihh!" Ujar Tessa meledek. "Ya kali, Tes? Kita sama-sama orang barat, ehh cuma gue yang dibilang orang bule!" Cibirku seraya duduk dikursi depan, begitu juga dengan David yang segera duduk dikursi kemudi sebelah kiri. "Are you ready?" Seru David yang sudah menyalakkan mesin dan membuka atap mobil. "Yes! Let's goo!!" Sahut ku dan Tessa dengan antusias dan tak kalah keras. Mobil kamipun melaju menuju tempat yang akan dituju, meninggalkan bangunan megah bernuansa Eropa itu. **** "Ahhh...fotoin gue dulu dong, Tes!" Ujarku seraya memberikan ponsel iPhone milikku. "Gausah, Ran! Gue dah bawa kamera, lebih bagus tuh dari kamera ponsel!" Ucap Tessa seraya menunjukkan kamera yang sedang ia genggam. Aku mendongak dan mengangguk pasrah "yodah! Fotoin gue dong!" pintaku yang sudah mulai membuat berbagai gaya. Dengan latar belakang, Menara Eiffel (Eiffel tower). Usai kami dinner direstaurant dekat Menara tadi, kami memutuskan untuk berkunjung ke Menara Eiffel terlebih dahulu. Ya, semua yang dibeli Tessa sekarang uangnya berasal dariku. Sesuai janji, bukan? Dan janji harus ditepati. Cukup lama kami di Menara itu, akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang. Dan tak lupa, kami juga membawa cemilan-cemilan dan beberapa makanan. **** "See you, tomorrow guys!" Ujarku melambaikan tangan. Yang dibalas dengan suara seruan juga dan lambaian tangan. Aku menatap mobil David yang perlahan mulai menjauh, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk masuk kerumah. Aku menenteng tasku yang berisi cemilan. Namun, disaat aku hendak menapakkan kaki ditangga menuju kamar, aku justru mendengar suara kegaduhan yang berasal dari ruang makan. Aku sedikit penasaran 'siapa disana? perasaan kaya ada yang berantem aja' batinku. Alangkah kagetnya, aku ketika mendapati dua sosok manusia yang tengah beradu dimeja makan. Aku menoleh kearah sang Ayah yang nampaknya seperti abis baru marah, sementara Bunda sepertinya sedang menahan sesuatu. Aku berjalan mendekat "Ayah, Bun?" sapaku. Kedua manusia itu segera menoleh kearah ku "Ihoo,Ran?" Tanya keduanya berbarengan. "Iya, Ran Sera pulang nih! Mau cemilan, kagak? Tapi, ada apa sebenarnya yang terjadi?" tanyaku penuh selidik. "Ahh..ayah udah lelah jadi mau istirahat dulu!" tiba-tiba Ayah langsung beranjak pergi sebelum aku sempat mencegahnya. "Ran, Bunda mau bilangan sesuatu! Jangan dibantah!" Bunda mentapku dengan lekat dan serius. Sepertinya ini adalah hal penting! Pikirku. "Ada apa, Bun?" aku balas menjawab dengan sorot mata yang penuh selidik dan penasaran. "Besok kita bakal pindah ke Indonesia. Surat pindah kamu udah diurus sama Ayah. Besok ga usah lagi pergi sekolah, because we will go tomorrow!" tutur Bunda. Sontak membuatku terkejut. Otakku mulai melayang jauh, menerka-nerka apa yang sedang terjadi hingga membuat keputusan tiba-tiba ini terjadi begitu saja? "Whatt???? Bunda pasti bercandakan? Masa sih harus pindah? Apa yang kurang coba kalo kita tetap disini?" protes ku. Jujur saja! Aku tak sanggup untuk meninggalkan kedua sahabatku. Mereka adalah bagian dari hidupku. "Bunda ga bercanda, Ran! Kita bakal tinggal nanti disana. Dirumah nenek!" Bunda kembali menjelaskan, dan itu membuatku semakin tak terima. "Coba kasih dulu deh Bun, penjelasannya kenapa kita mesti harus pindah? Dan harus tinggal dirumah nenek?" pintaku meminta penjelasan yang lebih detail. "Tidak ada alasan, dan tak ada yang boleh membantah. Besok kita akan pindah, sesuai keputusan ayah!" Bunda kembali berujar. "Fine..fine!! I know that! But, jikalaupun kita harus pindah kenapa mesti ke Indonesia? Bunda tau kan aku gak suka kesana. Terakhir kali aku pergi kesana ketika nenek berpulang , bukan? Formalitas pendidikan lebih tinggi dinegara Eropa, apa Bunda juga harus pindah karier kerja nanti?. Yakali, kita bisa pindah tapi ga juga harus kesana. Dan, perpindahan ini artinya perpisahan ku untuk David dan juga Tessa?" lirihku dengan nada sendu. "What you say, is true, honey!" Tapi mohon untuk kali ini, kabulkan permohonan Bunda. Ini keputusan Ayah!" lirih Bunda dengan tatapan penuh harap. Membuatku benar-benar tak tega. "Hmm....demi Bunda bakal Ran turutin, deh!" ucapku pasrah dengan hati yang masih berat. "Thankyou, honey!" ujar Bunda tulus seraya membelai kepalaku dengan lembut. "Ehh...iya Bun, kalo gitu Ran mau pergi kerumah Tessa sama Paman Hendon, okey? Kan besok kita bakal berangkat, jadi sekalian ngasih tahu!" Tukasku yang tiba-tiba teringat kepada kedua sahabatku itu. "Yodah! Besok kita bakal berangkat pukul 10.30 a.m, jadi gapapa kalo misal kamu nginap dirumah Paman! Bunda aja yang bakal ngemas barang-barang kamu!" tulus Bunda menatapku dengan sendu. Ya, Bunda masih saja cantik. Bagaikan actor dari pemain film drachin, yang sering ditunjukkan oleh Tessa padaku. "Ohh..onghay deh kalo gitu. Ran bakal nginap disana. Pamit ya Bund?" pamit ku seraya memakai topi berwarna hitam, kacamata, dan juga masker. Ya, malam ini sangat dingin. Aku juga membawa beberapa kebutuhan yang mungkin akan aku butuhkan, nanti. "Careful, Ran!" ujar Bunda. Aku segera masuk kemobil Porsche ku dan mulai melajukan mobilku menuju kompleks perumahan Paman Hendon, siketua FBI. **** Dingg....dongg Aku menekan tombol bel dipintu masuk rumah megah itu. Bernuansa Eropa hampir sama dengan bangunan rumah kami. Tak berapa lama, pintupun dibuka. Muncul sosok David yang masih memakai pakaian nya yang tadi. Mungkin ia belum berganti pakaian, kali? "Ihoo.. Ran? Kok datang ga bilang-bilang, sih?" David mengikutiku yang mulai masuk kedalalm rumah mewah itu , usai mengunci pintu kembali. "Apa gue itu seleb atau orang penting, heh?" jawabku ketus dan segera duduk disofa yang empuk. "Hmm...ga biasa kali!" balas David ikut duduk di sebelahku. "Ehh, Dav...paman sama.bibi dimana, ya? apa mereka sudah tidur?" tanyaku celingak-celinguk kesana-kemari mencari sosok itu. "Paman dan bibi pergi keluar kota tadi sore. Ada masalah diperusahaannya!" jelas David mulai meletakkan sewadah cemilan dimeja. Aku hanya menanggapinya dengan ber-oh riah seraya memasukkan cemilan itu kemulut. Mengunyahnya dengan perlahan dan menghela nafas berat. "Pelan-pelan dong yang makannya!" Tegur David dan hendak menyeka serpihan cemilan yang lengket dibibirku. Namun, dengan sigap kutepis tangan pria itu dengan kasar. Aku mengambil tissue yang tersedia diatas meja yang sama dan menyeka mulutku menggunakan benda lembut itu. "Awwwhhh...sakit tau!" ringis David memegang permukaan tangannya yang tadi kutepis. Aku hanya memutar bola mata jengah dan mencebikkan bibir, merasa kesal "makanya udah tahu, masih aja megang-megang bibir orang!" "Btw, kok lu belum ganti tuh baju?" tanyaku sembari menunjuk sweater pria tampan itu. "I'm so lazy! Trus, lu sendiri kok belum?" kini David yang balik menanyaiku. "I have the long story!" ujarku malas. "Cerita? Apa paman Erick mabuk, tadi?" tany David dengan hati-hati. "Nope!!! Bukan mabuk, tapi gaduh! Abis nyampe rumah, mau kekamar ehh...malah denger suara gaduh!" jelasku membenarkan. David mengeryit"Gaduh gara-gara, apa?" Aku hanya terkekeh "udah deh ntar lu jadi kepo juga! Dav, gue bakal pindah sekolah sama pindah tempat tinggal. Kami bakal pindah ke Indo tomorrow!" jelasku. David hanya tersenyum geli "canda harus punya batas juga, Ran!" ujarnya geli. Aku hanya tersenyum menyahuti kekehan David "nahkan, lu juga yang ga percaya!" Ucapanku barusan ternyata membuat David segera menghentikan kekehannya. Kini ia balik menatap wajahku dengan lekat "serius, lu mau pindah besok?" tanyanya mempelototiku. Aku hanya tersenyum simpul dan mengangguk "yeah" "Okey, okey, gue percaya ini. Trus apa alasannya? Siapa yang buat keputusan ini?" Tanya Davis tanpa jeda. "Yang buat keputusannya ayah gue. Itu penyebabnya kenapa baru nyampe tadi, gue udah denger suara gaduh dari ayah dan Bunda dan ternyata membahas masalah ini. Trus buat alasannya! nah, itu yang ga gue tahu. Bunda aja ga mau ngasih tahu, dan cuma bilang biar gue ga bantah!" jelasku. David nampak mulai berpikir, sedetik kemudian kembali menatap wajahku dengan lekat "apa artinya ku bakal ninggalin kita?" lirihnya. "Hmm... gitu tuh konsekuensinya. Tapi gue juga ga tahan liat Bunda harus sedih. Udah deh, pokoknya besok gue bakal berangkat. Dan sekarang gue mau tidur! kamar gue yang disini masih bersih kan, Dav?" ujarku seraya berdiri dan melangkah menuju sebuah ruang, yakni kamar. Itu khusus kamar pribadiku yang diberikan oleh paman Hendon jika aku menginap dirumah megah bak istana ini. David tak menggubris. Ia malah frustasi sendiri. Tentu saja! bagaimana seorang David mampu jauh dari seoang Ran Sera? **** "Ran, lu jahat! Ga bilangin ini dari semalam! Huaa....mau nangis nih!" protes Tessa dan berpura-pura menangis. "Sorry, abis semalam gue masih kesal!" ujarku. "Ran, jangan dilupain kita-kita deh!" ujar Tessa menatap sendu kearah ku. "Gue ga ngira kita bakal utuh sampe gede, sampe kuliah, kerja! ehh..malah Ran sendiri yang pergi!" cibir Tessa. "Tenang aja! kalo ada pekan, gue bakal datang kesini kok! Gue janji!" janjiku menggenggam kedua tangan sahabatku itu. "Hurry up, Ran! Penerbangan kita bakal mulai!" nasehat Bunda melirik kearah ku. "Wait...wait!" Ujarku berteriak. Aku memeluk Tessa dan juga David dengan erat "gue ga bakal pernah lupain kalian berdua! Ingat, kota Model adalah negara kenangan kita sekaligus tempat tinggal kita. Setiap pekan, gue bakal kesini!" ujarku mengeratkan pelukan. Dan tanpa kusadari, setetes air mata telah lolos jatuh dari pelupuk mataku. "Udah deh! Jangan nangis! kalo kalian masih nangis, gue bakal ikut nangis!" ujarku melepaskan pelukan dari kedua sahabatku. Tessa hanya tersenyum getir "Abis sedih tahu! Kalo gini gue jadi keinget adegan, dimana tok..-" "Udah deh! gue bosan, abis lu selalu nyamain setiap adegan kita kefilm yang lu tonton!" ucapku menyela. Kini Tessa hanya merespon ku dengan cengiran seraya menggaruk tengkuknya. Ia mulai beralih menatap pemandangan yang lain. Dan disitu pula, ada sebuah benda yang menyangkut dileherku. Aku menunduk, menatap leherku yang putih. Kalung! Ya itulah benda yang barusan terpasang itu. Siapa yang memasangkannya? pikirku. Aku beralih, mendongak kebelakang. Ku dapati David segera memelukku "itu sebagai tanda perpisahan kita, Ran! Selalu hubungi kita, terutama gue!" pintanya mulai melepaskan pelukan. Dikala, Bunda kembali muncul memberitahukan bahwa penerbangan sudah dimulai "okey, see on later!" aku melambaikan tangan dan berlari menyusul my parents. Aku bisa melihat Tessa dan David saling melambaikan tangan. Aku hanya berharap, bahwa suatu saat nanti kami bisa bersama lagi. Kini, waktunya untuk berpindah negara, sekolah, dan yang lainnya. Mari mulai hidup baru! Perjalanan menuju Indo!! Let's go!!!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD