Kasur segera aku tinggalkan setelah Adit keluar dari kamar. Ikut turun dari kamar ke lantai dasar, dan berpamitan pada Naura, sekalian menanyakan mengenai barang-barang yang ia mungkin butuhkan. Selalu seperti biasa, dia tidak pernah meminta apa pun. Siang akhir pekan ini, Kak Fajar di kontrakannya pasti. Entah kenapa, sejak hamil, aku malah tidak bisa jauh darinya. Atau mungkin, karena sudah bertahun-tahun tidak bertemu, maka aku selalu ingin bersama Kak Fajar. Berlebihan padahal, karena kami asing-masing sudah dewasa. Sementara di kontrakannya, Kak Fajar dengan mudah menebak kedatanganku. Dia sudah menyiapkan mangga yang dipotong kecil sebagai sambutan. Lalu kami menonton televisi bersama. "Ini seriusan, Naura nggak papa kamu tinggal?" tanya Kak Fajar, yang ternyata tidak terlalu pe