Bab 1

880 Words
"Selamat pagi, Bu Mona..." sapa seseorang di depan pintu. Starla Monalisa, atau yang lebih suka dipanggil Mona ketika berada di kantor memutar kursi kerjanya ke arah suara. Make up menor dengan lipstik merah menjadi ciri khas wanita itu. Tatanan rambut model side bun makin membuatnya terlihat elegan dan kharismatik. "Masuk," jawabnya singkat. Listy memasuki ruangan bersama seorang pemuda berkemeja rapi, kepala pria itu terus menunduk sejak di luar tadi. "Bu Mona. Ini asisten manager kedua yang Kami rekomendasikan. Sebelumnya dia bekerja di bagian Advertising. Meski tergolong sebagai pegawai baru, dia sangat berpengalaman, santun, ulet, tidak neko-neko, rajin, disiplin, bertanggungjawab--" "STOP!!" Starla mengangkat telapak tangan ke arah Listy, memintanya untuk diam. "Siapa namanya?!" tanya Starla dengan nada datar. Ia sedikit menurunkan kecamatanya untuk mengamati pria muda yang kini berdiri di depannya. "Aditya Kumbara. Biasa dipanggil Bara." Starla menaikkan sudut bibirnya dengan senyum meremehkan. "Panggil yang satunya tadi!" perintahnya pada Listy. "Tapi, Bu-- Apa Anda tidak ingin melihat curriculum vit---" "Kamu punya telinga, tidak?! panggil pria yang tadi!!" tegas Starla. "Iy-iya, Bu!" Listy berbalik dan berjalan secepat mungkin meninggalkan ruangan. Suasana di dalam ruangan menjadi hening bagai rumah kosong yang tak berpenghuni. Beberapa saat kemudian Listy kembali masuk ke ruangan. Di sebelahnya berdiri pria lain yang menempatkan diri sejajar di samping pria bernama Aditya Kumbara. "Kalian berdua! coba mendekat!" perintah Starla diikuti dengan isyarat jari. "Siapa namamu tadi?" Starla menatap pada pria yang baru saja masuk. Meski beberapa senti lebih pendek dan berkulit sawo matang, tetapi pria itu terlihat lebih macho (menurut Starla). Berbeda dengan Bara. Penampilan pria itu terkesan kuno. Ia berkemeja sangat rapi, mengenakan kacamata berbingkai tebal, dan yang sangat menonjol adalah ada tahi lalat besar di atas bibirnya. "Saya Dimas, Bu.." "Saya Bara--" "Siapa yang nanyain Kamu, Hah?!!" Starla menatap tajam ke arah Bara yang seketika terdiam. Karena lebih sering menunduk, Bara tak menyadari bahwa hanya Dimas yang ditanyai oleh Starla. Listy menghembuskan nafas panjang mendengar suara Starla yang cempreng seperti mak lampir. Starla berjalan memutari meja lalu berdiri di antara dua pria jangkung di depannya. Tangannya bersedekap menatap bergantian pada kedua pria itu. "Oke! Aku sudah menentukan pilihan," ucapnya beberapa saat kemudian. Baik Dimas maupun Bara sama-sama tegang menanti keputusan dari Starla, asisten general manager yang terkenal galak, pelit, dan suka memerintah seseorang sesuka hatinya. "Hai ganteng! Kamu akan menjadi asisten ku selama enam bulan ke depan!" Starla tersenyum menunjuk ke arah Dimas. "Sial!!!" batin Bara kesal. "Mati Aku!!" batin Dimas putus asa. "M-Maaf, Bu.. Tapi bukankah Anda mencari karyawan berkompeten dengan riwayat pendidikan tinggi? Saya S2, dia S1. Mengapa dia yang dipilih?" protes Bara tak terima. Mendengar hal itu, mata Dimas terbelalak, sebelumnya ia mengira Bara akan bahagia bisa lolos dari perekrutan ini, tetapi di luar dugaan rupanya pria itu menginginkan posisi yang sangat dihindari oleh karyawan lain itu. "Iya, Bu Mona. Saya ini S1 aja baru lulus. Saya hanya menang lebih ganteng dan satu bulan lebih lama bekerja di sini dari pada dia. Jika ibu memilih karyawan dengan latar belakang pendidikan tinggi, tentu dia yang lebih baik," tambah Dimas sendiri. Seakan menyetujui saran Bara. Listy hanya bisa bengong mendengarkan pembicaraan kedua pria di depannya. Dirinya pribadi tak sudi bekerja dengan Starla meski digaji dua kali lipat sekalipun. "Apa Bara gila?? manusia mana yang memohon untuk bekerja dengan mak lampir ini! ck! ck! ck!" batin Listy. "Kamu tahu alasanku tidak menerimamu?" Starla mendekat ke arah Bara. Bara menggeleng tak mengerti. Sementara itu, Dimas dan Listy bergidik membayangkan kejadian selanjutnya yang akan menimpa Bara, si karyawan baru yang polosnya minta ampun itu. "Aduh Bara!! kenapa pake protes segala sih, bakalan diganyang mentah-mentah Kamu nanti!" Listy menepuk jidatnya sendiri. "Memangnya apa, Bu? bukankah saya memenuhi semua kriteria yang ibu harapkan?" ucap Bara yakin. Starla tersenyum miring. "Ya! Kamu memang memenuhi hampir 90% kriteria yang aku inginkan, tapi.... " "Tapi?" ulang Bara. "Tapi muka Kamu bikin saya kesel! Aku maunya yang ganteng! pinter! Kamu banyak bicara! ditambah lagi tahi lalat di muka Kamu itu!! Ishhhh!! tahi lalat itu bikin migrain aku kambuh!! Sana! keluar!" sembur Starla seraya mengibas-ngibaskan telapak tangannya ke arah Bara. "Tahi lalat??" Bara spontan menyentuh bagian atas bibirnya. "Mana? saya tidak punya tahi lalat??" "Ya Ampun g****k!! tahi lalatnya di sisi satunya!!" seru Starla sambil berkacak pinggang. Baik Dimas maupun Listy sama-sama menepuk jidat. Bagaimana dia bisa lupa dengan letak tahi lalatnya sendiri!! Ya Ampun Bara!! Bara!! "Eh, Iya." Tangan Bara bergeser ke sisi lain. Wajahnya merah padam. "Sial, kenapa aku bisa lupa!" batin Bara. Listy menarik lengan Bara untuk segera keluar dari ruangan Starla. Saat berada di dalam lift, Listy mulai ngomel-ngomel seolah meluapkan segala unek-unek yang ia tahan sejak tadi. "Kamu tuh harusnya bersyukur, Bar! Nggak ada seorang pun yang sanggup bekerja dengan mak lampir itu! Mentang-mentang dekat dengan pak Rahardian, sok-sok an banget gayanya! Ish!! pengen aku gecek-gecek tuh mukanya!!" Listy meremas dan meninju ninju kertas di tangannya dengan gregetan. "Bu Listy! bukannya itu file yang harus di serahkan ke bagian personalia?" Bara mencoba mengingatkan Listy. "Ya Ampun! mampus gue!! iya Bar!! ini file penting!! Hiiihhhh!!! ini gara-gara mak lampirrrr!!!" seru Listy makin kesal sambil berusaha merapikan kembali kertas yang sudah kucel di tangannya. Bara mengepalkan tangannya. "Siaaaal!!! gara-gara wanita gila itu aku harus memutar otak dan memikirkan cara lain untuk bisa masuk ke wilayah Rahardian!" umpat Bara dalam hati. (Next➡)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD