1
Di salah satu tempat wisata di kota Bandung tiga anak itu sedang bermain bersama. Kakak laki-laki yang menjaga dia adiknya yang kembar. Kakak laki-laki itu bernama Leon, sedangkan dua adik kembarnya bernama Lola dan Lula. Karena satu dan lain hal, Leon lebih banyak memberi perhatian kepada salah satu adiknya yaitu Lula. Saat ini Leon sedang duduk di ayunan bersama dengan Lula. Sementara Lola sedang bermain air di dekat batu dan sungai kecil.
"Abang, Lula pingin kalung punya Lola. Kalungnya bagus. Tapi kemarin Lula minta sama Mama sama Papa mereka ga beliin. Katanya ga ada yang kayak gitu." ujar Lula.
"Besok kita cari lagi ya La. Mungkin ada tapi Mama sama Papa ga jeli liatnya.” ujar Leon.
"Ga mau. Lula maunya sekarang dan Lula maunya kalung Lola.” ujar Lula hampir menangis yang membuat Leon pun mau tak mau harus mengiyakannya.
"Oke kalo gitu kamu tunggu di sini ya." ujar Leon.
"Iya abang." jawab Lula.
Leon pun mendatangi Lola yang saat ini duduk sembari bermain air.
"Lola," panggil Leon membuat Lola menengok ke arah abangnya.
"Eh abang. Iya bang kenapa bang?" tanya Lola dengan senang.
"Abang boleh ga pinjem kalungnya Lola? Sehari aja. Soalnya Lula kepingin makek kalung kamu. Boleh ya?" ujar Lola.
Lola pun tampak berpikir sebentar, dan akhirnya Lola pun mengiyakannya toh hanya sehari saja.
"Ya udah bang. Cuman sehari aja kan ya bang. Ini bang." ujar Lola sembari mencopot kalungnya.
Sebenarnya ia sudah janji kepada Prince nya untuk tidak mencopot kalung tersebut. Namun tak apa lah ini juga demi kembarannya Lula.
"Makasih ya Lola.” ujar Leon yang kembali meninggalkan Lola sendirian.
Saat ini Leon pun sudah berada di dekat Lula lagi sembari membawa kalung.
"Ini La, kalungnya. Abang pakai in ya." ujar Leon kepada Lula.
"Iya abang. Makasih ya abang." jawab Lula dengan senang.
"Sama sama Lula. Tapi kalungnya besok udah di minta lagi ya mau di pakai Lola lagi. Ini tadi Lola minjemin buat kamu. Ga papa kan? Yang penting Lula udah pernah makek kan?" tanya Leon.
"Iya abang ga papa heheheh." jawab Lula masih dengan senyumannya.
"Nah udah di pakek sama Lula. Bagus banget di pakek Lula.” ujar Leon ketika sudah berhasil memasangkan kalung itu ke leher Lula dan bagus di pakai oleh Lula.
"Makasih abang!" jawab Lula.
"Ya udah yu ke Mama yuk La!” ujar Leon mengajak Lula kembali ke tempat Mamanya berada meninggalkan Lola yang masih bermain air sendirian.
Sekembalinya Lula dan Leon ke samping Mamanya. Opa mereka bertanya kemana perginya Lola. Karena di antara beberapa cucu yang ia miliki, Lola merupakan salah satu cucu yang paling dia manja.
"Lola masih di deket sungai Opa. Tadi masih mainan air." ujar Lula.
"Kok kalian ga ajak Lola ke sini?" tanya Opa nya lagi.
Sementara Mama Lola seakan akan tidak peduli kepada Lola karena memang selama ini ia sedikit tak menganggap Lola ada karena penyakit yang di deriga oleh Lula membuatnya harus terus menerus fokus kepada Lula.
"Iya Opa soalnya tadi Lola lagi fokus dan seneng banget main air." ujar Leon.
"Ya udah Papa sama Opa mau liat Lola dulu ya. Kalian di sini sama Mama.” jawab Opa mereka.
"Iya Opa.” jawab Opa nya.
Kemudian Opa dan Papa mereka pun pergi ke tempat di mana tadi mereka bermain. Sesampainya di sana sangat ramai sekali mereka tidak tahu apa yang terjadi.
Papa dan Opa Lola itu pun mendekati sungai dan bertanya kepada salah satu orang yang berada di kerumunan tersebut.
"Maaf Pak ada apa ya pak kok ramai ramai begini?" tanya Papa Lola.
"Itu pak ada anak yang kepleset di sungai terus kepalanya berdarah banyak banget pak." ujar orang tersebut yang langsung membuat Papa dan Opa Lola teringat akan Lola.
Mereka berdua pun menerobos kerumunan orang tersebut untuk melihat siapa korban yang terjatuh itu sembari berharap jika itu bukan lah Lola.
Namun harapan mereka sia sia, anak kecil tersebut memang lah Lola. Saat ini Lola tengah pingasan dengan di kepala yang berdarah darah.
"Lola ya ampun Nak bangun Lola.” ujar Opa nya.
"Bapak kenal anak ini?" tanya salah satu orang yang ada di sana.
"Ini cucu saya pak." ujar Opa Lola.
"Bapak yang tenang ya tadi kami sudah memanggil ambulans. Sebentar lagi pasti akan sampai pak ambulans nya.” ujar orang yang lainnya.
"Iya makasih pak.” jawab Opa Lola.
Sementara itu Papa Lola pun kembali ke tempat di mana keluarganya berada dan mengabarkan kabar duka tersebut. Saat itu mereka pun langsung panik membuat Lula ikutan panik dan nafasnya tidak beraturan. Lula pun juga pingsan saat itu karena kesulitan bernafas.
Mereka pun membagi diri ada yang bersama dengan Lola dan ada yang menemani Lula. Sesampainya mereka di rumah sakit, Lola pun langsung di tangani oleh dokter. Begitu pun juga dengan Lula. Opa nya sangat khawatir dengan keadaan Lola karena tadi banyak sekali darah yang keluar dari kepala Lola.
Sementara itu, Leon diam saja sembari masih menangis. Ia menangisi keteledoran nya meninggalkan Lola yang berakibat seperti ini. Berimbas juga dengan kesehatan dari Lula.
"Leon kamu kenapa sayang?" tanya Mama nya ketika melihat Leon menangis sendirian.
"Ini semua gara gara Leon mah. Ini gara gara Leon tadi ninggalin Lola di sungai makanya Lola jadi kayak gitu. Terus gara gara itu juga berimbas sama kesehatan Lula. Maaf ini semua gara gara Leon." ujar Leon.
"Bukan sayang, ini semua bukan gara gara kamu kok. Ini udah takdir. Jadi ga usah nangis ya do'ain aja supaya Lola sama Lula cepat sembuh ya." ujar Opa nya menenangkan Leon.
"Iya Opa,” jawab Leon.
"Kalo gitu jagoan Mama ga boleh nangis dong. Senyum Leon ya." ujar Mamanya membuat Leon pun mengusap air matanya itu dan tersenyum.
"Nah gitu dong anak Mama." ujar Mama nya.
Mereka pun masih menunggu dan akhirnya dokter yang menangani Lula pun keluar dan memberi tahu keadaan Lula kepada keluarganya.
"Lula tidak apa apa, hanya saja karena terkejut dan terlalu panik membuat ia kesulitan bernafas. Saat ini kami memberinya alat bantu pernafasan sampai nanti keadaannya stabil.” ujar dokter tersebut membuat mereka lega.
"Makasih ya dok." ujar Mereka.
"Iya sama sama. Silakan jika mau di jenguk sudah boleh. Saya permisi dahulu." ujar dokter tersebut membuat mereka pun masuk ke kamar Lula.
Menyisakan beberapa orang seperti Opa, Oma, dan keluarga dari Alta, serta Alta itu sendiri menunggu Lola di depan kamar yang sedari tadi belum juga terbuka.
Lola akhirnya terbangun, namun kabar buruknya Lola tidak bisa mengingat apapun. Dan sewaktu di periksa oleh dokter, ternyata Lola mengalami amnesia karena benturan kepalanya dengan batu yang cukup keras. Walaupun sedih, keluarga Lola tetap bersyukur karena Lola masih bisa terselamatkan dari kecelakaan tersebut.
"Lola, ini Opa sayang. Opa nya Lola." ujar Opa Lola sembari mengelus rambut Lola.
"Opa?" tanya Lola.
"Iya ini Opa nya Lola." ujar Opa Lola.
Kemudian mereka pun memperkenalkan diri mereka lagi supaya Lola ingat dengan mereka. Termasuk juga dengan keluarga Lola. Tadi, Lula sudah boleh pulang dan sekarang ia mampir dulu menjenguk Lola.
Setelah itu, Mama, Papa, Lula, dan Leon pulang ke rumah. Dengan alasan Lula butuh banyak istirahat. Lola pun di jaga oleh Opa, Oma, dan Alta bersama dengan Keluarga Alta. Alta ini memang sepupu yang paling dekat dengan Lola. Alta juga sangat menyayangi Lola.
Setelah mendapatkan penanganan dari dokter selama seminggu, Lola sudah di perbolehkan untuk pulang. Lola pulang ke rumah Opa nya tidak ke rumahnya, karena Opa nya sudah tahu pasti Lola tidak akan terawat jika ia bersama dengan keluarganya. Maka dari itu Opa dan Omanya membawa Lola bersama dengan mereka. Keluarga Lola pun biasa saja menanggapi itu, karena mereka juga akan pindah ke luar negeri bersama dengan Leon dan Lula untuk mengobati penyakit Lula. Saat ini mereka sudah dalam perjalanan ke luar negeri, karena penyakit Lula sempat kambuh dan Mama nya mendapat rekomendasi dari temannya makanya mereka pindah langsung ke luar negeri. Sementara Lola mereka tinggal di Indonesia bersama dengan Opa dan Omanya. Sementara itu di pesawat, Lula duduk dengan Leon sembari memegang kalung Lola.
"Bang, kalung Lola kebawa Lula. Gimana nih?" ujar Lula.
"Ga papa kamu pakek aja ya. Anggap aja itu hadiah dari Lola buat Lula." jawab Leon.
Leon berkata seperti itu karena ia yakin Lola tidak akan mengingat tentang kalungnya tersebut. Karena saat ini Lola mengalami amnesia atau hilang ingatan. Semenjak kepergian keluarga nya ke luar negeri, Lola sedih sekali.
Awalnya Lola memang sedih, namun lama kelamaan semua kesedihan tersebut sudah tidak ia rasa karena ia tinggal bersama dengan Opa dan Omanya. Sementara itu kehidupan Lula di luar negeri sangat damai dan senang, penyakit sesak nafasnya sudah lama sekali tidak kambuh karena selain melakukan obatan, udara di Swiss ini juga sangat sejuk dan membuat nya semakin membaik.
Banyak hal yang di lakukan Lula bersama kakaknya yaitu Leon di Swiss secara bersamaan, seperti bersekolah dan sebagainya. Mereka juga menjadi satu tingkat karena Leon memutuskan untuk mengikuti Lula di kelas yang sama agar ia bisa menjaga Lula.
Mereka juga sering bermain bersama di sana bersama dengan teman teman barunya yang berasal dari negara Swiss. Namun juga ada beberapa temannya yang berasal dari Indonesia dan campuran antara Indonesia dan luar negeri.
Di luar negeri ini mereka banyak memiliki teman dan banyak melakukan sesuatu hingga mereka tak sadar bahwa mereka melupakan adik mereka yang ada di Indonesia yaitu Lola. Sampai saat ini, sampai Kelas 1 SMP ini kalung itu masih Lula pakai. Lula selalu teringat kata kata Leon bahwa ini adalah hadiah dari Lola untuk Lula. Bahkan saat mandi pun, Lula tidak pernah mencopot kalung itu sedikit pun. Lula selalu menjaganya dengan baik baik. Di SMP ini, semakin banyak teman Lula yang berasal dari Indonesia maupun campuran antara Indonesia dan luar negeri. Lula dan Leon pun semakin banyak memiliki teman.