"Maaf Aisyah ..."Hanya itu yang diucapkan Mas Afdal padaku. Ketika aku hamil tujuh bulan, dan beliau meminta persetujuan ku untuk menikah lagi. Aku hanya bisa terdiam dengan senyuman dan air mata ini yang perlahan mengalir. Aku tidak apa apa, karena semuanya pinjaman Tuhan.Hanya saja, bisakah Mas Afdal bersikap adil padaku dan dia?Aku pikir selama ini bahwa Mas Afdal hanya milikku saja dan selamanya akan bersamaku. Mengingat perjuangannya yang tidak mudah mendapatkan ku. Namun ..."Selamat menikah, mas." Itu yang kuucapkan ketika suamiku berada di sebuah akad dengan istri ke duanya. Aku tersenyum dan tetap tersenyum. Aku akan kuat, karena aku yakin semuanya akan baik baik saja.