Zombie 8 - Profesor Felix is Missing

2243 Words
Zombie 8 - Profesor Felix is Missing Keluar rumah di saat situasi genting seperti ini. Memang bukan ide yang bagus. Karena bila tidak berhati-hati. Sama saja kita dengan menggali kuburan sendiri. Karena banyak mayat hidup yang berkeliaran, yang biasa di sebut zombie. Mereka akan memakan setiap manusia yang ada dihadapannya. Jika manusia berkeliaran di hadapan mereka. Sama saja manusia itu akan menjadi sasaran empuk mereka. Zombie itu semakin bertambah setiap harinya. Penyebaran virusnya lebih cepat dari penyakit apapun. Jika ya, ini sabotase orang dalam dari tim profesor, itu samua keterlaluan. Sabotasenya membuat kota hancur. Membuat para pekerja tidak bisa pergi kerja ke kantor. Memuat anak-anak sekolah terpaksa berhenti sekolah. Membuat semua orang juga enggan pergi kemanapun. Bahkan orang sakit juga tidak mau pergi ke rumah sakit, karena jika berkeliaran di jalan. Sudah pasti akan ada zombie yang siap menerkam, memakan mereka tanpa ampun. Xavier dan Mark sampai di rumah profesor Felix. Mereka langsung mencari keberadaan profesor Felix. Dari mulai ruang tamu sampai kamar-kamar dan juga sampai mencari ke lantai dua rumah profesor. Namun, tidak ada hasilnya. Rumahnya telihat sangat berantakan seperti sudah dirampok oleh kawanan orang. Namun, Xavier dan Mark sudah tahu. Pasti semua ini bukan ulah manusia. Pasti ulah para zombie yang masuk tanpa permisi. Seperti mereka masuk ke dalam rumah Xavier. "Profesor Felix menghilang! Kita harus bagaimana Xavier? Hanya profesor Felix yang bisa membantu kita untuk menemukan vaksin virus zombie," ujar Mark kesal karena ia tidak menemukan keberadaan profesor Felix. "Tenang lah! Gue tahu kenapa profesor Felix pergi dari rumah. Para zombie pasti sudah mulai masuk ke rumah profesor Felix. Beliau harus bertahan hidup, jadi lebih baik meninggalkan rumah. Untuk menghindari kejaran Zombie. Di rumah gue juga udah enggak aman kan?" Terka Xavier mencoba lebih tenang dari Mark. Kalau keduanya panik. Pasti mereka tidak akan berpikir lebih jernih. Kemungkinan benar dugaan Xavier. Rumah profesor Felix sangat acak-acakan. Sudah pasti zombie masuk kedalam rumahnya dan menghabisi keluarga profesor Felix. Mereka masih berharap profesor Felix tetap hidup. Belum ada tanda-tanda ada zombie di dalam rumah profesor Felix. Namun, mereka tetap harus hati-hati. Katena zombie bisa ada dimana-mana. "Oke. Dugaan elo masuk akal. Lalu kita mau ke mana?" Tanya Mark, dia benar-benar bingung harus pergi kemana lagi mereka. Sepertinya saat ini memang tidak ada tempat yang aman. "Laboratorium, kita cari profesor Felix di laboratorium tempat kita bekerja. Siapa tahu beliau mengambil ekstrak dan beberapa chemical untuk di uji cobakan. Elo tahu kan profesor Felix paling cepat bergerak untuk menemukan vaksin penyakit langka. Coba kita kesana saja. Tapi ingat elo harus tetap waspada. Karena gue enggak selamanya menolong elo," saran Xavier. Kalau Xavier jadi profesor Felix, Xavier juga akan melakukan hal yang sama. Xavier akan segera pergi ke laboratorium untuk mengambil chemical dan beberapa ekstrak. Hanya dengan itu mereka bisa menemukan vaksin dari wabah ini. Memang hanya di laboratorium, kita bisa menemukan bahan-bahan untuk uji coba vaksin. Mereka harus cepat bergegas ke sana. Sebelum larut malam. Karena di malam hari para zombie biasanya akan semakin banyak dan sangat agresif. Apalagi mendengar suara. Seperti suara tembakan pistol atau suara kencang lainnya. Hal itu akan memicu mereka ke arah suara yang di timbulkan. Mereka akan berkumpul pada satu titik. Makanya kalau ingin keluar lebih baik di siang hari, dibandingkan di malam hari. Malam hari resikonya telalu tinggi. Xavier dan Mark kembali ke mobil. Mereka harus cepat sampai di laboratorium. Jarak dari rumah profesor Felix ke laboratorium sedikit lumayan jauh. Jadi Xavier harus sedikit ngebut agar cepat sampai. Setidaknya mereka bisa bermalam di laboratorium, jika terlanjur kemalaman. Semoga saja di laboratorium tidak banyak kerumunan Zombie. Sesampainya di depan laboratorium, mereka langsung masuk ke dalam. Keadaan laboratorium sangat kacau, banyak bahan extrak yang bertumpahan dan juga mungin ada chemical yang tidak tahu isi kandungannya apa saja. Mereka harus hati-hati. Karena bisa saja dari zat kimia yang berserakan. Mengandung bahan yang bisa membakar kulit. Xavier dan Mark mulai mengitari Laboratorium. Harapan mereka semoga saja profesor Felix ada di laboratorium. Bahan Kimia adalah berbagai sifat bahan kimia pada hakekatnya telah menjadi bagian dari kehidupan kita, bahkan tanpa kita sadari bahwa makanan yang kita makan itu juga mengandung berbagai bentuk bahan kimia. Memanglah diakui tidak selalu bahan kimia itu negatif dan beracun karena setiap bahan kimia memiliki sifat dan fungsi yang berbeda sesuai dengan aplikasinya. Tetapi yang pasti, dalam penerapan kimia bahan-bahan kimia sering digunakan sebagai reagen untuk reaksi tertentu. Segala sesuatu yang bisa dihirup, dilihat dan disentuh semua terbuat dan tersusun oleh bahan kimia. Atas dasar inilah semua materi, termasuk penyusun tubuh manusia juga terbuat dari bahan kimia. Misalnya saja dalam hal ini seperti unsur atom menjadi bagian terkecil dari struktur bahan kimia yang menyusun segala materi tersebut. Bahan kimia adalah zat murni ataupun campuran yang tersusun atas beragam element-element kimiawi. Misalnya, air yang juga merupakan bahan kimia menjadi bahan kimia murni karena homogen atau hanya terdiri dari satu jenis bahan saja yaitu seluruh strukturnya hanya terdapat molekul H2. "Xavier hati-hati. Banyak tumpahan chemical. Jangan sampai elo menginjak atau terkena campuran chemical itu. Bisa bahaya," Mark memberi peringatan. "Iya gue tahu. Sayang banget nih banyak chemical dan ekstrak yang tebuang sia-sia. Sudah pasti perusahaan rugi besar. Duh sempat-sempatnya gue mikir kayak gitu. Semuanya pasti rugi besar karena wabah ini. Kerugian mereka sudah tidak bisa dihitung lagi," oceh Xavier. "Siapa perduli dengan kerugian. Seperti yang elo bilang. Saat ini nyawa kita yang penting. Bahkan sekarang uang dan hukum saja udah enggak berlaku. Zombie enggak butuh uang sama hukum kan?" Tandas Mark. "Ya sudah kita cepat cari profesor Felix. Siapa tahu beliau bersembunyi di suatu tempat di laboratorium ini. Kita harus bergerak cepat. Ayo! Ayo!" Ajak Xavier. Kemudian Mark dan Xavier kembali mencari keberadaan profesor Felix. Kemana orang-orang bersembunyi? Laboratorium ini benar-benar seperti kapal pecah. Mereka pasti masih ada di rumah mereka masing-masing saat kejadian ini berlangsung. Memang kejadiannya terjadi saat malam hari pastinya. Dan virus itu semakin menyebar di pagi hari. Xavier terus berpikir keras. Apa yang sebetulnya terjadi? Chemical apa yang tercampur sampai-sampai membentuk virus yang membuat orang saling memakan satu sama lain. Terakhir virus yang Xavier temukan bersama profesor Felix adalah virus yang katanya di dalam darah si korban ada bulu beruang. Sungguh semakin aneh-aneh saja virus yang beredar. Sekarang virus zombie. Yang benar-benar tidak masuk akal. Dalam satu jenis kasus virus penyakit langka saja. Harus melalui beberapa percobaan yang sangat panjang. Paling cepat, jika beruntung. Mereka bisa menemukan dalam hitungan bulan. Namun, jika terus terusan gagal. Bisa sampai bertahun-tahun tidak ditemukan vaksinnya. Seperti penyakitnya ibunya Xavier. Sampai saat ini mereka belum bisa menemukan vaksinnya. ********** Seharian sudah mereka menelusuri keberadaan profesor Felix di laboratorium. Namun, yang di cari belum menampakan batang hidungnya. Sepertinya profesor Felix sempat ke laboratorium. Karena mereka menemukan beberapa bahan chemical dan ekstrak menghilang dari gudang penyimpanan. Tidak mungkin kan para zombie bisa masuk ke gudang penyimpanan bahan kimia tanpa kunci dari karyawan laboratorium. Zombie hanya menabrak yang ada dihadapan mereka. Kalau untuk membuka pintu, apalagi memakai sensor kartu. Hanya karyawan laboratorium yang bisa membuka gudang penyimpanan. Pastinya itu profesor Felix. Matahari sudah mulai terbenam, itu artinya Xavier dan Mark tidak bisa keluar lagi. Mereka tidak mau mengambil resiko terlalu besar. Hidupnya sangat berharga saat ini. Karena diluar sana akan lebih berbahaya. Mungkin saja para zombie akan berkeliaran di depan laboratorium. Mereka langsung masuk ke dalam gudang penyimpanan bahan kimia. Untung saja Xavier membawa dompetnya. Didalamnya ada id card keanggotaan laboratorium. Ternyata berguna juga isi dompetnya. "Kita bermalam di sini aja. Lebih bagus memang bersembunyi di gudang penyimpanan. Supaya Zombie tidak bisa mencium darah kita. Dan kalau kita bersembunyi di dalam gudang. Kunci otomatis yang hanya bisa di buka oleh kartu karyawan. Akan membuat kita menjadi aman," jelas Xavier. "Ya, gue ikut elo aja. Gue juga belum mau jadi zombie malam ini. Besok baru kita cari lagi keberadaan profesor Felix," Mark mengiakan perkataan Xavier. Tidak ada jalan lain selain menurut. Rasanya rindu juga pada pekerjaannya. Meracik chemical dan ekstrak bahan-bahan alami. Mengerjakan vaksin untuk beberapa penyakit langka bersama profesor Felix. Semua itu kacau karena serangan zombie yang entah datang dari mana. Mereka sebagai ilmuan merasa bertanggung jawab. Untuk bisa menemukan vaksin virus Zombie yang benar mengacaukan kota Troxbo. Jika memang virus ini cepat menyebar. Mungkin saja bukan hanya kita Troxbo yang kena. Bisa jadi manusia seluruh dunia akan menjadi zombie. Dan manusia akan di ambang kepunahan. Xavier kembali mengecek gudang penyimpanan laboratorium. Di gudang ini kondisinya lebih baik dari diluar sana. Hanya memang ada beberapa chemical dan ekstrak yang hilang. Xavier tahu, karena biasanya di gudang penyimpanan. Menyimpan chemical dan ekstrak itu secara berurutan. Dalam wadah yang berisikan chemical atau ekstrak biasanya si pembuat akan mencantumkan tanggal pembuatannya dan nama si pembuat. Agar lebih mempermudah di cari ketika dibutuhkan. Saat Xavier mengeceknya memang kebanyakan chemical yang profesor Felix yang hilang. Otak Xavier terus berpikir. Sekarang yang Xavier pikiran di mana profesor Felix bersembunyi. Atau mungkin profesor Felix sudah menjadi zombie? Xavier buru-buru menggubris semua pikiran itu. Xavier tidak akan berhenti mencari Professor Felix. Kalaupun kemungkinan terburuknya profesor Felix telah menjadi zombie. Xavier ingin lihat sendiri zombienya profesor Felix. Saat Xavier kembali ke tempat Mark berada. Mark sudah tertidur dengan pulasnya. Mark memang bisa tidur dimana saja. Dalam kondisi apapun. Tidur sambil berdiri saja, Mark bisa melakukan semuanya. Xavier sedikit kesal, bisa-bisa Mark tidur saat seperti ini. Namun, Xavier juga harus memaklumi Mark. Tubuhnya pasti lelah setelah seharian mencari profesor Felix. Ditambah lagi harus melawan rasa takutnya selama diperjalanan. Mereka melihat banyak zombie dimana-mana. Itu adalah ancaman terbesar mereka. Berbeda dengan Xavier yang telinganya memang sensitif. Ada suara sedikit saja langsung Xavier dengar. Bahkan saat dalam kondisi tidur. Xavier tidak akan bisa tidur dalam kondisi berisik. Xavier baru bisa benar-benar tidur kalau suasananya sepi senyap. Untung saja mereka bisa sampai ke laboratorium dengan selamat. Keberuntungan masih milik mereka. Xavier tersenyum melihat dengkuran Mark. Dulu saat Xavier masih kecil. Mark dan Xavier sempat satu kamar. Xavier selalu mengeluh soal denguran Mark yang sangat berisik. Xavier sampai sakit karena setiap malam tidak bisa tidur nyenyak akibat dengkuran yang di timbulkan Mark. Jimmy yang melihat hal itu sangat kasihan pada Xavier. Jadi Jimmy memutuskan untuk memisahkan mereka berdua. Xavier pindah ke kamar barunya. Meskipun usianya saat itu masih kecil. Xavier saat itu memang diberikan pilihan. "Kamu mau tidur sendirian atau mau tidur sama ayah?" Tanya Jimmy. "Tidur sendirian saja ayah. Lagian di rumah ini banyak kan kamarnya," sahut Xavier kecil. "Yakin kamu sudah berani tidur sendirian?" Tanya Jimmy lagi. Rasanya tidak tega membiarkan Xavier tidur sendirian. Tapi lebih enggak tega lagi kalau terus-terusan tidur bersama Mark. "Iya, kayak yang berani aja tidur sendirian," sindir Mark. "Berani dong. Dari pada harus mendengarkan suara dengkuran yang menyebalkan setiap malam. Lebih bagus suara kentut aku tahu!" Timpal Xavier. Jimmy hampir tertawa mendengarkan ucapan Xavier kecil. Suara dengkuran dan suara kentut sama-sama menyebalkan. Tidak ada yang lebih baik. "Terserah elo deh," ujar Mark sambil meninggalkan mereka. "Baiklah, kalau kamu memang sudah siap tidur sendirian. Kamu bisa pakai kamar yang bersebelahan dengan kamar ayah. Biar Mark yang menempati kamar lama kalian," ucap Jimmy berusaha bijaksana. "Yey! Asik! Akhirnya bisa terbebas dari suara karung rombeng yang menyebalkan!" Seru Xavier kecil sangat senang. "Hahaha, kamu ini lucu sekali," ucap Jimmy sambil mengacak-acak rambut Xavier. "Ayah! Jadi acak-acakan kan rambut aku!" Protes Xavier kecil. Sikap rapih dan disiplinnya sudah tertanam sejak Xavier masih kecil. Xavier memang seperti duplikat ayahnya. Kalau dilihat memang wajah keduanya sangat mirip. Seperti anak kembar. Hanya saja Jimmy memang lebih tua dari Xavier. Ya tentu, orang mereka ayah dan anak. "Xavier harus sayang pada kakak. Hanya Mark satu-satunya saudara kamu. Jika ayah nanti sudah tidak ada. Ayah harap kamu tetap akur ya, jangan terus-terusan bertengkar seperti tadi. Memang seharusnya seorang kakak yang mengalah buat adiknya. Namun, tidak ada salahnya bukan kalau adiknya mengalah demi kakaknya. Kamu tahu sendiri sifat kakak kamu. Jadi kalian harus akur ya," nasihat dari Jimmy saat itu. "Iya, ayah. Mark memang sangat menyebalkan sekali. Aku sampai bosan kena kejahilan dia terus. Ayah marahin Mark dong supaya Xavier enggak di jahilin terus," pinta Xavier kecil. "Iya sayang, ayah nanti marahin kakak kamu ya. Ya sudah, sekarang kita pindahkan barang-barang kamu ke kamar batu kamu. Ayo!" Ajak Jimmy. Xavier sangat bersemangat mendapatkan ajakan dari Jimmy. Xavier buru-buru berlari ke kamarnya. Xavier mengangkut barang-barang miliknya satu per satu ke kamar barunya. Mark malah cuek dengan terus main game di depan komputernya. "Mark, ayo bantu adikmu merapihkan kamar barunya," tegur Jimmy. "Biarkan dia belajar mandiri ayah. Kalau aku yang atur lagi. Pasti Xavier akan marah," Mark mencari alibi. Jimmy hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ya, sudahlah. Lagian barang yang Xavier miliki tidak begitu banyak. Jadi Jimmy dan Xavier saja, cukup untuk merapihkan kamar barunya. Jimmy terus membantu Xavier membereskan kamarnya. Ternyata Xavier cukup rapih juga diusianya saat itu. Barang-barangnya lebih tertata rapih. Dari mulai baju dan barang lainnya. Tidak seperti kamar lamanya yang sangat berantakan. Jimmy juga tahu, semua barang yang berantakan itu bukan milik Xavier. Pastinya milik Mark jorok. Seharusnya sudah sejak dulu Jimmy memisahkan kamar mereka. Namun, karena Jimmy jarang pulang ke rumah, Jimmy lebih sering tidur di laboratorium. Karena itu, Jimmy meminta Mark untuk menjaganya. Bukannya menjaga Xavier malah membuat Xavier sakit karena dengkurannya. Malam ini sepertinya akan menjadi malam yang panjang bagi Xavier. Xavier akan kembali mendengarkan denguran Mark yang sudah lama dia tidak dengar. Memang sampai saat ini Xavier belum ngantuk sama sekali. Xavier kembali mengecek chemical dan beberapa ekstrak lainnya. Xavier mengumpulkan berdasarkan kegunaannya dan tanggal pembuatannya. Xavier akan membawanya sebagian. Mungkin nantinya akan berguna di tempat lain. Xavier akan membawanya dalam tas ransel miliknya. Agar semuanya tetap aman.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD