Setelah kejadian di makam ayah Leo, Layla mendiamkan pemuda itu dan fokus pada pekerjaan nya. Sekarang mereka berada dalam pesawat kembali ke New York. Leo sudah menjelaskan semua nya tentang siapa gadis itu, namun wanita sekelas Layla jika sedang kacau, jangankan menyahut dan membalas perkataan orang, bergeming saja tidak. Leo senang Layla memperlihatkan kecemburuan nya secara terang-terangan, lagipula untuk berpaling dari Layla tak pernah terlintas di benak nya. Tetap saja, ia merasa bersalah tak menolak pelukan sang sahabat. Leo melempar tatapan nya pada sosok perempuan yang telah membuat dirinya seakan gila jika tak bercengkrama walau sedetik pun. Toeng… Satu colekan, dua colekan, tiga… Leo menunduk cepat ketika mendapat lirikan tajam dari Layla. Wajah imut nan mungil perempuan itu