Tiga minggu ini Mala sudah terbiasa tidur tanpa ditemani anak-anaknya. Mala sudah merelakan semua yang terjadi dalam hidupnya. Seperti hari-hari sebelumnya, dia bekerja rajin seperti biasanya. Yang sangat menggembirakannya, sudah tiga minggu berturut-turut Sherly memberikan amplop tebal berisi uang hasil penjualan kue-kue buatannya yang Sherly jajakan di kampusnya.
Sherly pun turut senang, karena Mala tidak segan-segan memberinya upah yang cukup banyak. Bu Fika juga senang melihat kerjasama yang baik antara Mala dan anak bungsunya. Meski kue-kuenya sendiri tidak terlalu laku dijual, Bu Fika tidak serta merta iri hati dan kecewa. Dia malah senang bisa meringankan beban pikiran tetangganya yang janda itu.
Tapi ada yang membuat Mala galau di tengah-tengah ketenangannya. Dia kini sedang menunggu tamu bulanannya datang. Mala memang tetap beraktifitas biasa dan memakan makanan yang menurutnya bisa segera mendatangkan tamu bulanannya. Namun sepertinya dia ragu jika usahanya membuahkan hasil.
Apalagi setiap datang ke kantor dan bekerja, dia masih sering melihat pria itu. Hanya tatapan datar dan dingin yang dia dapatkan dari sosok gagah itu. Kadang ada perasaan yang berkecamuk jika dia membayangkan dirinya mengandung anak dari benih yang ditanam pria itu, kadang ada pula keyakinan bahwa dirinya tidak akan mengandung. Keyakinan ini yang memberinya semangat untuk melupakan kejadian malam itu.
Mala tidak berani membeli test pack untuk mengakhiri keraguannya. Karena dia sangat takut jika dirinya dinyatakan mengandung. Dia belum siap menghadapi kenyataan itu.
***
Sudah beberapa minggu ini Usi terlihat semangat setiap kali datang bekerja. Perempuan beranak satu itu terkadang bersenandung riang jika datang waktu makan siang. Tidak seperti minggu-minggu sebelumnya, dia selalu datang dengan wajah tertekuk dan keluhan-keluhan pun meluncur deras dari kerongkongannya yang terkadang membuat Risa muak. Sekarang tidak ada lagi keluhan-keluhan itu. Tapi entah kenapa, sikap Usi tetap saja membuat Risa sebal di siang ini.
"Heh! Mentang udah bersih tuh kandang. Nyanyi-nyanyi nggak jelas. Suara lu bikin butek otak gue," sergah Risa dengan tatapan irinya. Bagaimana dia tidak iri, Usi sekarang sering mendapatkan tips lebih dari Damian, karena betah membersihkan ruangannya dalam setidaknya di dua bulan terakhir ini. Yang menyebalkan, Usi tidak pernah berbagi tips. Usi pelit, pikir Risa.
"Yaiyalaaah, Ris. Nih..., bulan ini aja hampir sejuta tips gue dari meja Damian. Hm..., lumayaaan," ucap Usi dengan wajah senangnya. Dia kipas-kipas lehernya dengan tangannya. Mala yang duduk di atas meja makan menggeleng tertawa melihat dua temannya yang memang sering adu debat. Dia mainkan dua kakinya karena ikut senang dengan keadaan Usi sekarang. Usi bercerita bahwa sudah hampir sebulan ini dia tidak lagi menemukan benda-benda menjijikkan di ruang kerja Damian. Ruang Damian sekarang sudah bersih, rapi dan wangi. Meskipun begitu, Usi tambah semangat bekerja, dia kreatifkan pekerjaannya dengan memberi wewangian khusus dan tetap mengawasi debu-debu yang ada di segala perabotan yang ada di dalam ruangan si penguasa gedung itu. Hasilnya, ada banyak tips yang dia dapatkan dari Damian.
"Berubah ya si PK," gumam Risa kagum.
"Iya sih. Denger-denger dari Bu Ajeng, dia sedang dijodohin dengan anak sahabat mamanya."
Bibir Risa mencebik. "Haha..., ternyata anak mami juga. Gue kira beneran single fighter. Fix, bukan idaman gue..."
"Gue nggak peduli. Mau anak mami, anak jalanan, anak nggak jelas..., yang penting tips gue jalan terooosss..."
Mala ikut tertawa.
"Ape nyengir-nyengir lu, La..." sergah Risa. "Turun lu dari meja. Duduk di meja makan. Nakal juga nih jendes," rutuk Risa.
Usi senyum-senyum melihat tingkah Mala yang sekarang berubah sedikit tidak sopan.
"Mala sekarang udah berani nakal-nakal nih. Udah lu sekarang open BO gih. Masih kenceng badan lu..."
"Ih. Apaan sih, Risa. Giliran kamulah. Aku udah, Usi sudah punya anak satu."
Risa terdiam.
"Iya ya..., cariin dong. Gue bingung. Dulu gue pernah diajak kawin sama seseorang. Tapi rupanya laki orang..." keluh Risa. Bukannya sedih, Mala dan Usi malah menertawakannya. Dan Risa juga ikut menertawakan nasibnya.
"Gitu dong. Sekali-kali pikirin nasib diri sendiri. Jangan mikirin nasib si Mala. Dia mah udah sial. Jadi sudah waktunya lu mikirin nasib diri lu supaya nggak sesial si Mala..." timpal Usi sambil memainkan paha ayam yang tengah dia santap sambil menunjuk-nunjuk Mala. Mala hanya tersenyum simpul mendengar ocehannya.
"Nah, biar pada ikut beruntung nih. Malam ini gue traktir lu lu semua..."
***
Semalam setelah pulang dari tempat kerja, Mala memutuskan untuk pergi ke apotik yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Mala malam itu akhirnya memutuskan untuk membeli test pack dua puluh ribuan. Mala ingin menghentikan segala keraguannya sejak bergumul dengan pria bernama Damian. Semalam, Mala sudah berpikir matang-matang dengan segala resiko yang akan dia hadapi. Mala pasrah, karena seharusnya dia sudah datang bulan. Tapi sudah satu minggu dia belum mendapatkannya.
Sudah berbagai makanan yang dia konsumsi agar cepat datang bulan, tapi tetap saja, tamu yang dia harap-harap tidak kunjung tiba.
Pagi ini, Mala bangun sangat awal. Dia tidak membuat kue seperti biasanya. Karena semalam lelah bekerja.
Mala bergegas menuju kamar mandi dengan membawa mangkuk kecil untuk menampung air seninya.
Kini Mala sudah jongkok di atas toilet sambil menampung air kencingnya ke dalam mangkuk kecil. Perasaannya gamang pagi ini. Apa boleh buat, semua sudah terjadi. Dia harus menanggung resikonya.
Setelah dia rasakan air kencingnya cukup untuk dicelupkan test pack, Mala tidak serta merta membersihkan miliknya. Dia langsung mencelupkan test pack ke dalam air seni yang sudah tertampung di dalam mangkuk kecil.
Sambil duduk jongkok, Mala menunggu hasil test pack.
Sekitar dua menit kemudian, barulah garis terlihat di test pack tersebut.
Mala tersenyum senang. Rasanya ingin menjerit. Hanya satu garis yang jelas terlihat.
Mala cepat-cepat mencuci miliknya dengan rasa senang.
Tapi...
Tiba-tiba Mala ingin memastikan lagi. Dia raih kembali test pack yang sudah lumayan kering.
Mala terkesiap. Ada garis kedua yang samar-samar terlihat.
_______