Pengakuan Arya

1327 Words
Lelaki yang berada di hadapannya saat ini adalah salah satu orang yang tidak ingin Sonya lihat, selain mantan kekasihnya--Arya. "Son, gue mau minta maaf," ujarnya kepada Sonya yang meronta ingin melepas cekalan tangan lelaki itu pada lengannya. Sama seperti Arya, dia juga mencari keberadaan Sonya setelah perempuan itu kabur dari apartemen Arya. Dia yakin Sonya kabur bukan hanya perlakuan semena-mena Arya kepadanya. Tapi juga karena dirinya yang juga turut andil di dalamnya. Ikut menyiksa bathin dan fisik Sonya. "Pergi, Lex... pergi!" ucap Sonya lirih, nyaris tak terdengar. Suaranya bergetar. Lelaki bernama Alex itu menghela napas. "Oke. Tapi gue mohon, kita bisa bicara sebentar?" "Apa? Apa lagi yang lo mau dari gue?" "Gue benar-benar menyesal waktu itu, Son. Gue minta maaf." Sonya memberanikan diri untuk menatap wajah lelaki itu. Tampak raut wajah penyesalan di sana. "Kalau gue nggak fitnah lo dulu-- " "Cukup!" Sonya mengangkat tangannya. "Gue nggak mau ingat yang dulu-dulu lagi. "Gue tulus minta maaf sama lo, Son." "Dengan lo minta maaf atau enggak sekali pun, nggak akan merubah keadaan. Hidup gue udah terlanjur hancur." Alex sungguh menyesal. Karena obsesinya pada Sonya, dia sampai melukai perempuan itu. Sudah lama dia menyukai perempuan itu, hanya saja dia lebih memilih memendamnya karena tak mungkin merebut kekasih dari temannya sendiri, Arya. Namun, begitu mengetahui Sonya bermain di belakang Arya, Alex marah. Dia kesal kepada perempuan itu. Perempuan yang dikiranya setia pada satu pasangan--yang selalu dibanggakan oleh Arya karena parasnya yang cantik, baik, ramah, ternyata tak lebih dari seorang jalang. Rasa kagumnya kepada perempuan itu berubah menjadi benci. Alex bahkan mengompori Arya untuk menghancurkan Sonya. Sonya hendak masuk ke dalam rumah karena cekalan tangan Alex padanya sudah terlepas. "Apa anak bayi yang barusan itu anak lo, Son?" Langkah kaki Sonya sontak terhenti mendengar pertanyaan Alex. Sonya tentu tidak lupa jika Alex adalah salah satu teman dekat Arya. "Bukan urusan lo," jawab Sonya tanpa menoleh. Alex tak bisa menampik rasa penasarannya. "Apa itu anaknya Arya?" *** "Semoga apa yang aku takutin nggak kejadian ya, Sya?" "Paan?" "Hasil tes DNAnya. Semoga nggak ada kecocokan." "Sekarang nyesel kan suka nebar benih sembarangan? Suka colok sana-sini, sih," ujar Meisya sinis. Mario sebenarnya hanya bermain bersama Sonya saja, sebelum berhubungan dengan Meisya. Dengan perempuan lainnya, sungguh dia tak pernah melakukan hal lebih. Bagaimana pun, Mario juga tak mau terkena penyakit. Dengan Sonya saja, dia selalu memakai pengaman. Beda halnya kalau dia melakukannya bersama Meisya. "Nggak perlu ditanya lagi, Sya. Kamu tahu sendiri jawabannya. Dulu itu juga, aku udah berubah semenjak omongan pedes kamu pas aku nganterin martabak ke rumah kamu. Inget nggak? Dari situ, aku udah berjanji nggak akan nyentuh perempuan selain kamu." Kening Meisya berkerut. Mencoba mengingat apa yang pernah dia katakan kepada lelaki itu dulu. "Aku kecolongan juga gara-gara aku mabuk pas tahu kamu hamil. Aku kesal sama diri aku sendiri, Sya. Aku nggak tahu harus bagaimana. Aku bingung. Aku pulang ke Jakarta dan datang ke club yang biasa aku datengin. Aku mabuk berat di sana. Aku sendiri juga nggak tahu kalau Sonya juga ada di sana saat itu. Pikiran aku cuma dipenuhi sama kamu aja hari itu." Mario jujur mengatakan hal itu. Dia tidak sadar jika perempuan yang ditemuinya di club adalah Sonya. Dalam bayangannya hanya ada Meisya. "Tanpa sadar aku udah jatuh cinta sama kamu waktu itu. Atau mungkin juga jauh sebelum itu." Mario menghela napasnya karena Meisya tak bereaksi apa pun. "Aku harus gimana sekarang, Sya? Semisal hasil tes DNA tertulis hal yang tidak aku harapkan, menurut kamu apa yang harus aku lakukan?" Mario meraih tangan istrinya itu dan menggenggamnya erat. "Aku mohon sama kamu jangan pernah berpikir untuk tinggalkan aku. Bagaimana pun hasil yang keluar nanti, tetap lah berada di sisiku." Air mata Mario menetes begitu saja. Tak pernah dia mencintai seorang perempuan sedalam ini. Putus dari Pelangi dulu, dia tidak merasa sesedih ini. Padahal, Meisya belum berkata apa pun padanya mengenai hubungan mereka. Namun, Mario sudah berpikir negatif duluan. *** "Tumben ngajakin ketemu berdua doang, kenapa? Kangen sama gue?" canda Mario. Dia menemui Arya di sebuah cafe usai pulang kerja. Temannya itu yang meminta untuk bertemu. "Anggap aja gitu, tapi ada hal lain yang mau gue omongin juga." Arya menyeruput minuman yang berada di depannya. "Udah izin bini kalau pulang kerja ketemuan sama gue dulu?" Mario hanya tertawa kecil menanggapi pertanyaan temannya itu. Dia memang sudah memberitahu Meisya jika pulang agak telat hari ini karena ingin bertemu temannya terlebih dahulu. Namun, istrinya tersebut tak merespon apa pun. Mario memaklumi. Setelah mengobrol ringan, Arya menuju intinya--tujuan utamanya bertemu dengan Mario sore ini. Perihal kata-kata yang keluar dari mulut Mario di malam itu saat mabuk. Arya tahu jika omongan orang yang sedang mabuk, biasanya benar. Sekali lagi, Arya ingin memastikan ucapan Mario. Tentang Sonya yang mempunyai seorang anak. Arya kepikiran, sudah beberapa hari ini dia merasa tidak tenang. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. "Ada hal serius yang gue pengen tanyain sama lo, Yo. Tentang apa lo bilang malam itu di club." Mario mengernyit. "Emang gue bilang apa?" Mario ingat jika bertemu dengan Arya sampai lelaki itu mengantarnya pulang, karena Mario yang mendatangi club menggunakan taksi. Namun, dia sama sekali tak ingat telah berbicara apa saja kepada temannya itu. "Gue nggak ngomong yang aneh-aneh, bukan?" "Hmmm. Kurang lebih begitu." "Apa?" "Lo lagi ada masalah sama istri lo?" "Hah?! Gue ngeracau apaan, sih?" Mendengar pertanyaan Arya, Mario yakin kalau dia meracau tentang rumah tangganya dengan Meisya malam itu di depan Arya. "Gue bilang gitu?" Arya mengangguk. Mario menghela napas. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi. Pasalnya, keretakan hubungannya dengan Meisya ada hubungannya dengan mantan kekasih dari Arya ini. Jika dia menceritakannya kepada Arya, apa tanggapan lelaki itu? Mario tentu ingat bagaimana hubungan mereka dulu yang sempat retak gara-gara perempuan bernama Sonya itu. Mario beberapa kali membuka dan menutup mulut hendak bicara, namun lidahnya kelu. Merasa tak enak dengan Arya walau semuanya sudah berlalu. Bagaimana pun, Mario tahu betapa cintanya Arya kepada Sonya dulu. Mendapati Mario yang tak kunjung bersuara kembali, Arya langsung saja mengatakan apa yang didengarnya malam itu. "Karena kedatangan Sonya yang membawa anak ke rumah lo?" Mario tersentak. Dia sadar bahwa Arya telah mengetahui semuanya. Kenapa lelaki itu tampak tenang saja? Ah, Mario tidak tahu saja. Jauh di dalam hati Arya, lelaki itu merasa tidak tenang. Masa lalunya kembali hadir di saat dirinya sudah membuka hati untuk perempuan lain. Bagaimana dia harus menghadapi kenyataan ini? Tak bisa dipungkiri oleh Arya bahwa masih ada rasa cinta yang tersisa untuk mantan kekasihnya itu, walau sudah mengkhianati dirinya. Arya sakit hati begitu mengetahui Sonya mempermainkan cintanya. Arya membalas rasa kecewa dan sakit hatinya dengan menyiksa perempuan itu. Arya bukan hanya memutuskan hubungan mereka. Dia juga mengurung Sonya selama 2 bulan di apartemennya. Selama itu, dia melecehkan perempuan yang dicintainya itu hampir setiap harinya. Hal yang tidak pernah terpikirkan olehnnya sebelum itu, dia lakukan kepada Sonya. Dia mengabaikan isak tangis perempuan itu yang memintanya untuk berhenti ketika dirinya memaksa perempuan itu untuk tetap melayaninya. Lalu, apa yang telah dilakukannya kepada Sonya menimbulkan benih di rahim perempuan itu? Arya tak pernah berpikir sejauh itu selama dia melakukan hal b***t tersebut. Dia hanya melampiaskan rasa sakit hatinya dengan memperlakukan Sonya layaknya seorang p*****r. "Lo tenang aja, Yo. Karena... anak yang dibawa Sonya itu belum tentu darah daging lo." "Maksudnya? Lo tahu siapa ayah kandung anaknya itu?" Arya menghembuskan napasnya berat. Dia juga tak ingin jika rumah tangga Mario hancur gara-gara Sonya. Arya tahu, Mario sudah berubah. Dia telah lama menyelidiki tentang temannya itu. Dan, Arya juga tak yakin kalau anak yang dibawa Sonya itu merupakan anak Mario. Karena, menurut orang kepercayaan, Sonya sudah lama tak berhubungan dengan Mario. "Gue perkosa dia habis hajar lo waktu itu. Dan, gue lakuin itu hampir setiap hari selama 2 bulan. Jadi, ya... mungkin aja itu anak gue. Karena gue sama sekali nggak pernah pake pengaman setiap berhubungan sama dia." Mario terkejut. Tak menyangka jika seorang Arya yang dia tahu persis tak pernah menyentuh Sonya lebih, malah memperkosa perempuan itu. Mungkin bagi Arya, apa yang sudah dilakukan Sonya sudah melampaui batas kesabarannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD