ketika hati tersakiti

ketika hati tersakiti

book_age18+
77
FOLLOW
1K
READ
heir/heiress
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

Tidak ada yang tahu bagaimana misteri cinta tiba-tiba hadir dan mengusik hati. Cinta adalah perkara ghaib yang tak bisa ditebak dengan mudahnya. Perasaan yang kata orang merupakan perasaan paling menyenangkan di satu waktu, tapi juga bisa berubah sangat menyakitkan di waktu lainnya ini nampaknya tak boleh dianggap remeh begitu saja.

Menyoal cinta, kita tak bisa merencanakan harus jatuh cinta pada siapa. Kita juga tak pernah bisa merencanakan bagaimana seharusnya cinta itu berlanjut. Akankah cinta di dalam hati hanya akan jadi cerita dan dipendam sebagai kenangan? atau, akankah cinta itu akan terus dipupuk dan berakhir bahagia hingga selamanya. Sekali lagi, kita tak pernah tahu.

chap-preview
Free preview
Bab 1
“Nada kau sangat cantik nak. Ibu sangat bersyukur bisa melihatmu menikah. Semoga Allah menjaga selalu pernikahan kalian.” ucap ibuku sambil memelukku dan terdengar mulai menangis. Aku tersenyum sembari membalas memeluk tubuhnya dengan erat, wanita ini telah berjuang membesarkan aku dengan sendirian, Ayahku meninggal kecelekaan ketika aku duduk di bangku SMP, sehingga dia harus menjadi Ibu dan Ayah bagiku. Namaku Nada, aku wanita yang bekerja di sebuah toko buku setelah lulus SMA. Aku sebenarnya ingin kuliah, namun kondisi keuangan kami yang membuat aku memupuskan harapanku itu. Di toko buku itulah aku berkenalan dengan calon suamiku ini, namanya Mas Faiz, dia juga sama sepertiku, karyawan di toko tersebut. Singkat cerita setelah tiga bulan kami sering bersama di toko, munculah perasaan cinta di hati kami hingga akhirnya kami memutuskan menjalin hubungan. Tak banyak yang aku tahu tentangnya, dia bercerita kalo dia sebatang kara dan tak memiliki orang tua lagi dan keluaraga. Aku sangat bahagia memiliki Mas Faiz, dia sangat tampan, hingga beberapa karyawan wanita menyukainya, dan aku tak tahu kenapa dia melilihku, jawabnya selalu sama, kalo aku berbeda dari lainnya. Satu lagi dia cukup dewasa, ya mungkin karena dia lebih tua tiga tahun diatasku. Baru tiga bulan hubungan kami dia sudah berani melamarku. Alasannya dia sudah ingin ada yang menemaninya katanya, karena dia hidup sendiri. Aku awalnya ragu mengingat umurku yang masih sangat muda dan juga hubungan kami yang juga masih baru, namun dia lagi-lagi bisa meyakinkan aku bahkan ibuku juga mempercayainya. Aku akhirnya menerimanya dengan senang begitupun ibuku, ya karena memang aku juga mencintainya. Dan kini, ini aku telah menggunakan gaun pengantin untuk menjemput masa depanku. “Nak, ibu keluar dulu ya, mau lihat apa Nak Faiz udah datang belum? Soalnya tadi penghulunya juga sempat tanya.” Aku tersenyum dan melepaskan pelukannya. Aku menatap ke cermin, ya hari ini aku terlihat sangat cantik, meskipun aku hanya menggunakan baju pengantin bekas yang di beli di toko baku bekas, namun aku sangat bahagia bisa menggunakannya. Setelah satu jam menunggu, aku mulai khawatir kenapa aku tak di jemput untuk di bawa keluar. Aku mulai gelisah, namun aku berusaha tenang. Pintu kamar perlahan terbuka. “Nak, coba telpon Nak Faiz, akad harusnya udah dimulai dari satu jam yang lalu, namun dia belum datang juga.” ucap ibu dengan wajah khawatir. Aku terkejut mendengar ucapan ibuku, Mas Faiz belum datang? Kemana dia? Apa terjadi sesuatu padanya? Aku segera meraih Hpku dan berusaha menghubunginya, berdering namun tak diangkat. Aku mulai gelisah dan kembali menelponnya berulang-bulang dengan wajah cemas, nampak ibu juga mulai tak tenang , namun hasilnya sama, telpon itu tak diangkat. Jika Mas Faiz tak mau mengangkat telponku setidaknya dia akan membaca pesanku. [Mas, kamu di mana? Penghulu sudah menunggu Mas, tolong cepatlah] Pesan masuk namun tak dibaca. Akupun mengirimkan beberapa pesan lagi, namun aku mendapati hal sama, pesan masuk namun tak dibaca dan dibalas. Aku berusaha menelponnya lagi, namun hanya berdering tanpa diangkat. “Bagimana kalo Nak Faiz gak datang?” ucap ibuku mengejutkan aku yang sedang sibuk menelpon Mas Faiz. “Gak, Bu. Mas Faiz pasti datang, mungkin dia terjebak macet, atau mungkin ada sesuatu.” ucapku berusaha tenang, namun di d**a bergejolak semua rasa menjadi satu, pikiranku mulai kacau. Kemana kamu Mas Faiz? Tiga jam berlalu, dan Mas Faiz belum juga menunjukan kehadirannya. Ibu bolak balik ke kamarku dengan wajah gelisah. Sementara aku bingung apa yang harus kulakukan? Bagaimana jika Mas Faiz mengalami kecelakaan dan gak ada yang mengabari karena dia sendirian, eh tapi kalo dia mengalami kecelakaan minimal orang-orang yang menolongnya pasti akan mengangkat telponnya, sepertinya aku harus memastikannya ke sana. “Nak, penghulunya mau pulang, katanya dia gak bisa berlama-lama karena harus ketempat yang lain.” ucap ibuku pelan. Aku terkejut mendengar ucapan ibu. “Gak bu, tolong katakan pada pak penghulu untuk menunggu sebentar lagi, aku akan mencarinya.” ucapku yang perlahan mulai meneteskan air mata. “Sepertinya gak bisa nak, mereka sudah di depan pintu dan siap pulang. Beberapa tamu juga nampak gelisah dan sepertinya ingin pulang.” Hatiku begitu sakit mendengar semua ini. Ya, meskipun pernikahan kami hanya sederhana karena kondisi keuangan kami yang memang tak mampu melakukan pernikahan besar, namun kami tetap mengundang beberapa teman-teman di toko dan teman dari dirinya serta beberapa tetangga dekat, namun semua terasa begitu menyakitkan ketika mendengar mereka akan pulang tanpa melihat pernikahan aku. Dan yang pasti semua ini telah menyakiti hati ibuku. Ibuku sangat berharap dengan pernikahan ini, karena dia juga ingin ada yang menjagaku. Dan satu lagi, rasa malu yang harus aku dan ibu hadapi kelak jika pernikahan ini batal. Mataku semakin menetes dengan deras. Aku mengangguk dan membiarkan ibu untuk keluar menyampaikan maaf pada mereka. Aku merebahkan tubuhku di kasur dan memandang kamar ini, kamar yang di hiasi dengan bunga-bunga yang indah yang wangi. Kamar yang aku sudah impikan akan menjalin kasih dengan laki-laki yang aku cintai. Aku menenggelamkan wajahku di bantal dan menangis dengan sekeras-kerasnya. Cukup lama aku menangis hinggal Aku kembali tersadar kalo aku harus memastikan keadaan Mas Faiz. Kubuka baju pengantin bekas ini, kemudian ku lemparkan ke tempat sampah, dan mengganti bajuku dengan jeans dan kaos. Aku perlahan keluar dan mendapati ruang tamu yang telah kosong, hanya bersisa janur kuning yang masih segar. Ku tatap di pojok ruangan dan mendapati ibu yang sedang menangis terisak. Aku mendekati dirinya dengan perasaan bersalah. “Bu, maafkan Nada yang telah menyakiti ibu.” ucapku yang langsung memeluknya. Ibu nampak terkejut melihatku, dia kemudian buru-buru menghapus air matanya. “Gak nak, mungkin dia memang bukan jodohmu.” jawabnya pelan. “Bu, aku ingin memastikan semuanya, aku akan ke kostnya dan mencari tahu, mungkin dia sedang mengalami masalah tapi kita gak tahu.” Ibu mengangguk dan membenarkan apa yang aku ucapkan. “Ya, kau benar Nak, pergilah dan periksa ke sana, bukankah kau bilang dia hidup sendiri.” Aku mengangguk dan perlahan berdiri meninggalkannya. Keluar dari rumah nampak beberapa tetangga sedang memandangku dan berbisik-bisik, entah apa yang dibicarakan mereka, menertawaiku atau kasihan padaku. Namun saat ini aku tak peduli, aku hanya ingin cepat mengetahui tentang Mas Faiz. Aku memacuh motor maticku menyusuri jalan menuju rumah kostnya. Tiba di sana aku langsung ke tempat pemilik kost dan bertanya, dan yang kudapat adalah jawaban yang sangat mengejutkanku. Mas Faiz semenjak dua hari kemarin gak pulang sampai saat ini. Trus dia kemana? Dua hari kami tidak bertemu karena persiapan pernikahan, aku masih bisa berbicara dengannya semalam, dan dia bilang dia berada di kostnya, bearti dia telah berbohong dua hari ini. Mas Faiz kenapa kau lakukan itu? Aku langsung meraih HPku dan berusaha ingin menghubungi, namun aku sedikit terkejut karena semua pesan yang ku kirim telah terbaca tapi tak ada balasan satupun. Mas Faiz telah membaca pesanku dan dia mengacuhkan aku. Aku langsung menelponnya kembali, namun hanya dering tersambung yang terdengar tanpa di angkatnya. Aku pamit dan berjalan kembali ke motor, pikiranku kacau dan tak percaya Mas Faiz melakukan ini padaku. Tak beberapa lama sebuah pesan masuk, aku melihat nama Mas Faiz yang mengirim pesan, aku langsung membukanya dengan perasaan tak menentu. [kau tak perlu menunggu Mas Faiz, dia bersamaku sekarang. Kau hanya wanita taruhan dia dan teman-temannya] Tubuhku perlahan lemas membaca pesan itu. Aku sebagai taruhan? Apa maksudnya? Tapi siapa yang mengirim pesan ini dari Handphone Mas Faiz. Jika dia mengatakan telah bersamanya, apa dia seorang wanita? Apa Mas Faiz punya kekasih lain? Tidak, tidak, aku tak boleh percaya begitu saja, aku harus mendengar langsung dari Mas Faiz. Aku kembali menelpon Mas Faiz namun lagi-lagi gak diangkat, kemudian sebuah pesan masuk kembali lengkap dengan sebuah foto. [sudah ku katakan, gak usah menghubunginya lagi, Mas Faiz akan pergi bersamaku meninggalkan kota ini] Aku menatap terkejut pada sebuah foto yang dikirim, dimana Mas Faiz sedang duduk di sebuah kursi, nampak dia sedang menyandarkan tubuhnya di kursi dan menutup matanya, di atas kursinya aku bisa membacanya dengan jelas, tulisan jalur keberangkatan. Aku memandang wajah di foto itu dengan air mata, Mas Faiz kenapa kau tega lakukan ini padaku? Aku lemas dan jatuh ke tanah di samping motorku, menangis dan menyesali kenapa bisa cepat percaya dengan laki-laki itu, lelaki yang hanya aku kenal dalam beberapa bulan. Aku menangis cukup lama namun perlahan aku teringat Ibu yang sedang menungguku. Aku berdiri dan memacuhkan motorku kembali untuk pulang ke rumah. Ketika hendak masuk ke Rumah, aku mendengar beberapa tetangga sedang berbisik-bisik yang membuat telingaku panas. “Kasihan ya si Nada, calonnya gak datang.” “Iya, aku sih mikirnya mungkin, ini cuma mungkin ya ibu-ibu, apa mungkin calonnya adalah suami orang terus ketahuan istrinya.” Tampak beberapa ibu mengangguk membenarkan ucapan ibu tersebut. Aku menatap mereka yang sedang asyik menggosipkan aku dengan wajah marah, ingin rasanya aku kesana dan memarahi mereka, namun seketika aku sadar, apa mungkin ucapan mereka benar? Apa mungkin Mas Faiz sudah beristri? Bukankah tadi yang mengirim Foto dan pesan adalah seorang wanita. Wanita itu pasti punya hubungan dekat dengan Mas Faiz karena dia bisa memegang Hpnya dengan leluasa. Aku kembali mengacuhkan mereka dan perlahan masuk, ibu yang melihatku langsung memelukku dan bertanya. Aku manatap wajahnya berkeriput, nampak wajah sedih, kecewa dan lainnya. Aku menjadi tak tega untuk menceritakan apa yang ku alami tadi. Aku hanya bilang, Mas Faiz gak di situ lagi dan gak tahu kabarnya. Ibu kembali memelukku dengan erat dan berusaha menguatkan aku yang nampak tenang, namun wanita ini sangat tahu kalo aku hanya berusaha tegar di hadapannya. Aku perlahan masuk ke kamar itu dan memandang kembali hiasan bunga di kamar, terbayang kembali wajah Mas Faiz di foro tadi yang nampak tenang, seperti tidak melakukan kesalahan. Darahku seketika mendidih, Mas Faiz kau sangat menyakitiku. Aku meraih semua hiasan di kamarku dan merobek kemudian membuangnya. Selesai melakukannya aku terkulai lemas dengan perasaan kacau, air mataku terus menangis, kenapa aku bisa mengalami hal seperti ini. Perlahan mataku menatap pada sebuah kotak merah di atas nampan, ya kotak berisi sepasang cincin yang harusnya aku telah memakainya saat ini. Aku hendak membuangnya, namun ibu menahan tanganku dan tersenyum sembari menggeleng dan mengambilnya dari tanganku. Aku menatapnya dan langsung memeluknya. Tangisanku kali ini sangat deras, namun ibu membiarkan aku melakukan itu agar aku bisa mengeluarkan kekecewaanku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
170.6K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
294.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
152.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
213.4K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.4K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.5K
bc

TERNODA

read
192.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook