"Dek," panggil Dwiki kepada seseorang yang sedang menunggunya di lobby kantor.
"Hey Mas."
"Udah lama?" tanya Dwiki seraya mengusap rambut Syifa dengan sayang.
"Ngga terlalu sih. Lagian aku mau susulin ke ruangan ngga mau," gerutu Syifa sambil memajukan mulutnya.
Dengan gemas, Dwiki memutar mulut Syifa pelan. "Mas ih! Sakit tau."
"Mangkannya itu mulut dikondisikan. Lagian aku ngelarang kamu juga karena aku emang udah mau pulang. Percuma kalo kamu ke atas." Tidak mau debat terlalu lama, Dwiki menggandeng tangan Syifa menuju mobil yang sudah menunggunya.
"Langsung pulang Tuan?" tanya pak Wadiman, supir pribadi Dwiki yang sekarang bertugas mengantar jemput calon istrinya juga, Syifa.
"Pulang beb?" Dwiki menoleh ke sampingnya.
"Jemput Kila dulu di rumah Mama kamu. Baru abis itu anterin aku pulang."
"Oke, jemput Kila dulu ya Pak." pak Wadiman yang di titah oleh bos besarnya hanya menuruti saja tanpa membantah sedikit pun.
Dwiki menutup penghalang yang memang tersedia di tengah tengah antara kursi belakang dan depan.
"Ngapain di tutup?" tanya Syifa seraya memicingkan matanya menatap aneh apa yang di lakukan orang disampingnya.
Setelah mentutup tirai tersebut, Dwiki merebahkan kepalanya diatas paha Syifa. Sang empu hanya diam saja memperhatikan apa yang di perbuat orang di sebelahnya.
"Elusin pala aku," pinta Dwiki sambil mengarahkan tangan Syifa ke kepalanya sendiri. Syifa menuruti saja apa yang diinginkan Dwiki.
Dia tahu, calon suaminya ini pasti kelelahan karena pekerjaan kantor. Bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang CEO. Apa lagi, perusahan Dwiki sudah bertaraf Internasional. Di mana sudah sering bekerja sama dengan perusahaan luar negeri.