14. Pertunangan Ara dan Reza

1249 Words
Prok! Prok! Tepuk tangan menggema di dalam ballroom hotel, tempat diselenggarakannya acara pertunangan Tiara Cahyani Wiraguna dan Reza Fahreza. Banyak tamu yang hadir, baik karyawan dan rekan bisnis dari kedua perusahaan baik milik Reza maupun Pak Nathan. Terlihat kedua pasangan yang kini tengah berbahagia, dan baru saja selesai melakukan pertukaran cincin pertunangan. Ara juga terlihat sangat anggun dengan kecantikan alami, di tambah saat ia mengenakan kebaya berwarna biru tosca. Rambut panjangnya sengaja di sanggul, agar lebih terlihat elegan. Reza pun tidak kalah menawan, dengan pakaian dengan warna senada yang dipakai Ara. Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, Ara dan Reza baru saja selesai menyelesaikan acara pertunangan mereka. Ya, lima menit yang lalu Reza telah berhasil menyematkan cincin emas di jari manis Ara untuk kedua kalinya. Terlihat Ara begitu sangat bahagia, setelah dua hari menanti agar pertunangannya diketahui banyak orang dan Reza telah menjadi miliknya. Ia pun tidak berhenti mengucapkan syukur dalam hati, baik pada Allah SWT dan juga kedua orang tuanya. Kini giliran Ara dan Reza meminta restu pada Pak Nathan dan Bu Nara, sedangkan di keluarga Reza di wakilkan oleh paman dan bibinya. Terlihat kedua pasangan itu tidak membendung rasa haru ketika meminta restu, terlihat Reza awalnya tegar tiba-tiba ia teringat kedua orang tuanya yang telah tiada. "Ma, Pa. Ara meminta restu, ya, semoga setelah acara pertunangan kami acara bisa lancar sampai hari 'H' nanti,'' ucap Ara dengan mengecup punggung tangan Mama dan Papanya. "Iya, Nak, Mama doakan kamu selalu bahagia dan lancar apapun yang kamu rencanakan," jawab Bu Nara dengan netra yang berkaca-kaca. "Iya, Sayang, Papa juga akan selalu mendoakan kebahagiaanmu. Jangan pernah sedih, atau pun sampai meneteskan air mata. Karena Papa tidak menyukainya, kamu harus hidup bahagia," bisik Pak Nathan lembut seraya memeluk putri kesayangannya. "Iya, Ara akan selalu bahagia. Sebab kini sudah ada Mas Reza pria yang sangat baik, dan mencintai Ara," ujar Ara menenangkan kegelisahan hati Papanya. Bagi seorang Ayah anak gadis adalah harta paling berharga. Seorang Ayah tidak akan rela jika putrinya di sakiti, bahkan seorang Ayah akan selalu menganggap putrinya itu anak kecil. Meskipun anak gadisnya telah beranjak dewasa, bahkan setelah menikah pun anak gadis tetaplah jadi anak kecil di mata seorang Ayah. Selama melihat Ara meminta restu pada kedua orang tuanya, tiba-tiba mata Reza berkaca-kaca, karena ia teringat almarhum kedua orang tuanya. Ia sudah tidak bisa meminta restu secara langsung. Tapi, dalam doa ia hanya meminta semoga apa yang telah ia pilih mendapatkan restu dari kedua orang tuanya di alam sana. "Jangan sedih, Nak, karena kamu tidak lagi sendiri. Kami berdua mulai malam ini telah menerimamu menjadi anak kami sendiri, bukan menantu. Tapi, seorang putra dari keluarga Wiraguna," ucap Bu Nara lembut, dengan dianggukki oleh Pak Nathan. "Benar, Reza. Jangan sedih, meskipun kamu tidak melihat kehadiran kedua orang tuamu di hari bahagiamu saat ini. Tapi, masih ada kami yang akan menggantikan posisi mereka, termasuk Paman dan Bibimu kini menggantikan mereka yang saat ini mendampingimu," sambung Pak Nathan. "Terima kasih, Ma, Pa, sungguh kalian orang tua paling baik. Saya sangat beruntung bisa dipertemukan, dan mendapatkan calon istri yang sangat baik, dan kedua orang tua yang baik pula," jawab Reza tulus. Ara melihat interaksi yang penuh kehangatan, di antara Reza dan kedua orang tuanya semakin membuat dirinya bahagia. *** Saat Ara dan Reza tengah meminta restu pada kedua orang tua, di salon kecantikan terlihat Sintia tengah merias wajah dan rambutnya. Ia tahu acara pertunangan sahabatnya pastilah telah berlangsung, tapi ia sengaja ingin datang terlambat ke acara Ara. Sebab ia tidak bisa menahan rasa cemburu, dan tidak sukanya akan kebahagiaan sahabatnya. Maka Sintia akan datang, saat memberikan ucapan selamat saja pada kedua pasangan berbahagia. Tentu setelah ia mempercantik dirinya, agar tunangan Ara bisa kepincut akan pesonanya. 'Sepertinya aku sudah sangat terlambat, apa aku masih bisa datang di acara Ara?' batin Sintia, setelah melihat jam di dinding menunjukkan pukul setengah delapan malam. Karena tidak ingin semakin terlambat, Sintia meminta pekerja di salon kecantikan mempercepat mencatok rambutnya. "Mbak, apa bisa lebih cepat. Aku sudah sangat terlambat ini," ucap Sintia tidak sabaran. "Oh, baiklah, Kak. Tinggal sedikit lagi, kok, sabar ya." "Oke." Sintia pun berusaha sabar, agar penampilannya benar-benar maksimal ketika datang di acara pesta Ara. Dengan begitu, ia bisa menarik perhatian banyak kaum laki-laki yang hadir di dalam pesta. Salah satu target, harus luluh dalam pesonanya adalah Reza. Tidak sampai lima belas menit, akhirnya penantian Sintia selesai juga. Rambut sebahunya sengaja ia gerai, dengan make-up sedikit tebal dan lipstik warna merah menyala. Untuk menyempurnakan penampilannya ia pun mengenakan gaun malam yang begitu seksi, dengan belahan d**a lumayan panjang di bagian d**a. Saat ia melihat pantulan dirinya di dalam cermin, Sintia begitu terpukau akan perubahan sebelum dan sesudah di makeover. Ia terlihat lebih cantik, dan juga seksi secara bersamaan. "Kak Sintia begitu cantik malam ini, pasti akan banyak mata tertuju pada Kakak," ucap pekerjaan di salon kecantikan. "Benarkah?" jawab Sintia tidak percaya. "Iya, coba Kakak lihat pantulan di cermin itu. Kakak bisa lihat sendiri bagaimana penampilan Kakak setelah kami rias." Sintia sejenak memandang, memang benar ia memang terlihat sangat cantik setelah di make-up. 'Kenapa selama ini aku mengabaikan penampilanku, jika aku merawat diriku maka akan banyak pria yang mengejar diriku.' 'Tidak seperti yang sering kulakukan, terus mendekati pria hanya untuk mendapatkan uang dari mereka untuk bertahan hidup. Sekarang tujuanku tidak sekadar mendapatkan uang, tapi juga cinta dan kasih sayang dari seorang pria. Pria itu adalah tunangan Ara, ya, aku harus bisa mendapatkan dia,' batin Sintia dengan rencananya. Setelah memakai high heels, untuk menyempurnakan penampilannya. Kini Sintia sudah siap berangkat ke pesta pertunangan Ara, ia pun telah memesan taksi online, dan taksi itu telah menunggu di depan salon kecantikan tempatnya merias diri. Setelah berpamitan pada pemilik salon kecantikan, Sintia langsung bergegas masuk ke dalam taksi. Sang supir yang telah melihat Sintia telah duduk nyaman di kursi penumpang, melalui kaca spion mulai melajukan taksi menuju alamat hotel. Cukup jauh antara jarak salon kecantikan, dengan hotel membutuhkan waktu hampir satu jam. Sebab dalam perjalanan tadi, taksi yang ditumpangi Sintia sempat terjebak macet. Begitu sampai di depan hotel, Sintia terburu turun dari mobil tidak lupa ia membayar ongkos taksi. 'Ah, akhirnya sampai juga. Aku harus cepat masuk, gara-gara macet tadi aku jadi lebih terlambat,' monolog Sintia dengan sedikit mempercepat langkahnya masuk ke dalam hotel, tepatnya ke ballroom hotel tempat acara pertunangan Ara dan Reza. Ketika Sintia baru saja melangkah masuk ke dalam ballroom, ia dibuat terpesona oleh pandangan matanya yang mengarah ke arah panggung. Di mana ia bisa melihat sahabatnya sedang berdiri, dengan seorang pria tampan. Ya, selain tampan, tunangan Ara juga tinggi, sangat sempurna di matanya. 'Gila! Tunangan Ara tampan sekali, selama ini aku selalu bertemu pria biasa-biasa saja, terkadang Om-om. Tapi, ini, Ara yang tidak pernah menjalin hubungan dengan pria. Kenapa malah dipertemukan sama pria seperti itu, harusnya aku yang lebih cocok bersanding bersama pria tampan itu,' batin Sintia, selain ia terpesona pada Reza. Ia juga dibuat kesal, karena Ara-lah yang berhasil bersanding dengan Reza. Sebelum Sintia melangkah ke arah panggung, untuk memberikan ucapan selamat pada Ara dan Reza. Ia pun telah membuat keputusan, kalau mulai malam ini ia akan membuat tunangan Ara bertekuk lutut di kakinya. Ya, ia ingin tunangan Ara lebih memprioritaskan dirinya di bandingkan Ara. 'Meskipun saat ini kamu yang telah berhasil menjadi tunangan pria tampan itu, tapi aku akan membuat priamu itu jatuh dalam pelukanku. Hingga dia melupakan dirimu, Ara. Sebab kamu sama sekali tidak pantas untuk pria tampan itu, hanya aku yang pantas memilikinya,' sinis Sintia dalam hati, dengan tatapan mengarah ke arah Ara yang terlihat berbinar bahagia bersama Reza dan kedua orang tuanya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD